BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanty Tiarareja, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus kepada

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

2015 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL BERBASIS FILM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR KELAS VII C SMP NEGERI 1 KUSAN HILIR DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

2 siswa, diketahui kegiatan belajar mengajar fisika yang berlangsung dikelas hanya mencatat dan mengerjakan soal-soal, hal ini menyebabkan siswa kuran

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Siti Fatimah Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

I. PENDAHULUAN. selalu dilakukan dari waktu ke waktu. Hal ini dimasudkan agar dapat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Lapono (2009: 122)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu kegiatan sosial antara peserta

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertanyaan-Pertanyan Yang Diharapkan Muncul Sejalan Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing... 39

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan untuk mengukur prestasi belajar

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pada tahapan kegiatan inti merupakan proses yang diselenggarakan untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas, No 41:2007). Proses belajar dan pembelajaran Fisika harus diselenggarakan untuk memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki sehingga pada saat pembelajaran berlangsung harus tercipta suasana belajar yang berorientasi pada siswa (Permendiknas No.16:2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan fakta bahwa hasil belajar Fisika siswa masih rendah, terbukti dari hasil ulangan pelajaran IPA Fisika masih belum sesuai dengan harapan. Sebagai contoh nilai ulangan umum IPA Fisika tahun 2011/2012 di salah satu SMA Kota Bandung kelas X masih terdapat 16 dari 22 siswa yang nilainya masih di bawah KKM dengan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) 70. Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari bagaimana proses pembelajaran yang diterapkan di kelas. Dari hasil observasi awal terlihat hanya 4 dari 22 orang siswa yang berpartisipasi aktif pada saat pembelajaran di kelas, seperti: mengajukan pertanyaan 1 orang, berdiskusi 2 orang dan yang mengerjakan soal dipapan tulis 1 orang. Dari hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa pembelajaran di dalam kelas jarang melakukan eksperimen, demonstrasi dan diskusi, dimana guru hanya menjelaskan materi saja. Dari pernyataan siswa di atas, dapat diperkirakan bahwa pembelajaran banyak dilakukan dengan metode ceramah yaitu dengan memberikan konsep-konsep dalam bentuk yang utuh langsung dari buku tanpa disertai pengolahan dan pengembangan pengetahuan yang ada pada diri siswa. Metode pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas kurang

2 memperhatikan pembentukan pengetahuan sehingga pembelajaran Fisika kurang bermakna bagi siswa. Hasil angket dari 22 siswa menunjukkan bahwa sebanyak 20 siswa berpendapat bahwa Fisika sulit dimengerti dan sulit dipahami karena terlalu banyak rumus yang sulit dipahami. Data lain yang didapat dari hasil angket yaitu hanya satu siswa yang sering melakukan belajar Fisika diluar sekolah, dua siswa yang mengikuti belajar tambahan di luar sekolah (les), tidak ada siswa yang memiliki kelompok belajar di luar sekolah dan pernah melakukan diskusi pelajaran Fisika diluar sekolah. Hasil angket juga menunjukkan tujuh siswa yang menyenangi pembelajaran dengan eksperimen, lima siswa yang menyenangi pembelajaran dengan diskusi kelompok, tiga siswa yang menyenangi pembelajaran dengan latihan soal, dan tujuh siswa yang menyenangi pembelajaran dengan hanya mendengarkan penjelasan guru. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang mampu menggali kemampuan yang dimiliki siswanya dalam menyampaikan proses berpikirnya sendiri. Tugas seorang guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mengekspresikan gagasangagasan serta dapat mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Guru dan siswa memegang paranan penting dalam proses belajar mengajar, dimana proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, mempunyai peran kolaboratif yang sangat dibutuhkan demi terciptanya pembelajaran yang inofatif dan kreatif. Seorang guru mempunyai peranan penting untuk menginspirasi dan memotivasi siswa dalam belajar untuk menemukan hal-hal yang baru sehingga membatu siswa untuk memunculkan ide-ide kreatif yang dapat menjawab persoalan-persoalan yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga harus bisa menciptakan suasana belajar yang menantang sehingga belajar Fisika jadi menyenangkan.. Jadi peranan guru dalam pembelajaran adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman siswa (Suparno, 1997:65).

3 Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Pentingnya belajar mandiri siswa dalam pembelajaran fisika tentunya dapat merubah situasi pembelajaran kearah yang lebih baik sehingga pemahaman konsep dan keterampilan siswa dalam menyelesaikan persoalan fisika baik di sekolah maupun di lingkungan hidup siswa menjadi lebih baik. Apabila dalam pembelajaran Fisika siswa kurang melakukan belajar mandiri, maka siswa tersebut akan kesulitan dalam memahami konsep dan menyelesaikan persoalan Fisika. Keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan serta kemampuan siswa dalam mengemukakan gagasannya untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Apabila siswa sudah mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri dan mengembangkan pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah maka belajar akan lebih bermakna dalam diri siswa dan hasil belajarpun akan memberikan yang terbaik. Dari permasalahan yang muncul maka perlu diupayakan suatu pembelajaran yang dapat memotivasi, menyenangkan dan menantang siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana belajar yang inspiratif, interaktif dan mendidik siswa untuk belajar mandiri, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan selayaknya dapat membantu siswa untuk dapat menggali kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan hasil pemikirannya dan melatih siswa untuk mengembangkan pengetahuannya melalui belajar mandiri. Pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran dengan mengimplementasikan pendekatan Problem Posing dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pendekatan Problem Posing adalah pendekatan pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan masalah, menyusunnya kembali menurut pemahaman siswa lalu mencari solusi pemecahannya secara mandiri atau berlatih soal (Pujiastuti, 2001:3). Siswa tidak hanya diminta untuk mengajukan masalah, tetapi mereka diminta untuk mencari penyelesaiannya. Masalah yang mereka ajukan bisa dikerjakan secara sendiri atau berkelompok. Setelah selesai mengerjakan maka siswa diminta untuk mengkomunikasikannya kepada siswa yang lain, baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan.

4 Kelebihan pendekatan Problem Posing adalah memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep-konsep dasar, memberi keleluasaan kepada siswa untuk menggali kemampuan dalam mencari dan menyusun soal sesuai pemahamannya, mampu melatih siswa meningkatkan kemandirian dalam belajar dan orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah (Marie Tichá, 2009:15). Pendekatan Problem Posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan komunikasi, membentuk kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap fisika. Membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep fisika sehingga memberikan hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, pendekatan Problem Posing dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa SMA pada materi Rangkaian Listrik Arus Searah. Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai Implementasi Pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengetahui Peningkatan Kemandirian Belajar Fisika Siswa SMA.

5 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas timbul permasalahan Apakah ada peningkatan hasil belajar dalam ranah kognitif dan kemandirian belajar siswa SMA setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran Fisika pada materi Rangkaian Listrik Arus Searah? Untuk mempertajam permasalahan, masalah penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan menjadi berikut: 1. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran? 2. Bagaimana peningkatan kemandirian belajar siswa setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dalam pembelajaran? C. BATASAN MASALAH 1. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif dalam penelitian ini adalah perbedaan yang timbul dari aspek kognitif siswa (C2 dan C3) akibat penggunaan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang dapat dilihat dari hasil skor pretes postes. Untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa maka digunakan perhitungan gain ternormalisasi. 2. Peningkatan kemandirian belajar siswa dalam penelitian ini adalah perbedaan yang timbul dari aspek kemandirian belajar fisika siswa akibat penggunaan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah yang dapat dilihat dari hasil pretes postes. Aspek kemandirian belajar dalam penelitian ini yaitu menyangkut aspek motivasi belajar siswa, kemampuan siswa mengerjakan tugas sendiri, penggunaan referensi dalam menyelesaikan masalah, mengevaluasi hasil pekerjaan sendiri, kepercayaan diri siswa, dan bertindak atas inisiatif sendiri. Peningkatan kemandirian belajar siswa dihitung dari selisih antara skor postes dan skor pretes yang telah dikonversi menjadi skor berskala 100.

6 D. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika siswa dalam ranah kognitif setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah. 2. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar fisika siswa setelah diimplementasikan pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah. E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya: 1. Meningkatkan hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif. 2. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar fisika siswa. 3. Sebagai bahan acuan bagi para pengembang produk pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas hasil pembelajaran. 4. Dapat mengetahui sejauh mana implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar fisika siswa SMA. F. VARIABEL PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Variabel bebas, dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah. 2. Variabel terikat, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar (kognitif) dan kemandirian belajar fisika siswa dalam pembelajaran Rankaian Listrik Arus Searah.

7 G. DEFINISI OPERASIONAL 1. Pendekatan Problem Posing adalah pendekatan pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal, menyusunnya kembali menurut pemahaman siswa lalu mencari solusi pemecahannya secara mandiri atau berlatih soal. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah pembelajaran yang membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Teknik yang dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan implementasi pendekatan Problem Posing pada Pembelajaran Berbasis Masalah adalah observasi. Observasi digunakan untuk mengetahui gambaran umum aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran yang dikembangkan setiap pertemuan, sedangkan intrumen yang digunakan adalah lembar observasi. 2. Hasil belajar adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilainilai berdasarkan tes hasil Belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini menyangkut pada ranah kognitif. Teknik penilaian untuk ranah kognitif menggunakan tes. 3. Kemandirian belajar adalah bagian dari kepribadian siswa sebagai akibat lain dari proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dalam aktivitas kehidupan siswa sehari-hari. Teknik untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa menggunakan instrument berupa angket. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana siswa memotivasi dirinya untuk belajar, bagaimana cara siswa mengerjakan tugas, apakah siswa mengevaluasi hasil pekerjaanya, dan bagaimana kepercayaan diri siswa dalam mengemukakan pendapatnya sendiri.