BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesama manusia atau hablun minannas. Hubungan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. bagian tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Sebagai derivasi dari agama islam,

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

Dr. Aset Ijarah 1,000,000,000

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB III ANALISIS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH KUDUS

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h.5

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat peraturan yang dicantumkan dalam undang-undang. Hal

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

Indra Pratama Wicaksono

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat.

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB V PENUTUP. dihadapi LAZ Sidogiri. Dapat disimpulkan bahwa LAZ Sidogiri dalam manajemen

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam dibangun di atas lima pilar yang terangkum dalam rukun Islam. Zakat yang merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam tersebut tidak seperti shalat ataupun puasa yang relatif umum di masyarakat, namun pemahaman masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa. Substantifnya, zakat merupakan realisasi unsur keagamaan dalam distribusi pendapatan. Dana zakat ini diperoleh dari orang yang mempunyai kelebihan harta dan disalurkan kepada pihak yang kekurangan harta. Adapun harta yang dikeluarkan menurut syara dinamakan zakat, karena harta itu akan bertambah dan memelihara dari kebinasaan (Al-Zuhayly, 2005:83). Selain itu, secara eksplisit zakat merupakan bentuk kewajiban peribadatan Islam yang bersifat tetap dan abadi. Zakat merupakan hal yang ringan dan akan terus berlangsung sepanjang Islam dan kaum muslimin ada di muka bumi ini. Kewajiban tersebut tidak akan dapat dihapus oleh siapapun. Sebagaimana halnya shalat, zakat merupakan tiang agama dan masyarakat dalam sistem ekonomi apapun (Muhammad, 2006:27). Di satu sisi, zakat merupakan suatu kewajiban atas dasar rukun Islam dan sebagai salah satu bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT. Di sisi lain, zakat merupakan variabel utama dalam menjaga kestabilan sosial ekonomi agar selalu berada pada posisi aman untuk terus berlangsung. Untuk itu, perlu adanya manajemen yang mengelola zakat agar dalam kegiatannya tersusun secara akuntabel dan rapi. 1

2 Pengelolaan zakat diatur dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, merupakan sebuah proses manajemen yang harus dilakasanakan secara efektif, efisien, dan terukur (UU No.23 Tahun 2011). Manajemen yang efektif dan efisien meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Tidak terkecuali zakat, manajemen dalam pengelolaan zakat juga menjadi hal yang sangat vital untuk di aplikasikan dalam pengelolaannya agar menumbuhkan hasil yang efektif dan efisien. Dalam mengevaluasi dan mengukur pengelolaan zakat berjalan secara efektif dan efisien yaitu dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengorganisasian. Dari segi perencanaan, lembaga pengelola zakat merencanakan kegiatannya dalam setahun, yang terkait dengan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dari segi pelaksanaan, lembaga pengelola zakat wajib melaksanakan tujuan dan fungsinya dalam mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai ketentuan syariah dan peraturan perundangundangan. Sedangkan dari segi pengorganisasian, kegiatan pengelolaan zakat harus terkoordinasi secara hirarki antara lembaga pengelola zakat, pemerintah, maupun masyarakat. Lembaga pengelola zakat sebagai lembaga publik yang menghimpun dana masyarakat (muzakki) wajib mempertanggungjawabkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat secara transparan. Karena lembaga pengelola zakat tumbuh dan berkembang karena kepercayaan masyarakat kepada lembaga pengelola zakat

3 akan terpelihara dan meningkat seiring dengan kualitas manajemen yang ada pada instansi tersebut. Telah diredaksikan sebelumnya, manajemen lembaga pengelola zakat dapat dibagi pada tiga kegiatan utama. Pertama, penghimpunan atau penggalangan dana zakat. Kedua, keuangan dan manajemen internal, yaitu kegiatan pencatatan, penghimpunan, dan pelaporan serta aktivitas internal lainnya, seperti kegiatan personalia, umum, HRD, IT, dan lain sebagainya. Ketiga, pendistribusian dan pendayagunaan, yaitu kegiatan penyaluran, pemnafaatan dan pengelolaan program untuk mustahiq atau penerima manfaat. Pada praktiknya, pendistribusian dan pendayagunaan zakat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, merespon kebutuhan mustahiq yang bersifat seketika atau pendistribusian secara konsumtif. Kedua, lembaga pengelola zakat memberikan manfaat jangka panjang dan bersifat permanen bagi perbaikan taraf hidup mustahiq agar bisa hidup mandiri atau pendistribusian zakat secara produktif. Zakat berarti tumbuh, berkah, suci, bersih, dan baik. Sedangkan zakat secara terminologi berarti aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Nurhayati dan Wasilah, 2011:278). Sedangkan kata produktif berasal dari bahasa inggris produktive yang berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang berharga, yang mempunyai hasil baik. Menurut Asnaini produktif berarti banyak menghasilkan karya atau barang, banyak mengahasilkan, dan memberikan banyak hasil (Asnaini, 2008:63).

4 Lebih jelasnya, zakat produktif adalah pendayagunaan zakat secara produktif, yang pemahamannya lebih kepada bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian yang lebih luas, sesuai dengan ruh dan ketentuan syara. Pemberian zakat dengan cara produktif akan membantu para mustahiq tidak hanya bersifat sementara atau sesaat saja, akan tetapi juga secara abadi. Karena manfaatnya mengalir tidak pada kehidupan didunia saja akan tetapi juga pada kehidupan akhirat. Inilah suatu solidaritas yang berhubungan antara dunia dan akhirat juga merupakan fungsi sumber dana sosial ekonomi bagi umat Islam. Dengan mendayagunakan harta zakat secara produktif, berarti zakat tidak hanya membantu mengurangi beban para mustahiq saja, namun juga membantu mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia. Dengan adanya modal dari harta zakat yang didayagunakan tersebut, maka para penerima zakat bisa mengembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang hidup di akhirat adalah adanya kesejahteraan sosial ekonomi. Ini merupakan seperangkat alternatif untuk mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan. Untuk itu, perlu dibentuk lembaga-lembaga sosial Islam sebagai upaya untuk menanggulangi masalah sosial tersebut. Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber dana sosial ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang

5 dikelola oleh Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan dana zakat produktif kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha. Dasar hukum tentang diperbolehkannya penditribusian zakat secara produktif terdapat pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 27 yang menyebutkan bahwa : (1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. (2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Para ulama berbeda pendapat dalam memandang pendistribusian zakat secara produktif ini. Pendapat pertama, mengatakan bahwa zakat produktif hukumnya boleh. Dalil-dalil yang digunakan ini ulama adalah karena zakat produktif mengandung maslahat besar yang akan kembali kepada para fakir dan miskin. Dalil yang kedua adalah mengqiyaskan kepada pemerintah untuk menginvestasikan harta anak yatim. Ketiga, hadist-hadist yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengumpulkan unta sedekah dan digemukkan. Ini

6 menunjukkan kebolehan menginvestasikan harta zakat. Pendapat kedua, mengatakan bahwa zakat produktif hukumnya tidak boleh secara mutlak. Pendapat ini menunjukkan bahwa larangan mengundurkan pembayaran zakat kepada yang berhak, walaupun dengan alasan diinvestasikan. Perintah membayarkan zakat sifatnya segera tidak boleh diundur. zakat harus segera dibagikan kepada yang berhak, uang zakat sebenarnya milik delapan golongan yang disebut Allah di dalam al-qur an, oleh karena itu jika ingin diinvesatasikan, maka dikembalikan kepada mereka, bukan kepada lembaga-lembaga zakat, di dalam investasi uang zakat terdapat ketidakjelasan pada hasilnya, bisa untung atau rugi. Jika mendapat kerugian, maka akan merugikan para fakir miskin dan golongan lain yang berhak mendapatkan zakat, sehingga hak mereka menjadi hilang. Pendapat Ketiga, zakat produktif dibolehkan setelah kebutuhan pokok para fakir miskin dan golongan lain terpenuhi terlebih dahulu, kemudian sisanya bisa dinvestasikan di dalam proyek-proyek yang menguntungkan dengan hasil yang bisa segera dinikmati golongan yang berhak mendapatkan zakat (www.alislamu.com). Pendapat ini sesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang menyebutkan bahwa zakat boleh didayagunakan sebagai usaha produktif setelah kebutuhan pokok para fakir miskin dan golongan lain terpenuhi. Pendapat ini menggabungkan dua pendapat di atas, satu sisi tidak merugikan fakir miskin karena mereka tetap mendapatkan hak-hak mereka sesegera mungkin untuk menutupi kebutuhan pokok mereka. Di sisi lain, sisa

7 harta tersebut diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan, sehingga manfaatnya kembali kepada mereka juga. Pada pemaparan sebelumnya, telah di redaksikan bahwa perolehan dana zakat di ambil dari pihak-pihak yang mempunyai kewajiban mengeluarkan zakat (muzakki) untuk disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya (mustahiq). Pihak-pihak yang mengambil dana zakat ini dinamakan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Salah satu lembaga pengelola zakat yang ada di Pasuruan adalah Koperasi BMT UGT Sidogiri. BMT mengandung dua arti yang pertama baitul mal adalah lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegitan utamanya menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) berdasarkan ketentuan Al-Qur an dan sunnah Rasul-Nya. Arti yang kedua adalah baitul tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan (Ilmi, 2002:64). Koperasi BMT UGT Sidogiri ini berbasis pondok pesantren salaf yang merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang telah berusia ratusan tahun. Pada tahun 2012, Koperasi BMT UGT Sidogiri berusia 12 tahun yang telah memiliki 192 unit pelayanan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Riau dan Lampung dan telah mempunyai jumlah anggota sebanyak 5.552 orang.

8 Antusiasme masyarakat menjadi anggota Koperasi BMT UGT Sidogiri tidak terlepas dari kinerja keuangannya yang terus mengalami peningkatan. Selain itu, Selisih Hasil Usaha (SHU) yang diberikan kepada para anggotanya per tahun rata-rata sebesar 18%. Tentu hal ini akan menarik minat masyarakat untuk menjadi anggota dan menginvestasikan dananya untuk dikelola oleh Koperasi BMT UGT Sidogiri. BMT UGT Sidogiri berkembang melesat dan menjadi BMT yang memiliki aset terbesar di Indonesia. Berdasarkan urutan 10 BMT terbesar versi majalah investror edisi September 2010, Koperasi BMT UGT Sidogiri menduduki tingkat pertama dengan aset sebesar Rp. 153.718.513.449. Sedangkan BMT MMU Sidogiri menduduki tigkat ketiga dengan aset sebesar Rp. 56.789.856.176. peringkat kedua di duduki oleh BMT Bina Ummat Sejahtera dari Jawa Tengah dengan aset sebesar Rp. 130.075.119.276. Untuk mengoptimalkan pengelolaan dana zakat Koperasi BMT UGT Sidogiri bekerjasama dengan LAZIZWA Sidogiri untuk mendistribusikan dana zakat. Adapun pendistribusian dana zakat pada Koperasi BMT UGT Sidogiri didistribusikan melalui tiga cara, yaitu dengan pendistribusian zakat secara konsumtif, zakat secara produktif, dan program beasiswa. Pada tahun 2012 Koperasi BMT UGT Sidogiri memiliki dana sosial dan harta zakat terbesar dibandingkan dengan BMT MMU Sidogiri dan Kopontren. Harta zakat pada Koperasi BMT UGT Sidogiri sebesar Rp. 2.733.619.530, sedangkan dana sosial sebesar Rp. 4.909.681.446, sehingga akumulasi keseluruhan harta zakat dan dana sosial Koperasi BMT UGT Sidogiri adalah sebesar Rp. 7.643.300.976.

9 Tabel 1.1 Laporan Zakat dan Dana Sosial RAT tahun Buku 2012 Nama Koperasi Zakat (Rp) Dana Sosial (Rp) Jumlah (Rp) Kopontren 151.773.789 55.692.354 207.466.143 BMT MMU 869.434.471 1.477.960.644 2.347.395.115 BMT UGT 2.733.619.530 4.909.681.446 7.643.300.976 Total 10.198.162.234 Sumber : RAT tahun buku 2012 Kopontren Sidogiri, Koperasi BMT MMU Sidogiri, dan Koperasi BMT UGT Sidogiri. Pada tingkat nasional, Koperasi BMT UGT Sidogiri masuk dalam urutan ke-3 dalam daftar 100 Koperasi Besar Indonesia versi majalah peluang (2012)., (abuhalim34.blogspot.com). Dengan demikian, pendistribusian zakat produktif pada Koperasi BMT UGT Sidogiri perlu ditingkatkan dengan melihat dana zakat dan dana sosial sebesar Rp. 7.643.300.976,- akan menjadi peluang besar untuk menjadi Koperasi BMT yang unggul dan terdepan dalam membantu para mustahiq. Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis terinspirasi untuk mengajukan judul Manajemen Zakat Produktif pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Sidogiri Pasuruan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : a. Bagaimana model manajemen zakat produktif pada LAZ Sidogiri? b. Bagaimana mengatasi problematika yang dihadapi LAZ Sidogiri dalam pengelolaan zakat produktif? 1.3 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui model manajemen zakat produktif pada LAZ Sidogiri.

10 b. Untuk mengetahui cara mengatasi problematika yang dihadapi LAZ Sidogiri dalam pengelolaan zakat produktif. 1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadi sebuah media untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dengan fakta yang ada di lapangan dalam rangka memecahkan masalah secara ilmiah. b. Bagi LAZ Sidogiri Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi LAZ Sidogiri Pasuruan khususnya dalam menetapkan kebijakan dalam pengelolaan zakat. c. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan wawasan serta khasanah kepustakaan, khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Unisvrsitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibarahim Malang. 1.5 Batasan Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada tujuan, maka dirasakan perlu adanya batasan penelitian. Mengingat manajemen zakat yang ditawarkan sangat kompleks maka penelitian ini difokuskan pada manajemen zakat produktif dalam pendistribusian zakat, model manajemen zakat produktif, serta mengatasi problematika yang dihadapi LAZ Sidogiri dalam pendistribusian zakat produktif.