BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI KAJIAN

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) DALAM PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Studi pada BKM Kelurahan Terondol, Serang-Banten

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 25

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Study On Community-Organized Social Activities In PNPM Mandiri

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB V FUNGSI BKM DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah untuk berupaya mencari jalan keluar, agar kemiskinan dapat. ditanggulangi tanpa mengabaikan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan. kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

BAB V PENUTUP. kemiskinan melalui kelembagaan lokal, sehingga keberdaan lembaga ini tidak murni

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

PENANGGULANGAN KEMISKINAN HLM, LD Nomor 4 SERI D

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dari Pembangunan ekonomi merupakan upaya-upaya yang dilakukan

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan kedudukan sebagai pimpinan kolektif di tingkat Desa/Kelurahan, yang bertanggungjawab menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat, dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif yang kondusif. Untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat kelurahan pada umumnya, BKM juga menjadi sumber energi dan inspirasi untuk membangun prakarsa dan kemandirian warga yang secara damai, berupaya memenuhi kebutuhan atau kepentingan warga bersama, memecahkan persoalan bersama dan menyatakan kepedulian bersama yang berkaitan dengan kemiskinan. BKM sebagai organisasi masyarakat di tingkat Desa/ Kelurahan dengan berhimpun sesama warga setempat yang dipilih oleh masyarakat secara langsung melalui pemilihan umum dan bertumpu pada keputusan tertinggi ada di tangan anggota. Kedudukan BKM sebagai wakil masyarakat diharapkan mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri orang miskin, agar mampu menyelenggarakan hidup mereka secara layak. Tujuan BKM adalah membangun modal sosial ( capital social ) dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan, ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas bersama masyarakat untuk saling bekerjasama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan bersama yang akan memperkuat keswadayaan masyarakat. Kriteria Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai organisasi masyarakat, yang bertumpu pada kepentingan masyarakat miskin maka 1) lembaga yang prakarsa pembentukan maupun pengelolaannya ditentukan oleh masyarakat sendiri, 2) Kekuatan/ kewenangan dan legimitasinya bersumber dari warga masyarakat setempat, 3) Berkedudukan sebagai lembaga kepemimpinan kolektif pada pogram penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) dan sebagai perwakilan masyarakat pada tingkat Desa/Kelurahan, dengan

pengambilan keputusan tertinggi pada tangan anggota secara kolektifr, demokratis, partisipatif transparan, akuntabilitas yang berakar pada lapisan masyarakat. Dalam melakukan pelayanan masyarakat miskin, BKM mempunyai tugas pokok antara lain 1) Pemberdayaan masyarakat yaitu dengan melakukan rumusan penetapan kebijakan secara demokrasi dan partisipatif yang menyangkut kebutuhan masyarakat miskin, untuk meningkatkan kesejahteraanya melalui P2KP dan swadaya masyarakat, 2) BKM mampu mengorganisasi masyarakat untuk membuat perencanaan program penanggulangan kemiskinan dan mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif, melalui tahapan identifikasi masalah/kebutuhan, perumusan langkah-langkah pemecahan masalah, melaksanaan kegiatan pemecahan masalah, monitoring dan evaluasi. Fungsi BKM dalam menjalankan kegiatanya yaitu menghidupkan nilai-nilai luhur dalam bermasyarakat melalui modal sosial, untuk mendukung pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan berupaya membuka akses serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat, untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan, keuangan yang di bawah kendali BKM, serta memfasilitasi jejaring (networking) dengan potensi sumberdaya yang ada dimasyarakat. Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat dalam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan, salah satunya melakukan proses perencanaan. Pengertian perencanaan N.burhanudin (1984) mengatakan proses berfikir atau suatu latihan intelektual dari suatu kumpulan proses, prosedur, struktur dan teknik untuk memperoleh hasil yang terbaik. Menurut Suharto (2006) Perencanaan pada hakekatnya merupakan usaha secara sadar, terorganisir dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai kegiatan ilmiah yang melibatkan pengolahan fakta dan situasi sebagaimana adanya yang ditujukan untuk mencari jalan keluar dalam memecahkan masalah. Perencanaan Jangka Menengah (PJM) dapat dirumuskan menjadi 4 tahapan: 1) Identifikasi kebutuhan, 2) Perumusan langka-langkah pemecahan masalah 3) Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah 4) Monitoring Evaluasi Program (Pedoman Teknis P2KP, 1999 )

Perencanaan jangka menengah (PJM) adalah dalam rangka menerapkan pendekatan pembangunan berbasis kebutuhan riil masyarakat yang dilakukan melalui serangkaian kegiatan musyawarah atau rembug-rembug warga, untuk menyusun program penanggulangan kemiskinan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan, sebagai alat pembelajaran masyarakat, agar lebih mampu melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan. Masyarakat Desa/Kelurahan secara bersama-sama melaksanakan penanggulangan kemiskinan yang direncanakan dengan baik, melalui perencanaan jangka menengah (PJM) periode tiga tahunan, yang mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan riil masyarakat dan mendapat dukungan baik dari masyarakat, pemerintah dan pihak swasta. Hasil dari perencanaan jangka menengah (PJM) dilaksanakan melalui program penanggulangan kemiskinan yang partisipatif, melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. (Pedoman teknis P2KP, 2003) 2.2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) mengandung arti pengembangan masyarakat untuk memberikan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan komunitasnya, ( Gunadi dkk, 2007) Pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembangunan dalam masyarakat. Huraerah (2007) mengatakan bahwa konsep pemberdayaan termasuk dalam pengembangan masyarakat dan terkait dengan konsep-konsep: kemandirian (self-help), partisipasi (participation), jaringan kerja (networking) dan pemerataan (equity). Menurut Hikmat (2006) yang mengutip pendapat Paul (1978), pemberdayaan masyarakat merupakan strategi yang sangat potensial, dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini pada akhirnya, akan dapat menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat. Salah satu agen international, Bank Dunia misalnya percaya bahwa partisipasi masyarakat di dunia ketiga, merupakan sarana efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui upaya pembangkitan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri.

Ife (2002) memberikan definisi pemberdayaan sebagai berikut: empowerment aims to increase the power of the disadvantaged, pemberdayaan adalah peningkatan kekuasaan kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung. Menurut Sumodiningrat (2007), pemberdayaan sebagai konsep alternatif pembangunan, dengan demikian menekankan otonomi pengambilan keputusan suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya pribadi, partisipasi, demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung, sedangkan menurut Suharto (2005) yang mengutip pendapat Parsons (1994), mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dimana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dan saling mempengaruhi terhadap orang lain, pada kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Haeruman dan Eriyatno (2001), mengemukakan konsep pemberdayaan sebagai alternatif bagi pembangunan ekonomi wilayah. Pada hakekatnya konsep ini memuat upaya mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan ekonomi wilayah. Ciri pokok konsep pemberdayaan adalah pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, partisipasi aktif, demokratis dan berdasar pada isu pokok dan sumberdaya lokal. Selanjutnya Syaroni dalam Jurnal Analisis Sosial (2002) menyatakan tentang substansi dari pemberdayaan masyarakat adalah terciptanya sebuah kesadaran kritis dan konstruktif pada segenap komunitas menghadapi eksistensinya dan masalah-masalah yang muncul baik pada masa sekarang maupun mendatang. Dari pengertian-pengertian di atas tentang pemberdayaan masyarakat, dapat disimpulkan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana masyarakat agar mampu mengupayakan kehidupanya sendiri, menjadi lebih baik tanpa bantuan orang lain terus menerus. Dengan pemberdayaan diharapkan partisipasi masyarakat meningkat, artinya masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dinamis dan aktif berpartisipasi di dalam membangun diri mereka, tanpa mengharapkan bantuan orang lain, mampu berfikir kreatif dan inovatif, mempunyai wawasan yang luas dan mampu bekerja sama dengan pihak

lain. Hal ini juga dikemukakan oleh Suharto (2005) bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan. 2.3. Pengertian Kemiskinan Pengertian kemiskinan menurut Sukanto (1986) diartikan sebagai suatu keadaan, dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk memelihara dirinya sendiri, yang sesuai dengan taraf kehidupan kelompok-kelompoknya dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Dari pengertian tersebut, seseorang dikatakan miskin apabila dirinya hidup tidak sesuai dengan taraf / tingkatan hidup masyarakat, dimana diri orang miskin itu berada. Suparlan ( 1986 ) lebih lanjut mengartikan kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang, dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Menurut Sayogyo (1971) kemiskinan dapat diukur dengan memperhitungkan standar kebutuhan pokok beras. Kemiskinan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu; 1) Golongan orang paling miskin yaitu orang yang mempunyai pendapatan beras perkapita pertahun sebanyak 270 kg, 2) Gologan orang miskin sekali yaitu orang yang memiliki pendapatan beras perkapita pertahun beras sebanyak 270 kg sampai dengan 360 kg, 3) golongan orang miskin yaitu orang yang memiliki pendapatan beras perkapita pertahun sebanyak 360 kg sampai dengan 480 kg. Penyebab dasar Kemiskinan yaitu kegagalan kepemilikan sumberdaya (terutama lahan dan modal), terbatasnya ketersediaan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana, kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan sektor, adanya perbedaan kesempatan diantara anggota masyarakat dan sistem yang kurang

mendukung, belum terciptanya pemerintahan yang bersih, pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tanpa peduli lingkungan (Syaukat 2007). Upaya mengenal dan mengidentifikasi golongan miskin dapat dikaitkan dengan permasalahan, 1) Kekurang mampuan meraih peluang ekonomi yaitu peluang bekerja/berusaha, upah rendah, malas dan sebagainya, 2) Penguasaan aset produksi yang rendah terkait dengan lahan, air, faktor produksi dan jangkauan pelayanannya, 3) Kondisi kurang gizi dan kesulitan memenuhi kebutuhan pangan dan sandang, 4) Mempunyai anak balita yang kurang gizi dan kesehatan yang rendah, 5) Kondisi perumahan tak layak huni dan kumuh, 6) Kekurang mampuan menyekolahkan anak, 7) Kekurang mampuan meraih pelayanan kesehatan, air bersih dan keserasian lingkungan, 8) Tingkat partisipasi yang rendah pada kegiatan kemasyarakatan dan organisasi sosial di desa/kelurahan (Said Rusli dkk, 1995) Dalam kajian ini upaya Badan Keswadayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Kemiskinan akan dilihat pada fungsi BKM dalam perencanaan melalui tahapan-tahapan yaitu 1) Identifikasi Kebutuhan yang menghasilkan kriteria orang miskin, jumlah data orang miskin, kebutuhan dasar orang miskin, serta melakukan pendataan potensi yang ada di kelurahan yang bisa membantu program penanggulangan kemiskinan dan potensi di Kelurahan Pakembaran yang mendukung program penanggulangan kemiskinan yaitu sumber daya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ekonomi, sumberdaya masyarakat, 2) Merumuskan langkah-langkah memecahan masalah melalui fokus diskusi terarah (FGD), untuk merumuskan pemecahan masalah sesuai kemampuan dan kebutuhan masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan maka teridentifikasi jenisjenis usulan kegiatan, rencana kegiatan yang akan di rumuskan dalam penyusunan pengajuan usulan kegiatan penanggulangan kemiskinan, penilaian kelayakan usulan kegiatan, penetapan prioritas kegiatan, penyaluran dana bantuan langsung masyarakat, pendampingan dan pengawasan pelaksanaan kegiatan, 3) Pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran melalui pembangunan prasarana lingkungan pada masyarakat miskin, perbaikan dan pembangunan rumah keluarga miskin, memberikan pelatihan ketrampilan kerja bagi keluarga miskin dan penyediaan dana pinjaman bergulir bagi ekonomi mikro dan menengah, 4) Monitoring dan evaluasi pada pelaksanaan kegiatan program penanggulangan kemiskinan yaitu

untuk menjaga agar kegiatan yang dijalankan masyarakat benar-benar bermanfaat, sesuai usulan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam melaksanakan kegiatan, mendorong tumbuh kembangnya prilaku dan sikap tanggung jawab masyarakat terhadap kepercayaan yang telah diterimanya, mencegah munculnya penyalahgunaan dan penyimpangan anggaran.