BAB I PENDAHULUAN. menciptakan pendidikan yang bermutu bagi warga negaranya. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan selalu mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama halnya seperti upaya meningkatkan kualitas hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang mampu melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Karena

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bidang penting dalam administrasi/manajemen pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai. penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai institusi pendidikan, sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sebagai tempat menyimpan uang, Bank juga menjadi sarana kredit bagi usaha yang

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu bidang penting dalam administrasi/manajemen pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

Wiwin Sholikhah UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA Abstrak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa terletak pada kemampuan negara untuk menciptakan pendidikan yang bermutu bagi warga negaranya. Pendidikan bermutu dapat terwujud manakala semua fungsi-fungsi yang mempengaruhi pendidikan saling mendukung. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan formal yang mengelola berbagai sumber daya yang diperlukan seperti kurikulum (kebijakan), tenaga pendidik, biaya, peralatan, dan sumber daya selebihnya saling bersinergi untuk mencapai kemajuan yang diinginkan. Sekolah adalah sebuah subsistem terkecil dari sistem pendidikan nasional, sebagai subsistem terkecil dari sistem pendidikan nsional maka keberhasilan pendidikan secara nasional tergantung pada keberhasilan pendidikan di sekolah. Sebagai sebuah sistem maka sekolah harus memberdayakan semua komponen yang ada di dalamnya bekerja secara efektif dan efisien. Komponen yang berpengaruh terhadap sekolah adalah komponen internal dan eksternal. Komponen internal meliputi input, proses, output dan outcome yang diharapkan berjalan dengan baik dan saling mendukung sehingga dapat menciptakan iklim sekolah yang kondusif untuk berlangsungnya proses. Komponen eksternal yang ikut berpengaruh terhadap iklim sekolah adalah dukungan pemerintah, masyarakat, kemajuan iptek, tuntutan globalisasi, dan tuntutan pengembangan diri. 1

Komponen input merupakan semua masukan yang diperlukan untuk berlangsungnya proses pendidikan di sekolah. Proses yang terjadi di sekolah adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa, pendidik (guru), tenaga kependidikan, visi misi, tujuan, kurikulum, dan sarana prasarana (peralatan, gedung, dan fasilitas penunjang lainnya). Komponen proses dapat berupa manajemen, kepemimpinan, dan kegiatan belajar mengajar. Selain membutuhkan komponen input, komponen proses akan menghasilkan komponen output berupa hasil belajar/ prestasi siswa. Hasil belajar siswa tidak hanya berupa kemampuan kognitif saja yang dicerminkan dengan angka-angka, misalnya nilai ulangan atau pencapaian nilai UN tetapi juga menyangkut kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Siswa yang berkarakter baik, sehat jasmani, dan mental merupakan output yang penting selain output berupa angka-angka. Keberhasilan sekolah untuk membekali siswa dengan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor tidak terlepas dari fungsi sekolah sebagai sebuah organisasi. Sebagai sebuah organisasi, maka sekolah merupakan kesatuan sosial dari anggotanya untuk mencapai tujuan bersama. Kesuksesan organisasi tidak terlepas dari perilaku anggotanya untuk mencapai tujuan bersama, diharapakan tujuan individu dalam organisasi selaras dengan tujuan organisasi (goal congruence). Sekolah adalah organisasi terkecil dan khusus dalam sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini seperti yang dikemukan oleh Rafferty, (2003:52): School climate is organizational climate with context specificity. It embraces the milieu of personalities, the principal and teachers, interacting within the sociological and psychological framework present in all schools. 2

Sehingga dapat dikatakan bahwa iklim sekolah adalah iklim organisasi pada kontek yang lebih spesifik. Iklim sekolah mencakup lingkungan pergaulan dari kepribadian kepala sekolah dan guru, yang saling berinteraksi dalam kerangka sosiologi dan psikologi yang ada di sekolah. Mengacu pada pengertian yang disampaikan oleh Rafferty (2003) di atas maka istilah organisasi pada penelitian ini mengacu pada sekolah, sehingga yang dimaksud dengan iklim organisasi adalah iklim organisasi sekolah. Hasil penelitian Moran dan Volkwein (1988) menunjukkan bahwa iklim organisasi yang baik dapat meningkatkan kolaborasi antar anggota organisasi, lebih banyak dukungan terhadap sekolah, lebih kondusif dalam menciptakan lingkungan yang menoleransi risiko (risk taking) dan memunculkan inovasi, memunculkan keterlibatan guru yang semakin besar baik yang terkait dengan pekerjaan maupun dalam pengambilan keputusan kelembagaan dan memunculkan komitmen yang kuat dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Hoy dan Miskel (2001: 189) iklim organisasi sekolah merupakan serangkaian karakteristik internal yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lain dan mempengaruhi perilaku para warga sekolah yang secara spesifik iklim organisasi sekolah adalah kualitas lingkungan sekolah yang relatif bertahan yang dialami oleh para warga sekolah, mempengaruhi perilaku dan didasarkan pada persepsi kolektif mereka tentang perilaku di sekolah. Gibson et al. (1994) mengemukakan bahwa organisasi merupakan unit yang terkoordinasi terdiri dari paling sedikit dua orang untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai sebuah organisasi maka sekolah juga menghadapi ancaman 3

berupa ketidakpastian dan keterhubungan dengan masyarakat. Perubahan sosial, ekonomi, budaya (teknologi) di suatu masyarakat di daerah/negara lain akan berpengaruh juga terhadap organisasi. Perubahan baik eksternal maupun internal dapat mempengaruhi keefektifan organisasi dalam mencapai tujuannya. Perubahan eksternal tersebut dapat berupa perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan tuntutan masyarakat sedangkan perubahan internal dapat berupa penerapan kebijakan, kurikulum dan peralatan baru. Perubahan-perubahan tersebut membutuhkan proses adaptasi dan sinergi diantara komponen-komponen yang ada di sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, tenaga kependidikan dan manajemen). Perubahan-perubahan yang mempengaruhi sekolah tersebut akan menciptakan iklim dan budaya organisasi. Iklim organisasi relatif bersifat sementara dibandingkan dengan budaya yang lebih permanen. Iklim organisasi sebagai perwujudan dari karakteristik lingkungan organisasi yang dirasakan oleh anggotanya memiliki peran yang sangat penting dalam kesuksesan organisasi. Iklim sekolah yang terbuka akan menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga akan menghasilkan output yang baik dibandingkan dengan iklim sekolah yang tertutup. Iklim sekolah yang terbuka ditandai adanya kerjasama, penghargaan, dan keterbukaan sedangkan iklim tertutup ditandai oleh adanya kontrol yang ketat, guru bekerja sesuai tugasnya saja dengan banyak batasanbatasan akan menyebabkan guru menjadi frustasi, apatis dan motivasi rendah. Pada akhirnya akan mempengaruhi komitmen guru, yaitu komitmen yang rendah terhadap tugas dan sekolahnya. 4

Komitmen guru penting untuk dipelajari karena komitmen guru akan mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan pekerjaannya. Adanya kinerja yang tinggi tentunya akan menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam rangka mencerdaskan bangsa. Komitmen guru adalah perasaan keterikatan seorang guru terhadap sekolah sehingga mendorong guru untuk untuk mau bekerja keras dalam usaha mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Menurut Gibson et al. (1994) komitmen adalah perasaan sama dengan organisasi, loyalitas, dan keterlibatan yang dicerminkan oleh karyawan. Komitmen guru ini dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal guru. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri guru yang dapat berupa kepercayaan diri, motivasi, dan pengendalian diri dari guru sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan di sekitar guru yang dapat berupa lingkungan fisik dan sosial. Menurut Lee dan Mowday (1987: 735) komitmen karyawan dipengaruhi oleh faktor harapan, nilai, karakteristik organisasi, kinerja, dan pengalaman kerja. Menurut Zhang dan Liu (2010) iklim organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keefektifan manajemen sumber daya seperti kepuasan kerja (job satisfaction), keluar masuknya karyawan (turnover intention), dan kepercayaan diri dalam bekerja (work efficacy). Lebih lanjut dikatakan oleh Zhang dan Liu (2010) bahwa iklim organisasi adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap keefektifan organisasi seperti komitmen organisasi dan identitas kolektif (staff members organization commitment and collective identity). 5

Komitmen guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Ponjong pada umumnya masih rendah, hal ini ditandai oleh adanya guru yang masih terlambat ke sekolah, penggunaan model pembelajaran yang monoton dan cenderung teacher center learning, serta keengganan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan knowledge sharing (MGMP/ Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Keadaan ini dimungkinkan oleh adanya iklim organisasi sekolah yang tidak kondusif yang ditandai oleh kepemimpinan yang kongenial, dukungan antar guru yang rendah, dan dukungan dari masyarakat yang rendah pula. Melihat keadaan ini maka penting dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh iklim organisasi sekolah menengah pertama di Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul terhadap komitmen guru. 1.2. Rumusan Masalah Iklim sekolah harus menjadi perhatian bagi kepala sekolah karena iklim sekolah akan mempengaruhi keefektifan sekolah. Sekolah yang efektif ditandai oleh adanya kepemimpinan yang transformasional, harapan kinerja yang tinggi, lingkungan yang aman dan tertib, tugas mendasarkan pada ketrampilan dan kemampuan bukan kedekatan, dan sistem penilaian siswa yang komprehensif (kognitif, afektif, dan psikomotor). Iklim sekolah yang terbuka terutama disebabkan oleh perilaku kepala sekolah, guru, murid, dan tenaga kependidikan. Perilaku supervisi kepala sekolah yang bersifat kolegial, saling menghargai, kepercayaan, keterbukaan, kerjasama, tugas yang memberdayakan berdasarkan kemampuan atau ketrampilan, dan 6

perilaku guru dalam menilai siswa secara komprehensif akan menciptakan iklim sekolah yang sehat/terbuka. Iklim organisasi sekolah menengah pertama di Kecamatan Ponjong pada umumnya masih bersifat tertutup, hal ini dapat dilihat dari beberapa fenomena yang terjadi, yaitu: 1. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang cenderung bergaya transaksional yang ditandai dengan penekanan tugas-tugas yang dibebankan kepada guru dan karyawan. Prestasi guru dan karyawan hanya diukur berdasarkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan seperti yang digariskan oleh atasan. 2. Manajemen pengambilan keputusan tertutup, hal ini dapat dilihat dari adanya ketakutan dari guru maupun karyawan untuk turut serta dalam pengambilan keputusan. Tidak adanya partisipasi ini akan membuat sekolah cenderung tidak mengalami kemajuan dalam prestasi. Usaha-usaha peningkatan mutu tidak mendapat dukungan dari guru karena kebijakan digariskan hanya mengacu pada pandangan kepala sekolah semata. 3. Komite sekolah sebagai bagian dari masyarakat seharusnya menjadi mitra dalam setiap keputusan sekolah menjadi tidak berdaya. Komite sekolah dibutuhkan oleh sekolah manakala sekolah akan menarik dana dari siswa untuk membiayai suatu program, mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang bersifat akademik demi peningkatan prestasi dan penyempurnaan kurikulum. 7

4. Tidak adanya kemauan yang kuat dari siswa untuk berprestasi dalam bidang akademik maupun nonakademik (olah raga, seni, ketrampilan). Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan sumber-sumber belajar yang masih sedikit. 5. Adanya perselisihan di antara guru-guru pada mata pelajaran yang sama dalam memperebutkan jam mengajar. Perselisihan ini muncul sebagai akibat adanya pemberian tunjangan sertifikasi yang mensyaratkan mengajar 24 jam per minggu. Bagi guru yang tidak memenuhi 24 jam diwajibkan mencari tambahan jam mengajar di sekolah lain. Pada umumnya guru-guru lebih senang untuk mengajar di sekolahnya sendiri tanpa mencari tambahan jam di sekolah lain. Perselisihan akan muncul dalam penentuan siapa yang harus menambah jam di sekolah lain, guru seniorlah yang biasanya dimenangkan sehingga guru yunior harus mencari tambahan di sekolah lain. Keadaan di atas tentunya akan menghambat proses pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya akan membentuk iklim sekolah yang tertutup. Proses pembelajaran di sekolah yang paling utama adalah dipengaruhi oleh faktor guru tanpa menghilangkan peran komponen sekolah yang lain. Mengingat peran yang lebih dominan tersebut maka peningkatan mutu pendidikan harus dititikberatkan pada peningkatan kompetensi guru. Peran dan fungsi guru terhadap pelaksanaan pendidikan adalah sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota masyarakat, sebagai pemimpin, sebagai administrator, sebagai pengelola pembelajaran (Mulyasa, 2012). Organisasi yang terbuka akan membawa dampak pada motivasi dan komitmen guru yang tinggi sehingga akan membawa pada kepuasan kerja dan 8

kinerja yang tinggi. Hasil penelitian Smith (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan antara komitmen guru dengan iklim sekolah. Komitmen guru yang paling besar dipengaruhi oleh teacher profesionalism sedangkan collegial leadership dan academic press berpengaruh terhadap teacher profesionalism dan Socioeconomic Status (SES) berpengaruh terhadap academic press. Jika proses pembelajaran dilakukan tanpa ada motivasi yang kuat maka akan mengakibatkan kinerja guru yang rendah. Keadaan ini tentunya memerlukan manajemen organisasi yang baik dari kepala sekolah untuk menciptkan iklim sekolah yang terbuka. 1.3. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat pengaruh iklim organisasi sekolah (kepemimpinan kolegial, profesionalisme guru, tekanan berprestasi, kemudahan terpengaruh) terhadap komitmen guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Ponjong? 1.4. Tujuan Penelitian Menguji pengaruh iklim organisasi yang terdiri dari komponen-komponen kolegial, profesionalisme guru, tekanan berprestasi, dan kemudahan terpengaruh baik secara sendiri-sendiri (partial) maupun secara bersama-sama (simultan) terhadap komitmen guru sekolah menengah pertama di Kecamatan Ponjong. 9

1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Bagi pihak pengelola sekolah maka penelitian bermanfaat dalam memberikan acuan untuk melakukan perbaikan iklim organisasi sekolah dan komitmen guru. 2. Hasil dari penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya hasil penelitian sebelumnya dan dapat menjadi referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan baru dalam melakukan analisis tentang iklim sekolah dan komitmen guru. 1.6. Batasan Penelitian Pada penelitian ini yang dimaksud dengan iklim organsasi adalah iklim sekolah yang diukur menggunakan Organizational Climate Index (OCI) yang berjumlah 27 item pertanyaan. Indek pada OCI mempunyai empat dimensi yaitu kepemimpinan kepala sekolah, profesionalisme guru, tekanan akademik, kemudahan terpengaruh. Komitmen organisasi diukur dengan Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) yang berjumlah 15 item pertanyaan. 10