Hukum Progresif Untuk Pemberantasan Korupsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

JERAT BUDAYA KORUPSI MASYARAKAT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi, yaitu makhluk yang selalu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik

Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan (Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Batik Surakarta) Hp :

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan banyaknya pemberitaan mengenai adanya indikasi fraud

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

I. PENDAHULUAN. adalah usaha pemerintah dalam memberantas praktik tindak pidana korupsi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Korupsi telah dikaji dan ditelaah secara kritis oleh banyak ilmuwan

BAB 1V ANALISIS PEMBERATAN HUKUMAN YANG DILAKUKAN ARTIDJO ALKOSTAR DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA KORUPSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOLUSI MERUSAK MORAL BANGSA

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

bebas murni oleh pengadilan. Sementara itu vonis hukuman bagi pelaku IL di Indonesia selama ini bervariasi, yaitu antara 1 bulan sampai dengan 9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi

BAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

AMANAT KETUA MAHKAMAH AGUNG RI PADA HARI JADI MAHKAMAH AGUNG KE Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas untuk setiap tahunnya. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

SALAH PERSEPSI SOAL KORUPSI

Trio Hukum dan Lembaga Peradilan

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Sambutan Presiden RI - Pembukaan KNPK dan Peluncuran Program Jaga, Jakarta, 1 Desember 2016 Kamis, 01 Desember 2016

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

FENOMENA KORUPSI SEBAGAI PATOLOGI SOSIAL DI INDONESIA Disusun oleh : Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. merasuk ke semua sektor di berbagai tingkatan pusat dan daerah, di semua

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dirumuskan demikian:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia di sisi lain dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II IDENTIFIKASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. siapa pun berpotensi untuk melakukan kecurangan. Seperti yang kita ketahui bahwa

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu

ANOMALI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN UPAYA PENYELAMATAN KERUGIAN NEGARA DI NTB

Metrotvnews.com, Banjarmasin:

HUKUM, POLITIK DAN ETIKA. Oleh :

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nama : ALEXANDER MARWATA

BAB I PENDAHULUAN. martabat, serta etika dan perilaku hakim. perundang-undangan harus diimplementasikan secara konkret dan konsisten

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, ketentuan ini tercantum

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

I. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Dialog dengan LSM Pegiat Anti Korupsi, Jakarta, 25 Januari 2012 Rabu, 25 Januari 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Penjara 5 (lima) Tahun atau Lebih Bagi Calon Kepala Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan demi menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan

2018, No Pengadilan Tinggi diberi kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana pemilu; c. bahwa dengan berlakunya ke

B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi terhadap aturan yang bersifat positif. Hukum juga menjadi tolak ukur segala

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Political Economic and Risk Consultancy (PERSC), Transparency

Pidato Presiden - Menjelang HUT ke-71 RI pada Sidang Tahunan MPR, Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan.

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013

Transkripsi:

1 Hukum Progresif Untuk Pemberantasan Korupsi Oleh: Husni Mubarak* I Pendahuluan Korupsi di Indonesia telah menjadi penyakit utama yang hinggap di dalam tubuh bangsa ini. Sebagian birokrat di pemerintahan, politisi, kepala daerah, hingga aparat penegak hukum pernah ada yang terlibat kasus tindak pidana korupsi. Korupsi di Indonesia hadir dalam berbagai sektor kehidupan: dari pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur dan lain-lain. Menurut (alm) Prof. Satjipto Rahardjo (Satjipto Rahardjo, 2010: 89), korupsi di Indonesia pada tahun 1950-an masih dapat dimasukkan ke dalam kategori awal, sedangkan sekarang ini barangkali sudah berada pada tahap menuju yang terakhir. Melihat kenyataan tersebut, korupsi telah mengakar di Indonesia sejak zaman orde lama dulu hingga masa reformasi sekarang. Saat ini, indeks persepsi korupsi Indonesia yang dirilis oleh Transparency International tahun 2011 menunjukkan Indonesia meraih skor 3.0. Dimana nilai 0 adalah negeri yang sangat korup dan nilai 10 adalah negeri yang bersih dari korupsi. Lalu, Indonesia menempati posisi 100 dari 183 negara yang diukur (Liputan 6 SCTV, 9 Desember 2011). Korupsi memang sudah merusak kehidupan bangsa Indonesia ini. Dampak yang dirasakan dari korupsi memang tidak dirasakan secara langsung, tetapi pelan-pelan bisa membunuh masyarakat dan bangsa ini. Dampak dari korupsi bisa terhadap akses layanan kesehatan dan pendidikan yang belum bisa dirasakan oleh orang miskin maupun ada kisah tentang jembatan yang roboh. Korupsi itu ibarat benalu yang selalu menghisap uang rakyat dan negara. Korupsi di Indonesia tidak terjadi dengan sendirinya dan hanya dilakukan oleh individu-individu. Korupsi di Indonesia juga terjadi secara berjamaah oleh sekelompok orang. Lalu, korupsi juga bukan hanya menyangkut masalah penyelewengan uang negara saja, melainkan lebih kompleks lagi. Pelayanan publik yang berbelit-belit dan tidak maksimal hasilnya juga merupakan sebuah bentuk korupsi (Satjipto Rahardjo, 2010: 51). Budaya suap-menyuap di pengadilan juga merupakan perbuatan korupsi.

2 Setelah reformasi, upaya pemberantasan korupsi dimulai dengan membentuk lembaga-lembaga anti korupsi. Pertama, Indonesia pernah mempunyai lembaga yang bernama Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) yang akhirnya dibatalkan status hukumnya oleh Mahkamah Agung melalu judicial review (Satjipto Rahardjo, 2010: 187). Hal ini jelas sangat disayangkan sekali. Niat dan upaya pemberantasan korupsi melalui lembaga tersebut gagal dilaksanakan. Selain TGPTPK, berdiri juga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri hingga sekarang. Lalu ada Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor): pengadilan khusus untuk terdakwa kasus tipikor. Terjadi masalah dalam pengadilan ini: banyak terdakwa dibebaskan oleh hakim di Pengadilan Tipikor. Kasus terakhir adalah dibebaskannya terdakwa korupsi kasus jalan tol Semarang-Solo di Pengadilan Tipikor Semarang (Detiknews, 9 Januari 2012). Sudah banyak terjadi masalah korupsi di Indonesia dan upaya penegakan hukum yang seharusnya diharapkan oleh masyarakat untuk memberantas penyakit ini ternyata juga lemah dalam penindakan. Terkadang masyarakat dibuat kecewa oleh aparat penegak hukum. Pengadilan sebagai tempat masyarakat berharap; tempat dimana keadilan dapat terwujud. Yang terjadi adalah, pengadilan berubah menjadi pasar yang memperdagangkan putusan pengadilan (Satjipto Rahardjo, 2010: 90). Padahal, tujuan dari hukum itu sendiri adalah untuk keadilan dan menciptakan ketertiban dan juga keseimbangan dalam masyarakat (Sudikno Mertokusumo, 2010: 99). Untuk itu, diperlukan model penegakan hukum yang progresif untuk memberantas korupsi yang sudah kronis ini. Dibutuhkan kesadaran kolektif antara aparat penegak hukum dan juga masyarakat untuk bahu-membahu memberantas korupsi. Paradigma hukum progresif sendiri itu adalah bahwa hukum untuk manusia, bukan manusia untuk hukum (Satjipto Rahardjo, 2010: 61). Gagasan hukum progresif adalah untuk membebaskan dari cara berhukum yang selama ini terjadi. Dalam konteks pemberantasan korupsi, hukum progresif membantu kita untuk menegakkan keadilan secara penuh dan membebaskan bangsa Indonesia dari bahaya korupsi. Selain hukum progresif, upaya pemberantasan korupsi juga harus masuk dalam ranah pendidikan. Korupsi sudah semestinya menjadi musuh bersama bagi bangsa ini. Sejak kecil, anak-anak Indonesia telah didik dan diberikan pemahaman bahwa korupsi adalah perbuatan yang sangat jahat, keji, dan sifatnya melanggar hak-hak orang lain. Pendidikan anti korupsi

3 harus dilakukan sejak dini dan semestinya mata kuliah anti korupsi diajarkan di sekolahsekolah dan perguruan tinggi di Indonesia. II Permasalahan 1. Di tahun 2011 terjadi permasalahan terhadap kinerja Pengadilan Tipikor daerah. Pengadilan Tipikor Daerah tersebut lahir atas dasar hukum. Undang-Undang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Nomor 46 Tahun 2009. Saat ini telah ada 33 Pengadilan Tipikor di tiap provinsi di Indonesia. Hakim yang bertugas di pengadilan ini terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc yang diseleksi oleh Mahkamah Agung. Permasalahan terjadi: banyak hakim di Pengadilan Tipikor yang mempunya track record yang buruk. Menurut laporan majalah Tempo (14-20 November 2011), seorang hakim ad hoc di Pengadilan Tipikor Bandung yang bernama Ramlan Comel pernah menjadi terdakwa korupsi di Pekanbaru, Riau tahun 2005. Saat ini, ketika dia menjadi Hakim Tipikor di kota Bandung, dia membebaskan dua terdakwa kasus korupsi: Bupati Subang, Eep Hidayat dan Walikota Bekasi, Mochtar Mohamad. Selain di Bandung, bebasnya terdakwa juga terjadi di Pengadilan Tipikor daerah yang lain. Di Jakarta, hakim tipikor membebaskan Mieke Hanriett Bambang, Sekretarus Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah yang didakwa menyembunyikan dokumen aliran dana Yayasan Pendidikan BI senilai Rp 100 miliar. Di Bandung, tiga terdakwa yang menjabat sebagai kepala daerah tingkat kabupaten/kota divonis bebas. Di Surabaya, 21 terdakwa divonis bebas dan di Samarinda, terdapat 14 terdakwa yang bebas. Terakhir di Semarang, 1 orang terdakwa bebas (Detiknews, 9 Januari 2012). 2. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia di tahun 2004 adalah 2.0 dan di tahun 2010 meningkat menjadi 2.8 (Denny Indrayana, 2011: 200-201). Lalu di tahun 2011 IPK Indonesia menjadi 3.0 (Liputan 6 SCTV, 9 Desember 2011). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memang masih belum terbebas dari korupsi, tetapi ada upaya untuk pemberantasan korupsi. Kenaikan IPK Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2011

4 wajib kita berikan apresiasi terhadap pemerintah dan aparat penegak hukum. Namun, kita jangan cepat puas. Kapan kita bisa mengejar IPK melebihi angka 8 atau bisa mengejar Singapura yang memiliki IPK 9.3 dari ukuran 10 untuk negeri yang terbebas dari korupsi? Oleh karena itu, mulai saat ini upaya pemberantasan korupsi harus benar-benar dilakukan secara kolektif oleh seluruh elemen bangsa Indonesia seperti yang dicita-citakan (alm) Prof. Satjipto Rahardjo (Satjipto Rahardjo, 2010: 131-135). III Pembahasan Masalah 1. Dalam menegakkan hukum, ada tiga unsur yang harus diperhatikan: kepastian hukum, keadilan hukum, dan kemanfaatan hukum (Sudikno Mertokusumo, 2010: 207). Kepastian dalam pemberantasan korupsi telah diatur dalam Undang-Undang yang terkait dengan masalah tindak pidana korupsi. Selain kepastian hukum, hal yang harus diperhatikan adalah unsur keadilan dan kemanfaatan. Putusan hakim harus bersifat adil dan tercipta unsur kemanfataan agar masyarakat puas terhadap putusan hakim tersebut. Hukum adalah untuk manusia, jadi hukum harus memberikan manfaat untuk manusia banyak. Seharusnya kita tidak mendengar lagi berita tentang bebasnya terdakwa tindak pidana korupsi apabila hakim yang memimpin jalannya persidangan itu benar-benar menjadi hakim yang progresif dan mengutamakan keadilan. Hakim diharapkan dapat menemukan hukum atas suatu peristiwa secara tepat. Penemuan hukum adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum yang diberi tugas melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa konkret (Sudikno Mertokusumo, 2010: 210). Dalam penemuan hukum, hakim boleh tunduk terhadap undang-undang dan juga bisa sedikit melenceng dari undang-undang semata yang biasanya digunakan metode interpretasi atau penafsiran hukum (Sudikno Mertokusumo, 2010: 217-219). Sumber hukum selain undang-undang ada yang dinamakan sebagai yurisprudensi. Menurut (alm) Prof. Sudikno Mertokusumo, yurisprudensi adalah ajaran hukum atau doktrin yang dimuat dalam putusan pengadilan. Yurisprudensi merupakan produk yudikatif yang berisi kaidah atau peraturan hukum yang mengikat pihak-pihak yang bersangkutan atau terhukum (Sudikno Mertokusumo, 2010: 146).

5 Dalam konteks penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, putusan hakim harus berdasarkan undang-undang dan juga penafsiran atas undang-undang tersebut serta yurisprudensi. Diharapkan putusan hakim tersebut benar-benar berkualitas dan mempunyai efek jera bagi para koruptor. Semoga akan semakin banyak hakim yang berpikiran progresif untuk pemberantasan korupsi di Indonesia. Semoga tidak ada lagi hakim yang membebaskan terdakwa korupsi. Yurisprudensi yang dimiliki hakim harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jika banyak hakim-hakim yang progresif dan mempunyai keberanian untuk menegakkan hukum secara tegas dan adil, niscaya terjadi kemajuan hukum di Indonesia dan upaya pemberantasan korupsi tidak jalan ditempat. Lalu, bukan mustahil Indonesia akan terbebas dari korupsi suatu saat nanti. Menurut (alm) Prof. Satjipto Rahardjo, dalam sejarah kemajuan-kemajuan dalam hukum tidak dicapai melalui menjalankan hukum yang biasa-biasa saja melainkan melalui keberanian menempuh langkah rule breaking yang visioner (Satjipto Rahardjo, 2010: 169). Jadi, penegakan hukum yang progresif wajib dilakukan dan hal ini dimulai dari keberanian hakim dan juga aparat penegak hukum yang lain. 2. Ketika kita melihat Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dipaparkan diatas, setidaknya Indonesia dalam kurun waktu sekitar 7 tahun telah mengalami peningkatan skor. Saat ini, skor IPK kita harus ditingkatkan kembali. Oleh karena itu, hal ini menjadi tugas bersama bagi bangsa Indonesia untuk bersama-bersama membersihkan negeri ini. Kita sebagai anak bangsa, jangan hanya mengutuk gelap, mari pula kita nyalakan cahaya. Semangat individual harus kita hapuskan sejenak dan membangun semangat baru yang lebih kolektif dan progresif. Dari masyarakat biasa hingga aparat penegak hukum saling bahu-membahu dalam rangka menciptakan Indonesia yang terbebas dari korupsi. Mengutip pernyataan (alm) Prof. Satjipto Rahardjo: kultur kolektif secara progresif akan membebaskan kita dari praksis liberal dan berani menempuh cara lain demi menolong bangsa ini dari kehancuran karena praktik korupsi yang sudah meluas (Satjipto Rahardjo, 2010: 134). IV Simpulan

6 Korupsi yang terjadi di Indonesia telah mengalami fase yang sangat akut atau kronis. Jika hal ini dibiarkan saja, kita tinggal menunggu kehancuran negeri ini saja. Tentu kita tidak ingin negeri ini hancur. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang progresif untuk membersihkan Indonesia dari bahaya korupsi. Penegakan hukum yang benar, tegas, adil, dan progresif adalah alat utama untuk perang terhadap koruptor dan korupsi. Selain itu, dibutuhkan pula dukungan masyarakat agar program pemberantasan korupsi ini dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Membangun kesadaran kolektif adalah penting sekali. Selain penindakan terhadap orang-orang yang terlibat kasus korupsi, penting pula menciptakan iklim pencegahan agar orang-orang tidak melakukan korupsi. Sistem-sistem yang masih korup di Indonesia dalam segala lini kehidupan juga harus dihapuskan; diganti dengan sistem yang menjunjung tinggi integritas, moralitas, dan kejujuran. Gagasan ini harus dipikirkan betul dan diterapkan. Pendidikan anti korupsi sejak dini juga harus dikembangkan. Sejak kecil, anak Indonesia telah diajarkan untuk hidup jujur. Jika gagasan-gagasan tersebut dapat diwujudkan, maka suatu saat nanti akan ada cahaya terang di Indonesia. Negeri ini akan terbebas dari penyakit yang selama ini menjadi benalu: korupsi. Mungkin sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Sekarang kita hanya bisa berharap, bertindak, dan juga berdoa untuk keselamatan bangsa dan negara ini. Indonesia sedang berada dalam proses untuk meraih cahaya terang tersebut. Tetap optimis untuk Indonesia yang lebih baik. *Husni Mubarak adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (FH Undip) dan tulisan ini adalah tugas akhir dalam mata kuliah Bahasa Indonesia di FH Undip semester 1.

7 Daftar Pustaka Denny, Indrayana. 2011. Indonesia Optimis. Jakarta: BIP. Satjipto, Rahardjo. 2010. Penegakan Hukum Progresif. Jakarta: Kompas. Sudikno, Mertokusumo. 2010. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Artikel Pengadilan Korupsi, Majalah Tempo, 14-20 November 2011. Internet Bahaya Laten Korupsi, Liputan 6 SCTV, http://berita.liputan6.com/read/366697/bahayalaten-korupsi, 9 Desember 2011, Pengadilan Tipikor Semarang Bebaskan Terdakwa Korupsi Kasus Jalan Tol, Detiknews, http://www.detiknews.com/read/2012/01/09/193145/1810954/10/pengadilan-tipikorsemarang-bebaskan-terdakwa-korupsi-kasus-jalan-tol, 9 Januari 2012