BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah tahun dan tahun untuk

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap. insan didunia mendapatkan keturunan.

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

Oleh : NOVA ELOK MARDLIYANA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah di dalam masyarakat kadang masih menjadi tolak ukur kedewasaan. Setelah memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan sendiri, orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki keturunan. Tapi bagi banyak orang lain, pekerjaan dan penghasilan layak ternyata bukan parameter yang bisa dijadikan alasan menikah. Sebagian laki laki yang memiliki tanggung jawab besar dalam rumah tangga memiliki anggapan berbeda beda mengenai menikah dini, yaitu karena agama apapun menganjurkan segera menikah bila sudah dewasa, karena faktor adat dan budaya yang telah mengajarinya untuk menyegerakan menikah dan menghindari hubungan sex diluar nikah. Bahkan laki laki yang menikah dini karena dorongan berkomitmen yang kuat (NW, Dhevy, 2014; Sarwono, W, 1983). Data American Community Survey pada 2008-2010 menunjukkan bahwa pria yang menikah di usia 20-an akan menghasilkan lebih banyak uang dibandingkan mereka yang menikah di usia 30 tahun keatas. Secara umum, pria yang telah menikah memang menghasilkan lebih banyak uang dibanding mereka yang masih lajang. Semangat kerja laki laki muncul karena sudah ada keluarga yang harus dibiayai di rumah. Produktivitas lakilaki yang sudah menikah juga bisa meningkat karena dia sudah tidak lagi repot memikirkan kebutuhan domestik. Secara tradisional, sudah ada istri 1

2 yang mengurus semua keperluannya (Mylemariage, 2014). Fenomena pernikahan dini di usia anak-anak tidaklah jauh berbeda, mengingat fakta perilaku seksual remaja melakukan hubungan seks pranikah sering berujung pada pernikahan dini salah satunya yang diakibatkan hamil sebelum nikah katakanlah zina dini. Sehingga orang tua tidak ada pilihan lain selain memberi pilihan pada anak itu menikah, menyegerakan menikah tersebut selain untuk menutupi aib dan menyelamatkan status anak itu pascakelahiran juga untuk menjaga dari fitnah (Lizziyah, 2010). Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008). Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia remaja dibawah 20 tahun pada wanita dan dibawah 25 tahun pada pria (BKKBN, 2011; Revisi UU 1974). Angka kejadian pernikahan dini di desa lebih tinggi dibandingkan di kota, hal ini ditunjukkan dengan kejadian kawin muda pada kelompok remaja umur 15-19 tahun lebih besar pada mereka yang tinggal di pedesaan 3,53 persen dibandingkan di perkotaan 2,81 persen (BKKBN, 2011). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), hasil sensus penduduk pada tahun 2010 diketahui bahwa rata-rata usia kawin pertama penduduk laki-laki sebesar 25,7 tahun dan perempuan 22,3 tahun. Meskipun rata- rata usia pernikahan di Indonesia mengalami peningkatan dan dikatakan bahwa dewasa muda saat ini cenderung menunda pernikahan, tetapi masih banyak yang melakukan pernikahan pada saat usia remaja. Di Indonesia, jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah

3 lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-19 tahun (11,7 % P : 1,6 %L). Sebanyak 0.2 persen atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah (Riskesdas, 2010 dalam Kajian BKKBN, 2012). Di Jawa Timur angkanya bahkan lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, sampai 39% (Bappenas, 2009). Angka statistik pernikahan usia muda dengan pengantin dibawah 16 tahun, secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat bahkan sepertiga dari pernikahan yang terjadi, tepatnya di Jawa Timur 39,43% (BKKBN, 2005). Data di pengadilan agama (PA) Ponorogo, angka permohonan dispensasi di Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun semakin meningkat, antara lain dipicu karena hamil diluar nikah. Mulai dari tahun 2012 sebanyak 70 pasang, tahun 2013 ada 74 pasang dan ditahun 2014 ini ada 77 pasang. Berdasarkan data dari kantor urusan agama (KUA) di Kecamatan Ngrayun mulai bulan Januari sampai September 2014 jumlah remaja putra yang melakukan pernikahan dini kurang dari usia 25 tahun di Kecamatan Ngrayun sebanyak 126. Hasil study pendahuluan persepsi suami tentang pernikahan dini di Desa Ngrayun Kecamatan Ngrayun dari 6 responden didapatkan kesimpulan bahwa 33,3% laki laki yang menikah dini memiliki persepsi positif dan 66,7% memiliki persepsi negatif. Pernikahan dini memiliki dua sisi, yaitu sisi negatif dan sisi positif. Sisi positif dari pernikahan dini bagi seorang laki laki antara lain untuk memenuhi kebutuhan rohani, laki-laki akan lebih nyaman ketika disampingnya ada seorang istri yang mendampingi, dan kehidupan laki laki terasa belum lengkap ketika dirinya masih lajang. Laki laki yang

4 menikah dini akan terhindar dari perbuatan zina, dimana sewajarnya menjadi seorang bujang semakin tua libidonya pun semakin tinggi dan kebutuhan biologis harus segera disalurkan. Pernikahan dini dapat mencapai visi misi kehidupan, dimana sebagai kepala keluarga mencicil nikah di usia muda akan mengurangi beban pikiran untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, dan yang terakhir adalah kesuksesan, laki laki menganggap bahwa semakin muda usia untuk menikah maka semakin besar kesuksesan yang ia peroleh (Akhwat Shalihah, 2011). Disamping dampak positif, laki laki yang menikah muda juga memiliki dampak negatif, dimana kita ketahui bahwa seorang laki laki memiliki peranan penting dalam sebuah keluarga yang antara lain bertanggung jawab secara ekonomi, yakni dalam artian kebutuhan ekonomi akan sepenuhnya ditanggung oleh suami. Situasi seperti ini berdampak pada terhentinya salah satu hak anak yaitu mendapatkan pendidikan. Pendidikan adalah salah satu cara untuk peningkatan kualitas hidup warga, sementara pada sebagian besar kasus anak dengan pernikahan dini terhenti pendidikannya. Laki laki yang menikah dini akan kehilangan pondasi perkembangan sesuai usianya karena harus berhadapan dengan dunia keluarga yang jauh dari usia perkembangannya. Akibatnya, anak dengan pernikahan dini akan mengalami tekanan psikis yang akan berakibat pada pernikahannya maupun kepada anaknya untuk memberikan contoh yang baik jika kelak ia memiliki anak (Pranawati, 2013). Ketidakmampuan mengendalikan emosi dari masing masing individu serta menonjolkan egonya sendiri-sendiri memicu timbulnya

5 kejadian kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) seperti penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaraan rumah tangga, ancaman untuk melakukan perbuatan, dan pemaksaan baik terhadap istri atau suami. Kepala keluarga yang masih dini akan mempengaruhi kualitas keluarga dan berdampak langsung pada rendahnya kesejahteraan keluarga yaitu seringnya perpecahan rumah tangga pasangan remaja yang disebabkan karena ketidakmampuan mengendalikan emosi sehingga masing-masing individu menonjolkan egonya sendiri-sendiri (Pranawati, 2013). Konsensus di Inggris menyatakan bahwa sebagian besar KDRT oleh pria terhadap wanita yang terlihat dalam survei tindak kriminal, menunjukan bahwa 11,4% wanita dan 4,5% pria telah menjadi KDRT (Alexander Jo., dkk., 2006). Kasus perceraian di pengadilan agama Kabupaten Ponorogo juga terus mengalami peningkatan. Pada tahun Januari hingga Juli 2014, tercatat ada 1.193 kasus perceraian yang terdiri dari cerai talak dan cerai gugat. Untuk cerai talak selama Januari hingga Juli 2014, terdapat 384 kasus, sedangkan cerai gugat selama medio Januari hingga Juli ada 809 kasus dan sekitar 40 persen karena faktor tidak adanya tanggung jawab suami (Pengadilan Agama Kabupaten Ponorogo, 2014). Resiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi perempuan pada kasus pernikahan dini juga sangatlah banyak, yang antara lain: aborsi, anemia, bayi premature, kekerasan seksual, cancer servik, selain itu juga masih banyak resiko ketika ibu melahirkan yaitu persalinan lebih lama, ketuban pecah dini, serta kepala tidak mau turun padahal ketuban sudah pecah maka bisa terjadi tali pusat menumbung, sehingga berdampak pada

6 bayi yaitu kematian, fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat (Manuaba, 2008; Mochtar, 2008). Upaya dalam menekan kejadian pernikahan dini terutama di lingkungan pedesaan yaitu dengan usaha pemerintah maupun kalangan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan dan membuka lapangan kerja agar remaja laki-laki mempunyai alternatif kegiatan lain sehingga menikah muda bukan satu-satunya pilihan hidup, antara lain dengan mengembangkan program pemberdayaan orang muda agar meneruskan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah diberikan pendidikan keterampikan agar tidak segera memasuki jenjang pernikahan (Limantara, 2010). Selain itu, petugas KUA juga perlu melakukan program konseling yang bertujuan untuk mendampingi pasangan muda dalam mengelola keluarga dengan lebih matang, dan juga diharapkan akan membantu keluarga dalam menangani persoalan-persoalan yang menjadi tantangan dalam mencapai tujuan utama sebuah rumah tangga (Syarifudin, 2011; Ghozi, 2013). Berdasarkan fenomena di atas maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang persepsi suami mengenai pernikahan dini di Desa Gedangan, Selur, Temon, Mrayan dan Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin meneliti bagaimana persepsi suami tentang pernikahan dini di Desa Gedangan, Selur, Temon, Mrayan dan Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui bagaimana persepsi suami tentang pernikahan dini di Desa Gedangan, Selur, Temon, Mrayan dan Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan teknologi untuk dijadikan sebagai pertimbangan dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait pernikahan dini. 2. Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Bagi dunia pendidikan keperawatan khususnya Institusi Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo untuk pengembangan ilmu dan teori keperawatan khususnya mata kuliah askep keluarga untuk lebih memperluas pengetahuan mengenai kehidupan dalam keluarga, tidak hanya memenuhi kebutuhan biologis.

8 3. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang persepsi suami tentang pernikahan dini. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Responden Responden mendapatkan informasi,tentang pandanganya selama ini mengenai pernikahan dini yang terjadi dalam rumah tangganya. 2. Perkembangan Ilmu Keperawatan Bagi kalangan akademik, penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan tentang kesehatan reproduksi dan pengembangan penelitian sejenis di masa yang akan datang. 3. Puskesmas Memberikan masukan bagi Puskesmas Ngrayun dalam memberikan konseling kepada masyarakat khusunya remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi, khususnya perkawinan usia dini yang menyebabkan komplikasi kehamilan. 4. KUA (Kantor Urusan Agama) Memberikan masukan bagi KUA Ngrayun melakukan program konseling yang bertujuan untuk mendampingi pasangan muda dalam mengelola keluarga dengan lebih matang.

9 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan informasi yang ada, penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas Muhammadiyah Ponorogo khusunya Fakultas Ilmu Kesehatan D III Keperawatan, judul KTI terkait Pernikahan Dini antara lain : 1. Ahmad, Zulkhifli (2011), meneliti Dampak Sosial Pernikahan Dini. Metode yang dilakukan adalah kualitatif deskriptif. Jenis penelitian yang dilakukan adalah field research yaitu penelitian langsung yang dilakukan di Gunungsindur. Data yang didapatkan diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada remaja putra dan putri yang melakukan pernikahan dini. Persamaannya adalah pada penelitian ini data yang didapatkan penulis melalui kuisioner. Perbedaanya adalah pada penelitian yang akan saya lakukan, respondennya hanya mengambil lakilaki yang melakukan pernikahan dini. 2. Budinurani, Anie (2010), meneliti Kemandirian Remaja Putra yang Menikah Muda. Metode yang dilakukan adalah menggunakan teknik analisa data kualitatif. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah remaja putra, yang rentang usianya antara 12-21 tahun. Subjeknya terdiri dari satu orang subjek dengan 1 orang significant others. Data yang didapatkan diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Persamaannya adalah pada penelitian ini terletak pada variabel yaitu sama- sama remaja putra yang usianya dibawah 25 tahun. Perbedaannya adalah terletak pada subjeknya pada remaja laki-laki yang telah melakukan pernikahan dini.