Saeful Karim, Masrudin

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF CARD SORT DAN INDEX CARD MATCH TERHADAP PRESTASI BELAJAR GETARAN DAN GELOMBANG 1. Haryanto 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. saat semester II Tahun Ajaran 2013/2014, yaitu pada tanggal 9 s.d 25 Januari

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dikelas X SMAN 1 Sungai Apit Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian eksperimen semu, yang mana variabel-variabelnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN GETARAN DAN GELOMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tidak memungkinkan untuk dikontrol secara penuh, tetapi peneliti

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran FIRE-UP dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Kampar Kabupaten Kampar pada

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tidak bisa mengontrol variabel-variabel lain atau pengaruh lain yang akan

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian ini dilakukan tanggal 6 sampai dengan 20 Mei 2013 dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Indah Nursuprianah, Aan Ani

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT-ALAT UKUR DI SMK NEGERI 4 PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah pretest-posttest with Nonequevalent Control Grup. Kelompok Pretes Perlakuan Postes.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan berbentuk pretes dan postes kelompok

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DARTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas X IPA SMAN 2 Pekanbaru

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : hasil belajar matematika, metode diskusi, metode individual

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuasi eksperimen atau percobaan karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE NUMBERD HEAD TOGETHER DENGAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Oktober pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2014 di kelas X SMA. Negeri 8 Duri Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Kancing Gemerincing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

peningkatan hasil belajar melalui metode pembelajaran Accelerated Learning menggunakan langkah M-A-S-T-E-R siswa SMAN 2 Siak Hulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

DAFTAR PUSTAKA. Al-Quran Al-Karim dan Terjemah Bahasa Indonesia (Ayat Pojok), Jakarta: Menara Kudus, 2006

BAB III METODE PENELITIAN. dapat sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang. mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Januari s/d 24 Januari 2014 di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

0 X

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berangkat dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalahan yang dikaji yaitu tentang pemanfaatan modul mnemonic

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

Moh.Masnun, Isti Marotusy Syarifah

Reza Oktiana Akbar, Mirah Habibah

ANALISIS KESULITAN MAHASISWA PROGRAM D2 PGSD UPI KAMPUS CIBIRU DALAM MATA KULIAH MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen menggunakan design Pretest-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISSN Pedagogy Volume 1 Nomor 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN METODE BERPROGRAMA LINEAR DAN METODE BERPROGRAMA BERCABANG PADA POKOK BAHASAN GETARAN DI SMU NEGERI 7 BANDUNG Saeful Karim, Masrudin Abstrak Konsep getaran pada pelajaran fisika yang diajarkan di kelas 1 semester 2 merupakan konsep dasar yang harus terlebih dahulu dipahami oleh siswa agar dapat dengan mudah mempelajari konsep-konsep fisika selanjutnya seperti gelombang, dan bunyi. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami konsep getaran adalah dengan metode pembelajaran berprograma. Metode ini merupakan salah satu metode pengajaran individual yang berorientasi pada penguatan melalui pujian dan hukuman, yang di dalamnya terdapat tiga elemen penting yaitu informasi, stimulus, dan respon. Metode berprograma terbagi menjadi dua yaitu metode berprograma tipe linear dan metode berprograma tipe bercabang. Kedua metode ini memiliki perbedaan dalam pola pengecekan jawaban siswa. Pada tipe linear, setiap siswa akan menempuh rute yang sama (garis lurus) dalam menemukan jawaban atas responnya; sedangkan pada tipe bercabang, setiap siswa akan menempuh rute yang berbeda-beda (bercabang-cabang) dalam menemukan jawaban atas responnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi perbandingan pengaruh metode berprograma linear dan pengaruh metode berprograma bercabang terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan getaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka digunakan instrumen penelitian berupa tes hasil belajar (pretes dan postes) dan postes setiap pertemuan yang diberikan pada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen 1 (diberi perlakuan dengan metode berprograma linear) dan kelas eksperimen 2 (diberi perlakuan dengan metode berprograma bercabang). Dari hasil analisis perbedaan daya serap kedua kelas sampel, diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan metode berprograma linear, prestasi belajar siswa meningkat sebesar 30,39%. Sedangkan dengan menggunakan metode berprograma bercabang, prestasi belajar siswa meningkat sebesar 37,69%. Kata Kunci: Berprograma Linear, berprograma bercabang, pendekatan keterampilan proses yang meliputi aspek observasi, interpretasi, aplikasi dan komunikasi, prestasi belajar. 1

Pendahuluan Pelajaran Fisika hingga saat ini masih dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit untuk dipahami diantara pelajaran MIPA lainnya, pernyataan ini sering dilontarkan oleh siswa SMU pada umumnya, dan siswa SMU Negeri 7 pada khususnya. Hal ini dikarenakan mereka merasa selain dituntut untuk memahami konsep-konsep yang ada, juga dituntut untuk mampu menggunakan rumus-rumus matematika. Selain alasan tersebut, siswa juga sering merasa jenuh dan bosan dengan cara-cara mengajar guru yang cenderung lebih memilih cara praktis dengan metode ceramah, sehingga mereka hanya bisa menulis dan mencatat apa yang didengar dan dijelaskan oleh gurunya, tanpa pernah dilibatkan langsung dalam proses menemukan pengetahuan ataupun mengembangkan pengetahuan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Padahal setiap siswa adalah subjek (pelaku) dalam proses belajar mengajar yang memiliki keunikan satu sama lain. Ada anak yang cepat tanggap, mudah mengerti, ada pula yang lambat menerima. Selain itu, berdasarkan informasi dari guru bidang studi fisika dan pengalaman peneliti sendiri ketika melakukan praktek pengalaman lapangan (PPL), diperoleh data bahwa nilai hasil belajar siswa pada pokok bahasan getaran dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan yang berarti. Padahal konsep getaran yang diajarkan di kelas 1 semester 2 merupakan konsep dasar yang harus terlebih dahulu dipahami oleh siswa agar dapat dengan mudah mempelajari konsep-konsep fisika selanjutnya seperti gelombang, dan bunyi. Untuk menjawab problematika tersebut diatas, maka diperlukan suatu metode pengajaran yang dapat menampung perbedaan individual setiap siswa; baik itu kecepatan belajarnya, kesenangannya, ataupun kebiasaan belajarnya. Oleh karena itu, peneliti mengambil salah satu metode pengajaran individual sebagai alternatif dalam menjawab permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode pengajaran berprograma. Hal ini dikarenakan pengajaran berprograma memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri dibandingkan dengan pengajaran lainnya yaitu: 1. Memberi kemungkinan perluasan prestasi belajar siswa secara lebih efisien. 2. Menerik minat dan menyenangkan kerena memiliki cirri-ciri yang khas. 3. Sesuai dengan teori behavioristik yaitu pengembangan tingkah laku yang dapat diamati. 4. Memperhatikan perbedaan individual siswa. 5. Merupakan konpensasi yang baik terhadap mutu dan jumlah guru yang belum memadai. 6. Mengusahakan partisipasi aktif dari diri siswa. 7. Lebih mengutamakan proses belajar daripada mengajar. 8. Memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kecepatan masingmasing. Karena pengajaran berprograma terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe linear dan tipe bercabang dimana kedua tipe tersebut memiliki sifat dan karakteristik yang sama tetapi pola pengecekan jawaban siswa yang berbeda, maka peneliti tertarik untuk membandingkan prestasi belajar fisika siswa antara yang 2

menggunakan metode berprograma linear dan yang menggunakan metode berprograma bercabang pada pokok bahasan getaran. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan sistem pengajaran berprograma linear? 2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan sistem pengajaran berprograma bercabang? 3. Bagaimanakah perbandingan prestasi belajar siswa yang belajar dengan menggunakan sistem pengajaran berprograma linear dan siswa yang belajar dengan menggunakan sistem pengajaran berprograma bercabang? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi perbandingan pengaruh metode berprograma linear dan pengaruh metode berprograma bercabang terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan getaran. Metode Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, maka prosedur penelitian yang dilakukan meliputi: pembuatan paket pengajaran berprograma berdasarkan GBPP 1994 dan suplemennya, instrumen penelitian yang terdiri dari soal tes hasil belajar (pretes dan postes), dan soal postes untuk setiap pertemuan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua kelas yang diambil secara acak dari empat kelas satu yang tersedia, kemudian dari dua kelas sampel tersebut diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Setelah sampel diambil secara acak, maka tahap berikutnya adalah melakukan ujicoba instrumen penelitian kepada kelas diluar sampel penelitian yang sudah pernah menerima materi getaran. Setelah tahapan-tahapan di atas telah selesai dilaksanakan, maka selanjutnya dilaksanakan tahap pengumpulan data yang diawali dengan pemberian tes awal (pretes) yang berupa tes pilihan ganda beralasan dan berjumlah 20 soal kepada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Setelah itu kelas eksperimen 1 diberikan pembelajaran dengan menggunakan paket pembelajaran berprograma linear, sedangkan kelas eksperimen 2 diberikan pembelajaran dengan menggunakan paket pembelajaran berprograma bercabang. Pada setiap akhir pertemuan, masing-masing kelas eksperimen diberi postes berupa tes uraian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan pada saat pertemuan tersebut. Kemudian setelah seluruh pembelajaran selesai dilakukan, maka diadakan tes akhir (postes) yang berupa tes pilihan ganda beralasan dan berjumlah 20 soal kepada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Hasil pengumpulan data dianalisis secara statistik dan disajikan sebagai hasil penelitian. Di bawah ini adalah contoh paket pengajaran berprograma linear dan paket pengajaran berprograma bercabang yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Contoh Paket pengajaran berprograma linear 3 Jika jawaban anda (A). Silahkan pelajari kembali bingkai 2! Jika jawaban anda (B). Silahkan pelajari bingkai 4 di bawah ini. 3

a. B C B A (lihat bingkai 15) b. B C B... (lihat bingkai 36) c. B A B (lihat bingkai 22) 4 2. SIMPANGAN DAN AMPLITUDO Apa yang kita lihat ketika benda bergetar? Jarak benda ke titik kesetimbangan selalu berubah-ubah dan kembali ke posisi semula setaelah melakukan satu getaran penuh. Mari kita amati kembali pegas yang digantungi beban. Kemudian kita tarik beban yang menggantung pada pegas tersebut, maka ketika tarikan dilepas, beban akan bergerak bolak-balik di sekitar titik kesetimbanganya. Jika kita misalkan, titik kesetimbangan kita namai a, titik saat beban berada di bawah titik kesetimbangan dinamai c, dan titik saat beban berada di atas titik kesetimbangan dinamai b. Setelah beban disimpangkan kebawah sampai titik c, beban melakukan gerakan dari c ke b melalui a dan dari b kembali ke c melalui a.gerakan ini terjadi secara berulang-ulang (periodik/berkala). Beban dikatakan melakukan satu kali getaran jika telah melakukan gerak dari c ke b melalui a, kemudian dari b kembali ke c melalui a pula, atau disingkat c a b a c. Dengan demikian maka dari kedua gambar percobaan di bawah ini, manakah urutan yang menunjukan satu getaran penuh jika dimulai dari titik B... a. B C B A b. B C B c. B A B d. B A B C B e. B A B C Setelah anda menjawab pertanyaan tersebut di atas, silahkan lihat bingkai 5! 2. Contoh paket pengajaran berprograma bercabang 8 Jawaban Anda: (B) Gerak bolak-balik secara periodik pada lintasan yang sama dan melalui titik kesetimbangan. Jawaban anda tepat sekali. Karena pengertian getaran secara lengkap adalah gerak bolak-balik secara periodik pada lintasan yang sama dan melalui titik kesetimbangan. Silahkan lanjutkan ke bingkai 9! 2. SIMPANGAN DAN AMPLITUDO Apa yang kita lihat ketika benda bergetar? Jarak benda ke titik kesetimbangan selalu berubah-ubah dan kembali kembali ke posisi semula setaelah melakukan satu getaran penuh. Mari kita amati kembali pegas yang digantungi beban. Kemudian kita tarik beban yang menggantung pada pegas tersebut, maka ketika tarikan dilepas, beban akan bergerak bolak-balik di sekitar titik kesetimbanganya. Jika kita misalkan, titik kesetimbangan kita namai a, titik saat beban berada di bawah titik kesetimbangan dinamai c, dan titik saat beban berada di atas titik kesetimbangan dinamai b. Setelah beban disimpangkan kebawah sampai titik c, beban melakukan gerakan dari c ke b melalui a dan dari b kembali ke c melalui a.gerakan ini terjadi secara berulang-ulang (periodik/berkala). Beban dikatakan melakukan satu kali getaran jika telah melakukan gerak dari c ke b melalui a, kemudian dari b kembali ke c melalui a pula, atau disingkat c a b a c. 9 Dengan demikian maka dari kedua gambar percobaan berikut, manakah urutan yang menunjukan satu getaran penuh jika dimulai dari titik B... 4

15 Jawaban Anda: (A) B C B A Jawaban anda kurang tepat. Gerakan benda dari posisi B C B A menunjukan bahwa benda hanya melakukan 3/4 getaran, dan bukan satu getaran penuh. Silahkan lihat kembali bingkai 9! 17 Jawaban Anda: (D) B A B C B Jawaban anda tepat sekali. Gerakan benda dari posisi B A B C B memang menunjukan bahwa benda melakukan satu getaran penuh. Silahkan lanjutkan ke bingkai 18 di bawah ini! Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil analisis tes ujicoba yang dilakukan pada siswa diluar kelas sampel menunjukkan bahwa soal tes hasil belajar yang berbentuk soal pilihan ganda beralasan dan berjumlah 20 soal memiliki reliabilitas yang tinggi (0,757) dengan persentase tingkat kesukaran soal adalah: 15% tergolong soal mudah, 70% tergolong soal sedang, dan 15% tergolong soal sukar. Sedangkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas dua varians menunjukkan bahwa kedua kelas sampel yang akan dibandingkan berdistribusi normal dan homogen. Untuk melihat perbedaan peningkatan prestasi belajar fisika siswa antara yang menggunakan metode pengajaran berprograma linear dan metode pengajaran berprograma bercabang digunakan uji perbedaan dua rata-rata skor gain. Dari hasil uji perbedaan dua rata-rata skor gain tersebut, diperoleh t hitung = 3,54 dan t tabel = 2,00. Ternyata t hitung ini tidak terletak diantara t tabel dan t tabel. Jadi terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor gain kelas eksperimen 1 dengan rata-rata skor gain kelas eksperimen 2. Hal ini dapat berarti bahwa peningkatan prestasi belajar fisika siswa yang menggunakan paket berprograma linear berbeda dengan kenaikan prestasi belajar fisika siswa yang menggunakan paket berprograma bercabang. 5

Dari hasil analisis daya serap siswa pada setiap pertemuan, menunjukkan bahwa kedua kelas baik itu kelas eksperimen 1 ataupun kelas eksperimen 2 mengalami peningkatan daya serap siswa pada setiap pertemuannya dengan ratarata peningkatan daya serap siswa untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 adalah 2,56% dan 4,35%. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran fisika dengan menggunakan metode berprograma linear dan metode berprograma bercabang, maka dapat dilihat dari peningkatan hasil belajarnya. Peningkatan hasil belajar ini dapat ditentukan dari analisis uji perbedaan daya serap kedua kelas dengan menggunakan data rata-rata skor pretes dan postes terhadap skor maksimumnya. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode berprograma linear dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan getaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 30,39%; sedangkan dengan menggunakan metode berprograma bercabang dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan getaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 37,69%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan paket berprograma bercabang akan lebih efektif dibanding pembelajaran dengan menggunakan paket berprograma linear. Berdasarkan hasil analisis rata-rata skor postes dan skor gain kedua kelas sampel, diperoleh hasil bahwa rata-rata skor postes kelas eksperimen 2 lebih tinggi 7,82% dari kelas eksperimen 1, dan rata-rata skor gain kelas eksperimen 2 lebih tinggi 8,11% dari rata-rata skor gain kelas eksperimen 1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan metode berprograma bercabang dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan getaran akan memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode berprograma linear. Kesimpulan dan Saran Secara umum penggunaan metode berprograma linear dan metode berprograma bercabang dalam pembelajaran fisika khususnya pada pokok bahasan getaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan. Persentase peningkatan prestasi belajar fisika siswa yang menggunakan pengajaran berprograma linear adalah 30,39%, sedangkan persentase peningkatan prestasi belajar fisika siswa yang menggunakan pengajaran berprograma bercabang adalah 37,69%. Hasil analisis rata-rata skor postes dan skor gain kedua kelas sampel, menunjukkan bahwa rata-rata skor postes kelas eksperimen 2 lebih tinggi 7,82% dari kelas eksperimen 1, dan rata-rata skor gain kelas eksperimen 2 lebih tinggi 8,11% dari rata-rata skor gain kelas eksperimen 1. Berdasarkan data hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pengajaran fisika pada pokok bahasan getaran dengan menggunakan metode berprograma bercabang akan lebih efektif dan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pengajaran fisika dengan menggunakan metode berprograma linear. Revisi materi dan sajian materi dalam paket pembelajaran berprograma masih sangat diperlukan agar siswa dapat lebih tertarik dalam mempelajari paket pembelajaran, sehingga prestasi belajar fisika siswa dapat lebih ditingkatkan lagi. Dan agar hasil penelitian ini dapat digeneralisir dan dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif dalam pembelajaran fisika secara umum, maka perlu lebih 6

banyak lagi dilakukan uji coba pada beberapa sekolah yang berbeda dan pokok bahasan yang berbeda pula. Daftar Pustaka Cece Wijaya dan Djadja Djadjuri. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Conny Semiawan, dan A.F. Tangyong. 1984. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta. Darwis A. Soelaiman. 1979. Pengantar Kepada Teori dan Praktek Pengajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Erman Suherman dan Yaya Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis Untuk Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).1995. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. I Made Padri. 2002. Kumpulan Makalah Seminar Pembelajaran MIPA Berbasis Daily Life dan Hands-On. Bandung: FMIPA UPI. Luhut Panggabean. 1996. Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Fisika FPMIPA IKIP Bandung. Marthen Kanginan. 1996. Fisika SMU Kelas 1 Caturwulan 2. Jakarta: Erlangga. Nana Sudjana. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Nana Sudjana. 1996. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Nasution, S. 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmars. Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. 1995. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Tim. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta. 7

Uman Suherman. 2002. Membangun Interaksi Pembelajaran Optimal. Bandung: Publikasi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung. Vembiarto, St. 1985. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita. 8