1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Memiliki rumah merupakan dambaan bagi setiap orang. Selain merupakan salah satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan papan, dari dalam rumah inilah setiap orang atau keluarga dapat berlindung, berkomunikasi serta berbagi kasih sayang antar anggota keluarganya. Lewat rumah inilah para orang tua juga memberikan ketenangan, kesejukan dan kebahagiaan hidup bagi anak-anaknya. Melalui rumah juga dapat dilihat bagaimana status sosial seseorang dalam bermasyarakat dilingkungan sekitarnya. Maka dari itulah, setiap orang mempunyai kriteria rumah impiannya tersendiri dan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan rumah yang didambakannya. Sayangnya untuk mendapatkan rumah yang diidamkan ternyata tidaklah mudah. Seiring dengan semakin padatnya jumlah penduduk di kota besar, semakin sulit pula mendapatkan rumah layak yang menjadi idaman bagi setiap orang. Semakin banyaknya jumlah penduduk di kota besar menjadikan lahan untuk membangun rumah tinggal juga semakin sempit. Hal inilah yang memacu mahalnya harga sebuah rumah belakangan ini, belum lagi ditambah masalah penghasilan rata-rata masyarakat Indonesia masih dikisaran UMR (upah minimum regional), sehingga memiliki rumah idaman masih sulit tercapai jika harus membeli secara tunai. PT Bank Central Asia (BCA) memberikan fasilitas pelayanan kredit pemilikan rumah (KPR) yang diperuntukkan bagi perorangan yang memenuhi syarat untuk membeli tanah atau rumah dengan standard bangunan minimal dengan ketentuan rumah sederhana. BCA memiliki berbagai program kredit pemilikan rumah (KPR) antara lain KPR Fix & Cap, KPR Refinancing dan KPR Xtra Duo. BCA merupakan bank pelopor pemberi bunga tetap dalam jangka
2 waktu tertentu. Bank yang terafiliasi dengan Grup Jarum ini memiliki program KPR BCA Fix & Cap Spesial HUT BCA ke-58. Promo ini sejatinya hanya berlaku Februari hingga Juli 2015 lalu. Tapi, besarnya animo masyarakat membuat BCA memperpanjang program tersebut sampai Oktober 2015. Dalam program ini BCA memberikan bunga tetap hingga lima tahun. Nasabah yang aplikasinya diterima bisa mendapatkan bunga tetap 8,88% hingga tiga tahun, setelah itu bunganya maksimal 9,99% selama dua tahun sampai tiga tahun (www.bca.co.id tentang program KPR BCA Fix & Cap Spesial HUT BCA ke-58 : 2015). Hal pertama yang perlu dipertimbangkan ketika menentukan rumah adalah membeli rumah sesuai dengan kondisi keuangan seseorang. Bagi kalangan atas yang berpenghasilan besar, mendapatkan rumah idaman bukanlah perkara sulit. Namun bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan keuangan, mewujudkan kebutuhan yang satu ini dirasa cukup sulit (Taufik, 2011). Kebutuhan akan pembiayaan pemilikan rumah yang meringankan masyarakat tentu saja memberikan peluang tersendiri kepada bank sebagai penyedia dana (funding). Sesuai dengan prinsip utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Dana yang telah dihimpun dari berbagai sumber, sebaiknya dialokasikan kepada usaha-usaha yang produktif sehingga bank akan memperoleh keuntungan. Salah satu usaha untuk memperoleh keuntungan bagi bank adalah memberikan kredit, dalam hal ini adalah memberikan kredit pemilikan rumah (KPR). Diharapkan dengan adanya kredit pemilikan rumah ini, keinginan kedua belah pihak akan tercapai. Masyarakat dapat memiliki sebuah rumah dengan sistem cicilan yang dapat disesuaikan dengan kemampuan keuangan mereka. Pihak bank juga dapat memperoleh keuntungan dari bunga pinjaman kredit rumah tersebut. Kredit pemilikan rumah ini pada awalnya merupakan produk bank konvensional, namun seiring dengan berkembangnya ekonomi syariah yang masuk ke Indonesia pada tahun 1990-an, menyebabkan banyak lembaga keuangan baik bank maupun non-bank yang bermunculan dengan nafas syariah, salah
3 satunya adalah bank syariah. Sama dengan bank konvensional yang menjadikan KPR sebagai salah satu produk perbankan, bank syariah juga mengeluarkan produk serupa. Kehadiran KPR syariah ini tentu saja berguna bagi sebagian masyarakat yang peduli terhadap syariat agama yang melarang penggunaan riba dalam setiap transaksinya. Hal ini terbukti dengan banyaknya nasabah yang melakukan pinjaman kredit pemilikan rumah ke bank syariah. Meski begitu, kredit pemilikan rumah bank konvensional yang terlebih dahulu ada tetap tidak kehilangan nasabahnya. Produk KPR kini memang telah menjadi primadona. Kebutuhan akan rumah menjadikan hampir semua bank, baik bank konvensional maupun bank syariah menjadikan KPR sebagai produk unggulan. Pembiayaan KPR dari kedua bank tersebut yaitu bank konvensional dan bank syariah memiliki beberapa perbedaan yaitu salah satunya perbedaan perhitungan angsuran. Pada bank konvensional menggunakan prinsip bunga baik bunga flat maupun bunga efektif. Bunga flat adalah sistem perhitungan suku bunga yang besarnya mengacu pada pokok hutang awal. Penggunaan sistem bunga flat ini menyebabkan porsi bunga dan pokok dalam angsuran bulanan akan tetap sama. Bunga efektif merupakan kebalikan dari bunga flat, yaitu porsi bunga dihitung berdasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi bunga dan pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda, meski besaran per bulannya tetap sama. Sistem bunga efektif ini biasanya diterapkan dalam pembiayaan jangka panjang seperti investasi maupun kredit pemilikan rumah. Perbedaan utama antara KPR bank konvensional dengan KPR bank syariah terletak pada akadnya. Pada bank konvensional kontrak KPR didasarkan pada suku bunga tertentu yang sifatnya bisa fluktuatif, sedangkan KPR bank syariah dilakukan berdasarkan akad murabahah. Ada berbagai jenis akad dalam KPR bank syariah, seperti akad jual beli (Murabahah), jual beli dengan pesanan khusus (Istishna ), sewa beli (Ijarah Muntahiyah Bittamlik), dan penyertaan sewa (Musyarakah Muntanaqisah). Pembiayaan kepemilikan rumah umumnya menggunakan akad Murabahah (jual beli). Akad Murabahah (jual beli) adalah
4 akad jual beli barang dalam hal ini adalah rumah, dimana si penjual menyatakan harga perolehannya dan marjin yang diinginkan pada saat penjualan kepada si pembeli atas kesepakatan bersama. Akad yang lainnya adalah pembiayaan kepemilikan rumah dengan akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang pada prakteknya masih jarang digunakan, merupakan pembiayaan yang menggunakan akad sewa beli dimana nasabah menyewa barang atau dalam hal ini rumah yang pada akhir masa sewanya akan terjadi pengalihan hak kepemilikan rumah. Perpindahan kepemilikan atas rumah dengan akad ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu dengan hibah atau jual beli (www.rumahkprsyariah.com tentang Perbedaan KPR Syariah dan KPR Konvensional). Semakin ketatnya persaingan antara bank konvensional dengan bank syariah dalam menawarkan produk kredit pemilikan rumah (KPR), mengharuskan para nasabah teliti dalam memilih pembiayaan kredit pemilikan rumah yang diambil. Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas dan dari penelitian sebelumnya yaitu Analisis Perhitungan Pembiayaan KPR Perbankan Konvensional Dengan Perbankan Syariah Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai perbandingan sistem pembiayaan dengan judul Analisis Perbandingan Sistem Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank Konvensional Dengan Bank Syariah Pada PT. Bank Central Asia, Tbk. B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan pemilihan objek diatas, maka penulis mengidentifikasi masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) antara bank konvensional dan bank syariah? 2. Bagaimana pengukuran bunga kredit terhadap pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) pada BCA Konvensional dan BCA Syariah?
5 3. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) pada BCA Konvensional dan BCA Syariah? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN C.1 Tujuan Penelitian Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis perbandingan sistem pembiayaan KPR antara bank konvensional dan bank syariah. 2. Untuk mengetahui pengukuran bunga kredit terhadap pembiayaan KPR antara bank konvensional dan bank syariah. 3. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi terhadap pembiayaan KPR antara bank konvensional dan bank syariah. Karena ruang lingkupnya sangat luas maka penulis membatasi penulisan tentang sistem pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) antara bank konvensional dalam hal ini BCA dan bank syariah dalam hal ini BCA Syariah. C.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah : 1. Bagi Penulis adalah untuk memperdalam pengetahuan penulis mengenai perhitungan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) antara bank konvensional dan bank syariah. 2. Bagi Akademis adalah sebagai bahan referensi dan bacaan bagi pihak yang membutuhkan informasi mengenai perhitungan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) antara bank konvensional dan bank syariah. 3. Bagi Perusahaan adalah :
6 a) Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan informasi pada bank konvensional dan bank syariah khususnya mengenai sistem pembiayaan yang sebaiknya digunakan para nasabah untuk mengambil kredit pemilikan rumah (KPR). b) Sebagai bahan masukan untuk dapat dijadikan landasan dalam menentukan kebijaksanaan perusahaan selanjutnya terutama masalah pembiayaan KPR untuk bank konvensional dan bank syariah.