BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar, dan suatu ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun (Mulyadi,2001:488). Anggaran disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diperhitungkan. Dengan anggaran manajemen mengarahkan jalannya kondisi perusahaan. Pengertian anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989), adalah sebagai berikut : Suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Munandar (2001:1), pengertian anggaran adlah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Anggaran menurut Supriyono (1999:341) adalah suatu rencana terperinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuatitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber yang akan diperoleh dan digunakan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun. 7
Menurut Hansen dan Mowen (2004) anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan yang mengidentifikasikan tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Sedangkan menurut Anthony dan Govindrajan (2005:90) mendefinisikan anggaran sebagai sebuah rencana keuangan, biasanya mencakup periode satu tahun dan merupakan alat-alat perencanaan untuk perencanaan jangka pendek dalam pengendalian organisasi. 2.1.2 Fungsi Anggaran 1) Fungsi Perencanaan Anggaran merupakan perencanaan awal dari penentuan tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. 2) Fungsi Koordinasi Anggaran digunakan sebagai alat pengkoordinasian rencana dan tindakan berbagai unit yang ada di organisasi agar dapat bekerja sacara selaras menuju arah pencapaian tujuan. 3) Fungsi Komunikasi Dalam penyusunan anggaran, seluruh bagian dan tingkatan organisasi berkomunikasi dan berperan serta dalam proses penyusunan anggaran serta bertanggung jawab terhadap anggaran yang telah disusun. 4) Fungsi Motivasi Anggaran berfungsi sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Selain itu anggaran dapat 8
mendorong para karyawan dalam partisipasi anggaran dengan pemberian bonus atau hadiah pada karyawan yang berprestasi. 5) Fungsi Pengendalian dan Motivasi Anggaran digunakan sebagai alat pengendalian kegiatan karena anggaran yang telah disetujui merupakan komitmen dari para pelaksana yang ikut berperan serta dalam penyusunan anggaran tersebut. 6) Fungsi Pendidikan Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai cara bekerja secara terperinci pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan menghubungkannya dengan pusat pertanggungjawaban lain dalam organisasi yang bersangkutan. 2.1.3 Karakteristik Anggaran Sektor Publik Anggaran mempunyai karakteristik : a) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan b) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun c) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan d) Usulan anggaran ditelaah dan disetejui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran e) Sekali disusun anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu 9
2.1.4 Partisipasi penyusunan anggaran Partisipasi adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh setiap individu yang bersifat mental maupun emosional dalam situasi kelompok bagi pencapaian tujuan organisasi. Partisipasi tidak hanya melibatkan aktifitas secara fisik setiap individu, tetapi juga sisi psikologis yaitu seberapa besar pengaruh setiap individu di dalam pengambilan keputusan. Brownell (1982) menjelaskan bahwa partisipasi merupakan suatu proses yang melibatkan individu-individu secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka. Partisipasi tersebut menunjukkan adanya interaksi antara para karyawan dengan atasannya, dan karyawan melakukan aktivitas yang diperlukan dari awal penyusunan anggaran, negosiasi, penetapan anggaran akhir dan revisi anggaran yang diperlukan. Definisi partisipasi dalam penganggaran secara terperinci adalah sebagai berikut : a) Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus b) Alasan-alasan para manajer pada saat anggaran diproses c) Keinginan memberikan partisipasi padda penyusunan anggaran kepada pihak manajer pada saat anggaran diproses tanpa diminta d) Sejauh mana para manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir e) Kepentingan manajer dalam partisipasinya terhadap anggaran f) Anggaram didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat pertanggung jawaban pada saat anggaran disusun 10
2.1.5 Kinerja Manajerial Kinerja manajerial merupakan efektifitas dan efisiensi seorang manajer yang bekerja untuk mencapi tujuan organisasinya (Stoner,1995). Menurut Mahoney dalam Saragih (2008) menyebitkan bahwa kinerja manajerial merupakan kinerja para pekerja/individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial. Sedangkan menurut T. Hani Handoko (1996:34), definisi kinerja manajerial merupakan tingkat kecakapan manajer dalam melaknsanakan aktivitas manajemen. Kinereja manajerial merupakan faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Kinerja manajerial meliputi kemampuan manajer dalam perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff,negosiasi, perwakilan dari kinerja secara menyeluruh. Cara penilaian kinerja setiap individu yaitu melihat tingkat keefektifan dan efisiensi. Kinerja karyawan yang efektif dan efisien dapat menambah produktifitas perusahaan. Penilaian kinerja harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga dapat meningkatkan komitmen karyawan untuk lebih berproduktif sehingga tujuan perusahaan/organisasi dapat tercapai sesuai dengan target yang ditentukan. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien., karena adanya kebijakan atau progam yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. 11
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu : 1) Faktor Individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial, dan demografi seseorang. 2) Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, keperibadian, motivasi, dan kepuasan kerja 3) Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, system penghargaan (reward system) 2.1.6 Komitmen Organisasi Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan organisasi dibandingkan dengan kepentingan sendiri (Weiner dalam Coryananta, 2004:619). Dorongan yang ada pada setiap individu dapat mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi dalam penyusunan anggaran dan dapat meningkatkan kinerja manajerial. Porte (1974) komitmen organisasi adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu. Maslow (2000) menyatakan bahwa kebutuhan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya yang mulai dari paling mendasar yaitu keamanan, sosial, penghargaan, serta aktualisasi diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi antara lain : karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, dan pengalaman kerja (Tri Mardiana,2004:175). Sedangkan komponen dalam komitmen organisasi sendiri ada 3 diantaranya yaitu keyakinan yang kuat dari dalam diri seseorang dan penerimaan tujuan organisasi. Komitmen dianggap penting bagi organisasi karena pengaruhnya 12
pada turnover dan hubungannya dengan kinerja yang mengansumsikan bahwa indidu yang memiliki komitmen cenderung mengembangkan upaya yang lebih besar pada pekerjaan (Morrison,1997) 2.1.7 Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seorang manajer pada saat ia mempengaruhi perilaku bawahannya. Seseorang yang menjalankan fungsi manajemen berkewajiban mempengaruhi karyawan yang dibawahinya agar mereka tetap melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap merasa berkewajiban untuk mencapai tujuan organisasi (Sedarmayanti, 2007). Effendi (1992) mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu, mengarahkan, dan mengontrol pikiran, perasaan, atau prilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Luthans (2002) gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain/bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Fungsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi atau kelompok sangat penting karena fungsi kepemimpinanlah sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya melalui jalan dan cara yang benar. Dengan gaya kepemimpinan akan membuat kepercayaan dan loyalitas para bawahan/karyawan kepada pemimpin semakin bertambah karena pemimpin akan membawa mereka pada pertimbangan penuh, menggunakan keterampilan dan pengetahuan mereka 13
dalam mengambil dan menerima masukan mereka, sebelum tiba saat pengambilan keputusan. 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ini menyarankan bahwa manajer yang turut berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran dapat mengakibatkan komitmen organisasi yang akan memperbaiki kinerja manajerial. Dengan demikian, semakin manajer tersebut berkomitmen maka manajer tersebut akan lebih berdedikasi terhadap pekerjaan sehingga akan menghasilkan kinerja yang lebih baik. Selain itu penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana ppenyusunan anggaran terhadap kinerja Dispenda Surabaya dengan komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan sebagai variable moderating Secara skematis gambaran dari kerangka pemikiran ini dituangkan sebagai berikut :. Komitmen Organisasi Partisipasi Penyusunan Anggaran Kinerja Manajerial Dispenda Surabaya Gaya Kepemimpinan Berdasarkan landasan teori dan rumusan penelitian ini, partisipasi penyusunan anggaran dianggap mampu meningkatkan kinerja manajerial melalui komitmen 14
organisasi dan gaya kepemimpinan. Para manajer akan memberikan ide-ide kreatif dalam penyusunan anggaran sehingga timbul gaya kepemimpinan para manajer yang dapat membuat para karyawan mempunyai rasa tanggung jawab dalam dirinya turut dalam partisipasi penyusunan anggaran. Dengan demikian akan timbul suatu komitmen organisasi dalam diri karyawan yang lebih mengutamakan kepentingan perusahaan daripada kepentingan pribadi. Dengan demikian akan meningkatkan suatu kinerja manajerial perusahhan/organisasi. 2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial Dalam organisasi sektor publik, partisipasi anggaran dan pengukuran kinerja tidak sebatas pada masalah pemakaian anggaran, namun pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek yang dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam mencapai hasil yang diinginkan kinerja. Aspek-aspek yang dapat memberikan informasi yang efektif dan efisien seperti masukan, kualitas, keluaran, hasil, efisiensi. Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk mengukur kinerja aparat pemerintah daerah (Lewin,1970). Menurut Agyris (1952) untuk mencegah dampak fungsional atau disfungsional, sikap dan perilaku anggota organisasi dalam penyusunan anggaran perlu melibatkan bawahan (aparat pemerintah daerah). Sehingga partisipasi anggaran dapat dinilai sebagai pendekatan aparat pemerintah daerah yang dapat meningkatkan kinerja setiap anggota organisasi sebagai individual karena dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran 15
diharapkan setiap aparat pemerintah daerah mampu meningkatkan kinerjanya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Muthaher (2007) dalam penelitiannya menemukan hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah. Namun demikian hasil penelitian Arifah (2009) menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang tidak signifikan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemerintah daerah. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penelitian ini dimaksudkan untuk menguji kembali pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja pada Dispenda Surabaya. Berdasarkan uraian di atas diusulkan hipotesis: H1 : Semakin tinggi tingkat partisipasi penyusunan anggaran semakin tinggi tingkat kinerja aparat pemerintah pada Dispenda Surabaya. 2.3.2 Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai variable moderating Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan sendiri (Weiner dalam Coryanata,2002). Kecukupan anggaran tidak hanya secara langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung (moderasi) melalui komitmen organisasi. Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat 16
individu untuk berbuat untuk kepentingan pribadinya. Selain itu, komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan (Nouri dan Parker, 1996; McClurg, 1999; Chong dan Chong, 2002; Wentzel, 2002). Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula (Randall,1990 dalam Nouri dan Parker, 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan komitmen organisasi, ditentukan bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap partisipasi penyusunan anggaran dalam meningkatkan kinerja aparat pemerintah. H2 : Semakin tinggi tingkat komitmen organisasi maka semakin kuat pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. 2.3.3 Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seorang manajer pada saat mempengaruhi perilaku bawahannya. Seseorang yang menjalankan fungsi manajemen berkewajibaon mempengaruhi karyawan yang dibawahinya agar mereka tetap melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap merasa berkewajiban untuk mencapai tujuan organisasi (Sedarmayanti, 2007). Sehingga jika kepemimpinan tersebut terjadi pada suatu organisasi formal tertentu, di mana para manajer perlu mengembangkan karyawan, membangun 17
manajer perlu menyesuaikan gaya kepemimpinannya (Siagian, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Goleman (2004) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan manajer dapat mempengaruhi produktifitas karyawan (kinerja karyawan), hasil penelitian ini selaras dengan temuan Alberto et al. (2005) menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif kuat terhadap kinerja auditor. Ini memberikan indikasi bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) dan Wibowo (2009) yang membuktikan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. Semakin cakapnya seorang pemimpin dalam mengatur/mempengaruhi bawahannya, maka bawahannya akan termotivasi dan bersemangat untuk bekerja, sehingga kualitas kerja (kinerja) bawahannya akan semakin baik. Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3: Semakin tinggi tingkat gaya kapemimpinan seorang manajer dalam mempengaruhi bawahannya, maka akan berdampak positif bagi kinerja manajerial. 18