BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SARI ABSTRACT PENDAHULUAN

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona

Bab V Pembahasan. Hasil perhitungan cadangan dengan menggunakan masing-masing metode dapat di lihat pada tabel 5.1 (lampiran B)

PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel V.1 Batasan Kadar Zona Endapan Nikel Laterit. % berat Ni % berat Fe % berat Mg. Max Min Max Min Max Min

BAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO

BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif disamping minyak

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan.

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR

Penambangan Bijih Nikel di Pomalaa

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

Tambang Terbuka (013)

PAPARAN PUBLIK TAHUNAN 2017

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Nikel merupakan logam berwarna perak keputihan yang mempunyai kemampuan

Trenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

PENENTUAN BESAR BOULDER YANG EKONOMIS PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI MORONOPO, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INVERSE DISTANCE WEIGHTING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang perindustrian. Salah satu konsumsi nikel yang paling besar adalah sebagai

Bab IV Analisis Statistik dan Distribusi Lubang Bor

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Muhammad Amril Asy ari (1)

BAB III TEORI DASAR 3.1 Genesa Endapan serta Hubungannya dengan Pelapukan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

Asri P.H. dan Waterman Sulistyana B. Magister Teknik PertambanganUPN Veteran Yogyakarta

MineScape Mine Planning and Design Software

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE DATAMINE STUDIO 3 PADA PT. VALE INDONESIA LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab IV Pengolahan dan Analisis Data

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

2-D Dynamic Programming atau PIT LIMIT DESIGN

APLIKASI STATISTIK KOMPONEN UTAMA LOGAM BERAT PADA KOLAM PENGENDAPAN TAMBANG NIKEL LATERIT KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan penambangan bawah tanah yang meliputi kegiatan berupa

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tailing yang dihasilkan dari industri pertambangan menjadi perdebatan karena volume

PENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

EKSPLORASI AWAL NIKEL LATERIT DI DESA LAMONTOLI DAN LALEMO, KECAMATAN BUNGKU SELATAN, KABUPATEN MOROWALI, PROPINSI SULAWESI TENGAH

PEMODELAN ENDAPAN NIKEL LATERIT, KABUPATEN MOROWALI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

PERMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT BLOK GB PULAU GEE, HALMAHERA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK STUDIO 3 DATAMINE

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

STUDI KELAYAKAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI Oleh : Asep Bahtiar P, ST. MT

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MOHAMAD ISHLAHUL AZIZ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

APLIKASI METODE RESISTIVITAS DAN PENENTUAN SONA SUPERGENE ENRICHMENT ENDAPAN NIKEL LATERIT KOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

PEMBUATAN NICKEL PIG IRON (NPI) DARI BIJIH NIKEL LATERIT INDONESIA MENGGUNAKAN MINI BLAST FURNACE

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pemodelan Tiga Dimensi (3D) Potensi Laterit Nikel Studi Kasus: Pulau Pakal, Halmahera Timur, Maluku Utara

BAB II DASAR TEORI Pembentukan Zona Pada Endapan Nikel Laterit

BAB II TINJAUAN UMUM

PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia. Jumlah semua komponen material dan lingkungan

DEFINISI RUMUS - APLIKASI NISBAH KUPAS COG BECOG - ICOG

BAB I PENDAHULUAN. Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 yang memiliki tujuan utama

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Simulasi NPV Scheduler Skenario (1)

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Oleh Rangga Prakoso. Batasan Ekspor Mineral Diperlonggar

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap dipermukaan bumi menurut Waheed (2002), lateritisasi adalah proses pelapukan secara kimiawi yang mengakibatkan pengayaan sekunder pada unsurunsur tertentu dan menghasilkan endapan yang bernilai ekonomis, seperti endapan nikel. Dalam dunia pertambangan pengerjaan blok model cadangan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan, hasil dari proses pemodelan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat dalam hal mengevaluasi berapa cadangan nikel laterit yang ada dan berapa lapisan overburden yang harus disingkirkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kegiatan pertambangan nikel laterit tersebut. Untuk pembuatan blok model diperlukan database yang komprehensif yang didalamnya terkandung data survey, lokasi lubang bor, geologi, dan kadar ni yang ditemukan pada masingmasing kedalaman pada tiap lubang bor. Data-data tersebut akan diolah dan menghasilkan blok model 3D, dari model 3D ini maka dapat diestimasi penyebaran nikel laterit di zona penelitian, zona apa yang dikategorikan sebagai zona overburden dan mana yang merupakan zona cadangan. Metode pemodelan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode pemodelan cadangan blok model teratur dengan metode estimasi Krigging. Krigging merupakan metode estimasi yang memperhitungkan letak sampel secara

2 spasial. Menurut Lane (1964) kadar batas adalah kriteria yang normalnya diterapkan di tambang untuk mendeskriminasikan antara waste dan ore di badan deposit. Dimana kandungan mineral jika kurang dari kadar batas akan diklasifikasikan sebagai waste dan jika di atas kadar batas maka akan diklasifikasikan sebagai ore. Tergantung dari model tambangnya, material waste akan dibuang di tempat tambang atau ditransport ke waste dump, dimana ore akan dikirim ke treatment plant untuk diproses lebih jauh dan dijual. Menurut Sasongko et al (2013) kadar batas optimum (cut-off grade (COG)) didefinisikan untuk memisahkan material yang masuk sebagai bijih dan material yang masuk sebagai waste. Tujuan dari menentukan batas kadar optimum ini adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimal dalam penambangan. Data yang digunakan adalah data hasil penelitian terdahulu yang berasal dari data PT. X yang melakukan pekerjaan tambang di daerah Watudemba, Kecamatan Palangga, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan contoh menganalisa data ore yang dalam kasus ini adalah data pengeboran nikel laterit, memberikan blok model 3D penyebaran nikel laterit dan analisanya serta melakukan perbandingan krigging. Hasil akhirnya diharapkan akan menciptakan pemodelan yang lebih sedikit error dan laporan cadangan yang optimum. Untuk melakukan pemodelan kadar batas dan pemodelan matematika untuk mengetahui berapa profit yang akan didapat, peneliti menggabungkan metode matematika dari Sasongko et al (2013) dan da Gama (2013).

3 Parameter pemodelan Sasongko et al (2013) adalah struktur rantai tambang yang langsung dari site tambang ke pelabuhan dan menghitung valuasi ekonomi berdasarkan struktur aliran kas. da Gama (2013) mendasarkan modelnya dengan struktur rantai tambang dari site tambang ke pabrik pengolahan (smelter) lalu ke pelabuhan dengan tidak berdasarkan struktur aliran kas. Pada penelitian ini peneliti menggabungkan dua pemodelan diatas, struktur rantai tambang peneliti merupakan dari site tambang ke pabrik pengolahan (smelter) lalu terakhir ke pelabuhan. Pada penelitian ini peneliti memberikan pilihan tiga skenario untuk hasil dari smelter, skenario pertama adalah hasil konsentrat dalam bentuk ferro-nickel (feni), skenario kedua adalah hasil konsentrat dalam bentuk nickel pig iron (NPI) dan skenario terakhir dalam bentuk nickel matte. Lebih lengkapnya mengenai perbandingan metode pemodelan peneliti dengan peneliti terdahulu dapat dilihat di Tabel 1.1. Oleh karena itu peneliti mengerjakan penelitian dengan judul Pemodelan Cadangan dan Pemodelan Kadar Batas Optimum Nikel Laterit Dengan Penjualan Dalam Bentuk Konsetrat dan Memperhitungkan Biaya Pengupasan Material Penutup.

4 Tabel 1.1. Tabel Keaslian Penelitian Sasongko et al (2013) da Gama (2013) Pit - Stockpile - Port Pit - Stockpile Smelter - Port Struktur Bijih dijual mentah Bijih dijual bentuk konsentrat Asumsi Bahan Tambang bentuk konsentrat (feni, NPI, nickel biaya pengupasan Memperhitungkan biaya pengupasan Struktur aliran kas Tidak berdasarkan aliran kas Struktur aliran kas Bijih Nikel Laterit Bijih besi Bijih Nikel laterit Tidak memperhitungkan Ekonomi Smelter - Port matte) Pemodelan Valuasi Pit Stockpile Bijih dijual dalam Rantai Tambang & Peneliti Memperhitungkan biaya pengupasan I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Pemodelan cadangan yang dilakukan adalah model cadangan blok model teratur dengan metode estimasi Kriging 2. Bagaimana pengaruh penentuan kadar batas serta kadar batas optimum juga pengaruh material penutup kepada proses tambang keseluruhan terutama pada hal keuntungan bersih sekarang (NPV). 3. Dalam valuasi ekonomi faktor yang berpengaruh adalah investasi operasional penambangan dalam kasus penelitian ini adalah nikel serta dicari pengaruh pengupasan material penutup kepada model dalam penelitian.

5 I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan maka penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: 1. Melakukan pemodelan penyebaran kadar nikel laterit menggunakan estimasi Kriging dan menghasilkan evaluasi cadangan nikel laterit dan kaitannya dengan valuasi ekonomi 2. Menentukan kadar batas optimum dan melakukan perhitungan terhadap keuntungan tambang jika memperhitungkan biaya untuk mengupas material penutup 3. Memberikan laporan valuasi ekonomi termasuk perhitungan keuntungan bersih serta aliran kasnya dengan memperhitungkan struktur dari rantai tambang I.4. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Penelitian Lokasi Penelitian terletak di wilayah pertambangan PT. X. Lokasi ini berada di daerah Watudemba, Kecamatan Palangga, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Peneliti tidak melakukan pengamatan langsung dilapangan tetapi, hanya menggunakan data eksplorasi berupa data titik pemboran yang meliputi data titik lokasi bor, kedalaman, dan kadar nikel tiap 1 m. Berdasarkan data yang telah disebutkan diatas, diharapkan peneliti dapat menghasilkan blok model yang dapat merepresentasikan secara akurat penyebaran nikel laterit yang ada di daerah penelitian, memberikan jumlah lapisan overburden yang perlu disingkirkan untuk menambang nikel, serta melakukan valuasi ekonomi

6 yang pada akhirnya diharapkan dapat berkontribusi dalam prose penambangan yang efisien dan efektif. Adapun batasan masalah yang diangkat yaitu : 1. Penelitian dilakukan pada daerah Ijin Usaha Pertambangan (IUP) PT. X. 2. Penelitian dilakukan dengan mengambil data dari peneliti terdahulu yang menggunakan data dari PT. X 3. Data yang digunakan untuk membuat blok model adalah data titik pemboran (meliputi data titik lokasi bor dan kadar nikel) yang berjumlah 44 titik bor. 4. Nikel laterit yang diambil atau dimaksudkan ditambang adalah nikel pada lapisan limonit dan saprolit 5. Penerapan jumlah lapisan overburden yang perlu disingkirkan untuk menghasilkan aktifitas pertambangan yang efektik dan efisien. 6. Penerapan metode Krigging untuk interpolasi data blok model. 7. Secara materi, meliputi pemodelan dan estimasi sumberdaya sampai valuasi ekonomi pada kadar batas optimum. 8. Secara stuktur rantai tambang, penelitian/ pemodelan dari pit sampai port dengan produk akhir konsentrat. 9. Proses rantai tambang melakukan pengupasan lapisan material penutup dan proses pengolahan (smelter) menjadi konsentrat

7 I.5. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa manfaat bagi ilmu, perusahaan, dan peneliti. Adapun manfaat tersebut adalah : 1. Bagi Ilmu : a. Memodelkan penyebaran kadar nikel laterit b. Memberikan gambaran bagaimana hasil estimasi Krigging c. Dapat memperhitungkan kadar batas optimum dengan memasukkan factor pengupasan material penutup 2. Bagi Perusahaan : a. Menentukan kadar batas yang ideal dengan memfaktorkan berapa banyak lapisan overburden yang perlu disingkirkan. b. Menentukan metode estimasi mana yang paling cocok digunakan untuk menghitung cadangan optimum dari nikel laterit dengan kondisi lapangan yang ada. 3. Bagi Peneliti : a. Dapat melakukan pemodelan cadangan metode blok model teratur dengan metode Kriging serta dapat menghasilkan penyebaran kadar nikel laterit b. Dapat mengetahui pengaruh perbedaan metode estimasi pada blok model dan valuasi ekonomi secara keseluruhan c. Menentukan struktur tambang, model matematika serta kadar batas optimum yang ideal untuk digunakan.

8 I.6. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Watudemba, Kecamatan Palangga, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas wilayah 705 Ha. Gambar 1.1. Peta Daerah Penelitian