RIZQIA NURANITHA J310

dokumen-dokumen yang mirip
RIZQIA NURANITHA J310

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

E-Jurnal Obstretika. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : DIAN KUSUMAWATI J

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

Devi C.D. Simbolon 1, Heru Santosa 2, Asfriyati 2 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAYI UMUR 6-24 BULAN DI POSYANDU KARYAMULYA JETIS JATEN.

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BONA F. P. BANJARNAHOR

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-3 TAHUN (Survei pada ibu balita usia 2 3 tahun di puskesmas Baregbeg Ciamis)

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU TERHADAP STATUS GIZI BAYI 6 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKIS SKRIPSI

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Febrian Putra 1, Tuti Restuastuti 2, Lilly Haslinda 3 ABSTRACT

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Unnes Journal of Public Health

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN

PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI DI KABUPATEN KLATEN. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh :

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SRI ANIS FADHILA SARI J

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Catur Saptaning Wilujeng*, Yuseva Sariati**, Ranthy Pratiwi** Abstrak

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI SAAT MENYUSUI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN

BAB III METODE PENELITIAN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaian Program Studi Stara 1 pada JurusanIlmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.


BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian Mp-Asi Dini Pada Balita Usia 6-24 Bulan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 7-36 BULAN DI POSYANDU BINA PUTRA TIRTO TRIHARJO PANDAK BANTUL

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI), UMUR PERTAMA PEMBERIAN DAN KESESUAIAN PORSI MP-ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 7-12 BULAN DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RIZQIA NURANITHA J310 080 019 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

HALAMAN PERSETUJUAN Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Umur Pertama Pemberian dan Kesesuaian Porsi MP- ASI dengan Status Gizi Bayi Umur 7-12 Bulan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar Nama Mahasiswa : Rizqia Nuranitha Nomor Induk Mahasiswa : J 310 080 019 Telah diuji dan dinilai Tim Penguji Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 18 Januari 2012 dan telah diperbaiki sesuai masukan Tim Penguji. Menyetujui, Surakarta, 23 Januari 2013 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI), UMUR PERTAMA PEMBERIAN DAN KESESUAIAN PORSI MP-ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 7-12 BULAN DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR THE CORRELATION BETWEEN MATERNAL KNOWLEDGE LEVEL ABOUT COMPLEMENTARY FEEDING, AGE OF FIRST ADMINISTRATION AND COMPLIANCE PORTION COMPLEMENTARY FEEDING WITH BABY NUTRITION STATUS 7-12 MONTS IN DISTRICK JATIPURO KARANGANYAR Rizqia Nuranitha Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak: Pemberian MP-ASI harus dimulai setelah bayi berusia 6 bulan. Seorang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang akan menyebabkan permasalahan pemberian MP-ASI pada bayinya yaitu pemberian terlalu dini, pemberian terlambat, frekuensi dan porsi yang tidak sesuai umur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI, umur pertama pemberian dan kesesuaian porsi MP-ASI dengan status gizi bayi usia 7-12 bulan. Jenis penelitian ini merupakan observational dengan metode Cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 70 ibu dan bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan acuan kuesioner dan pengukuran antropometri bayi dengan Z-score indeks BB/U. Adapun uji hipotesis yang digunakan yaitu Chi-square test. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI termasuk kategori baik (74,3%), bayi yang mendapatkan MP-ASI pada usia yang tepat sebanyak 61,4% dan bayi yang mendapatkan MP-ASI dengan porsi yang sesuai umur sebanyak 52,9%. Sedangkan sebagian besar status gizi bayi adalah baik (77,1%). Hasil uji Chi-square test menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan ststus gizi bayi (p-value=0,004), ketepatan umur pertama pemberian MP-ASI dengan status gizi (p-value=0,011) dan kesesuaian porsi MP-ASI dengan status gizi (p-value=0,005). Berdasarkan penelitian di atas, ibu-ibu hendaknya senantiasa meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya gizi bagi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi. Ibu bayi sebaiknya secara rutin datang ke posyandu setiap satu bulan sekali. Selain itu, ibu dapat memperoleh pengetahuan dari media cetak maupun elektronik. Kata Kunci: Makanan pendamping, kesesuaian porsi, status gizi. 1

Abstrack: Complementary feeding should be started by the age of 6 months. A mother who had less knowledge level will cause problems with complementary feeding on her baby, such as premature delivery, late delivery, the frequency and the portion that is not age appropriate. To determine the correlation between maternal knowledge about complementary feeding, age of first administration and compliance portion of complementary feeding with nutritional status of infants aged 7-12 months. The study was a observational with cross sectional method. The samples in this study were 70 mothers and infants aged 7-12 months in the District Jatipuro Karanganyar. The instrument used in this study is a structured interviews were conducted to collect data on maternal knowledge level about complementary feeding, age of first administration and compliance portion complementary feeding. Z-score was used to asses nutritional status and the hypothesis test used is the Chi-square test. The result shows that 74,3% of mothers were having a good knowledge level of comlementary feeding. Infants who received complementary foods at the right age were 61.4%, while infants receiving complementary foods with appropriate portion age 52.9 % and 77.1% of infants were is normal. The results show that there was nutritional status with correlation between maternal knowledge about complementary feeding (p-value = 0.004), age of first administration of complementary feeding (p-value = 0.011) and the suitability portion complementary feeding (p-value = 0.005). These findings suggest that mothers should continue to increase their knowledge about the importance of nutrition for the growth, development and health of their children. The mother should come to the neighborhood health center regularly every month. Moreover, mother can gain nutritional knowledge from mass media. Keywords: food companion, suitability servings, nutritional status PENDAHULUAN Anak adalah pewaris, penerus dan calon pengemban bangsa. Secara lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial ekonomi suatu bangsa. Berdasarkan arti individual, anak bagi orang tuanya mempunyai nilai khusus yang penting. Setiap orang tua berharap agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya sehingga kelak menjadi orang dewasa yang sehat secara fisik, mental dan psikososial sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (Iwan, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 yang dilakukan oleh Depkes RI, prevalensi balita gizi kurang secara nasional adalah 17,9% dan 4,9% menderita gizi buruk. Pencapaian ini dinilai memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) sebesar 18,5% pada tahun 2015 tetapi belum merata pada seluruh provinsi di Indonesia. Sedangkan untuk wilayah Jawa 2

Tengah, angka gizi buruk mencapai 3,3% dan gizi kurang sebesar 12,4% (Depkes RI, 2010). Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-2 tahun merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis (Depkes RI, 2006). Wiryo (2002), menyatakan bahwa keadaan gizi kurang pada bayi 7-12 bulan disebabkan oleh pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6 bulan memerlukan makanan pendamping ASI dalam jumlah yang semakin bertambah sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cerna. Permasalahan pemberian makanan bayi diantaranya adalah pemberian MP-ASI terlalu dini, pemberian terlambat, frekuensi dan porsi yang tidak sesuai dengan umur. Menurut Pudjiadi (2000), pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian MP- ASI sebelum waktunya lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi. Sedangkan menurut Adisasmito (2008), bayi yang terlambat mendapatkan MP-ASI akan memicu terjadinya gizi kurang. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi karena ketidaktahuan sang ibu. Bayi yang mendapatkan MP-ASI dini mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi dari pada bayi yang 100% mendapatkan ASI. Menurut Pudjiadi (2000), pemberian MP-ASI dini dapat memicu timbulnya berbagai penyakit karena bayi belum siap mencerna makanan sebelum usia mencapai 6 bulan. Hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar tahun 2011, terdapat 53.150 balita. Balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 172 anak (0,32%) dan 1.704 anak (3,21%) mengalami gizi kurang. Sedangkan untuk Kecamatan Jatipuro terdapat 3 anak (0,17%) dengan status gizi buruk dan 46 anak (2,68%) status gizi kurang. Kecamatan Jatipuro merupakan kawasan pegunungan yang berada di Kabupaten Karanganyar dengan kondisi penduduk yang sebagian besar adalah lulusan pendidikan dasar. Berdasarkan data tingkat 3

pendidikan penduduk Kecamatan Jatipuro diketahui bahwa sebagian besar penduduk adalah lulusan SD 45,08% dan lulusan SMP 30,8% sedangkan penduduk lulusan Perguruan Tinggi hanya 2,18%. Berdasarkan survey pendahuluan di Desa Jatikuwung, merupakan desa yang berada di tengah-tengah wilayah Kecamatan Jatipuro, dari 42 balita di Posyandu terdapat 2 balita (4,76%) dengan status gizi buruk dan balita dengan status gizi kurang sebanyak 8 anak (19%). Data tersebut di atas juga didukung hasil wawancara dengan 22 ibu yang memiliki anak balita di Kecamatan Jatipuro, 45% diantaranya memberikan MP-ASI dini pada bayinya. Berorientasi dari hal tersebut, perlu diadakan suatu penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Umur Pertama Pemberian dan Kesesuaian Porsi MP-ASI dengan Status Gizi Bayi Usia 7-12 Bulan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional. Subjek penelitian ini adalah ibu dan bayi usia 7-12 bulan di Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Waktu pelaksanaan penelitian mulai bulan Oktober hingga November 2012. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 296 bayi usia 7-12 bulan beserta ibu. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Lamesshoe maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 70 ibu beserta bayinya. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sistem disproportional random sampling. Kecamatan Jatipuro terdiri dari 10 desa dengan jumlah populasi bayi usia 7-12 bulan adalah 296 anak. Sampel diambil dari setiap desa dengan cara undian, sehingga terkumpul 70 sampel untuk diteliti. Kriteria sampel dapat dibagi menjadi 2 yaitu, Kriteria inklusi meliputi: ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan, berdomisili di kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar, ibu dan bayi tidak menderita penyakit kronis maupun cacat fisik dan mental dan bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu atau bayi pindah tempat tinggal, ibu atau bayi dalam keadaan sakit atau tidak hadir saat pengambilan data. 4

Langkah langkah penelitian Instrument dalam penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI sebanyak 30 butir pernyataan yang telah diadopsi dari Purwani (2011) dan kuesioner pemberian MP-ASI serta form recall jumlah porsi MP-ASI tiga hari tidak berturut-turut. Coding dilakukan dengan meneliti kembali setiap data yang ada kemudian memberi kode pada jawaban yang telah tersedia di lembar pertanyaan sesuai dengan jawaban responden. Data pengukuran pengetahuan ibu tentang MP-ASI yang dicoding dapat dijelaskan dalam Tabel 1 : Tabel 1. Coding Pengetahuan Ibu Coding Kategori Keterangan 1 Kurang Jumlah skor benar < 70% 2 Baik Jumlah skor benar 70% (Baliwati, 2004) Coding data tentang umur pemberian MP-ASI pada bayi untuk pertama kalinya dijelaskan pada tabel 2 : Tabel 2. Coding Umur Pertama Pemberian MP-ASI Coding Kategori Keterangan 1 tepat pemberian MP-ASI pada bayi tepat saat usia 6 bulan 2 Tidak tepat pemberian MP-ASI pada bayi terlalu dini atau lebih dari 6 bulan Coding data tentang kesesuaian porsi MP-ASI pada bayi dijelaskan dalam tabel 3 : Tabel 3. Coding Kesesuaian Porsi MP-ASI Coding Kategori Keterangan 1 Sesuai porsi sesuai umur 2 Tidak porsi tidak sesuai umur Tabel 4. Coding Status Gizi Balita Koding Kategori Keterangan 1 Gizi Normal Status Gizi baik 2 Gizi Tidak normal Status Gizi lebih, kurang dan buruk 5

Skoring dilakukan dengan memberikan nilai sesuai dengan skor yang telah ditentukan. Data yang diskor pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang MP-ASI. Tabulasi data merupakan lanjutan dari pengkodean pada proses pengolahan data dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis data menggunakan program SPSS 17 for Window. HASIL Kecamatan Jatipuro merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 10 Desa, yaitu : Jatipurwo, Ngepungsari, Jatisobo, Jatiwarno, Jatimulyo, Jatisuko, Jatipuro, Jatiharjo, Jatiroyo dan Jatikuwung. Analisis univariat dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar ini meliputi tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI, ketepatan umur pertama pemberian MP-ASI, kesesuaian porsi MP-ASI menurut umur bayi dan status gizi bayi. 1. Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI Pengetahuan ibu tentang MP-ASI dikelompokkan menjadi 2 kriteria, yaitu kurang dan baik. Adapun distribusi pengetahuan ibu adalah sebagai berikut : Ibu yang memiliki pengetahuan tentang MP-ASI baik sebanyak 52 orang (74,29%) sedangkan sisanya adalah ibu dengan pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil penilaian kuesioner, pengetahuan ibu tentang MP-ASI yang kurang adalah tentang jenis pemilihan bahan makanan pendamping ASI dan sumber-sumber zat gizi pada bahan makanan. 6

2. Ketepatan Umur Pertama Pemberian MP-ASI Ketepatan umur pertama pemberian MP-ASI dikelompokkan menjadi 2, yaitu tepat apabila pemberian pada saat bayi berusia 6 bulan penuh dan tidak tepat apabila pemberian terlalu dini ataupun terlambat. Grafik di atas menunjukkan bahwa dari 70 bayi, 61,43% diberi MP-ASI pertama kali pada saat umur yang tepat. Distribusi bayi yang mendapatkan MP- ASI pada usia dini adalah 37,1% dan hanya ada 1 bayi yang mendapatkan MP- ASI terlambat. Berdasarkan penelitian ini, ibu yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga cenderung memberikan MP-ASI pada saat usia bayi mencapai 6 bulan. 3. Kesesuaian Porsi MP-ASI Menurut Umur Porsi pemberian MP-ASI bayi dalam penelitian ini dihitung berdasarkan hasil recall 3 hari tidak berturut-turut yang dikategorikan menjadi 2, yaitu sesuai dengan umur dan tidak sesuai. Berdasarkan grafik, dapat diketahui bahwa 52,90% bayi di Kecamatan Jatipuro mendapatkan MP-ASI dengan porsi sesuai umur. Bayi yang 7

mendapatkan porsi MP-ASI tidak sesuai umur terdiri dari 2 kelompok yaitu bayi yang mendapatkan porsi MP-ASI kurang dari ketentuan sebesar 28,6% dan porsi pemberian yang melebihi ketentuan adalah 18,5%. 4. Status Gizi Bayi Status gizi bayi dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih. Adapun frekuensinya dapat dilihat pada grafik berikut : Berdasarkan grafik, dapat diketahui status gizi bayi di Kecamatan Jatipuro sebagian besar adalah baik yaitu 77,10% dan tidak terdapat bayi dengan ststus gizi buruk. 5. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Status Gizi Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil uji hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi bayi dijelaskan dalam table 5. Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Status Gizi Bayi Status gizi bayi Tingkat pengetahuan Ibu Total tentang MP-ASI Normal Tidak normal n % n % n % Kurang 9 50 9 50 18 100 Baik 45 86,5 7 13,5 52 100 Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan MP-ASI kurang dan status gizi bayi normal sebanyak 50% sama 8

besar dengan ibu dengan tingkat pengetahuan MP-ASI kurang dan bayi yang status gizinya tidak normal yaitu 50%. Pengetahuan ibu tentang MP-ASI baik dan bayi dengan status gizi normal sebesar 86,5% lebih besar dari pengetahuan ibu baik dan status gizi bayi tidak normal yaitu 13,5%. Hasil uji hipotesa yaitu p-value = 0,004<0,05 berarti Ho ditolak, yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro. 6. Hubungan Ketepatan Umur Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi Hasil uji statistik hubungan ketepatan umur pertama kali pemberian MP- ASI dengan status gizi bayi dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Ketepatan Umur Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi Status gizi bayi Ketepatan pemberian MP- Total Normal Tidak normal ASI n % n % n % Tepat waktu 38 88,4 5 11,6 43 100 Tidak tepat waktu 16 59,3 11 40,7 27 100 Berdasarkan table 6, dapat diketahui bahwa bayi yang mendapatkan MP- ASI tepat waktu cenderung memiliki status gizi normal sebesar 88,4%. Sedangkan untuk bayi yang mendapatkan MP-ASI tidak tepat waktu dan status gizi bayi normal sebesar 59,3% lebih besar dari pemberian MP-ASI tidak tepat waktu dan status gizi bayi tidak normal (40,7%). Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Asupan makan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi. Selain dari asupan MP-ASI, kebutuhan gizi bayi dapat tercukupi dengan pemberian ASI. Bayi dengan pemberian MP-ASI pertama kali tidak tepat waktu tidak serta merta akan mengalami gizi kurang. Pemberian MP-ASI dengan frekuensi, porsi dan jenis yang meningkat sesuai dengan pertambahan umur akan membantu proses tumbuh kembang bayi dan menjaga bayi pada keadaan gizi normal. 9

Hasil uji hipotesa terdapat hasil p-value = 0,011<0,05 berarti Ho ditolak, yaitu ada hubungan antara ketepatan umur pertama kali pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro. 7. Hubungan Porsi Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi Hasil uji statistik hubungan konsistensi porsi pemberian MP-ASI berdasarkan umur bayi dengan status gizi dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Kesesuaian Porsi Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi Status gizi bayi Porsi pemberian Total Normal Tidak normal MP-ASI n % n % n % sesuai 34 91,9 3 8,1 37 100 Tidak sesuai 20 60,6 13 39,4 33 100 Tabel 7 menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI dengan porsi sesuai umur cenderung memiliki status gizi normal sebanyak 91,9%. Porsi MP-ASI yang sesuai kebutuhan gizi bayi akan berdampak status gizi bayi yaitu membantu dan mempertahankan status gizi normal. Sedangkan pemberian MP- ASI dengan porsi yang tidak sesuai dan status gizi normal sebanyak 60,6%. Selain dari MP-ASI kebutuhan gizi bayi terpenuhi dari asupan ASI. Hasil uji hipotesa terdapat hasil p-value = 0,005<0,05 berarti Ho ditolak, yaitu ada hubungan antara tingkat kesesuaian porsi MP-ASI dengan status gizi bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro. Porsi pemberian MP-ASI pada bayi harus diberikan secara bertahap sesuai dengan umur bayi dan kemampuan bayi mencerna makanan (Indiarti dan Sukaca, 2009). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pengetahuan ibu tentang MP-ASI selama ini diperoleh dari posyandu setempat melalui penyuluhan-penyuluhan dari tenaga kesehatan di Puskesmas karena setiap bulan diadakan kegiatan posyandu yang selama ini telah berjalan dengan baik. 10

Menurut Notoatmodjo (2003), tenaga kesehatan merupakan pendukung terwujudnya derajad kesehatan yang optimal. Status gizi dipengaruhi oleh 2 penyebab, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung adalah asupan makan dan penyakit infeksi yang diderita anak. Secara tidak langsung pengetahuan ibu tentang menyusun menu guna memenuhi kebutuhan asupan makan bayi sangat penting dan lebih lanjut berdampak pada status gizi bayi karena pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi yang disebabkan oleh ketidaktahuan ibu (Adisasmito,2008). Ibu dengan pengetahuan tentang MP-ASI tinggi akan mengerti tentang pemilihan jenis maupun menu makanan yang akan ia berikan pada bayinya. Selain itu, ibu dengan pengetahuan tinggi dapat memilih bahan makanan sedemikian rupa untuk mendapatkan menu terbaik sekaligus mengupayakan variasi menu agar anak tidak bosan sehingga akan mempengaruhi tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi makan yang baik akan berdampak pada status gizi baik pula. Bayi yang mendapatkan MP-ASI pada umur yang tepat cenderung memiliki status gizi normal. Saat mencapai usia 6 bulan kebutuhan gizi tidak dapat terpenuhi dari asupan ASI saja. Pada usia itulah sistem pencernaan bayi berkembang semakin matang sehingga bayi siap menerima dan mencerna makanan padat. Asupan makan yang dicerna dengan baik mencukupi kebutuhan gizi yang secara langsung membantu dan menjaga status gizi pada keadaan normal. Adapun jenis makanan yang diberikan ibu pada bayi di Kecamatan Jatipuro saat pertama pemberian MP-ASI adalah bubur instan kemasan pabrik, pisang, pepaya dan bubur beras. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 38,5% bayi diberi makanan pendamping ASI terlalu dini dengan alasan bayi sering menangis dan diartikan rasa lapar. Sedangkan dari 70 responden hanya ada 1 bayi dengan pemberian MP-ASI terlambat, yaitu diberikan pada saat usia 8 bulan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan reflek menelan bayi belum sempurna. Menurut Pudjiadi (2000), pemberian makanan padat atau makanan pendamping ASI yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan pendamping ASI sebelum waktunya lebih 11

menguntungkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nielsen, LS., Sorensen, T., Mortensen, EL., dan Michaelsen, KF (2009) menunjukkan bahwa pengenalan MP-ASI setelah usia bayi 6 bulan merupakan upaya perlindungan terhadap kelebihan berat badan di usia dewasa. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari serangkaian penelitian dan hasil analisis data adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar sudah baik, sebagian besar ibu mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 74,3%. 2. Bayi di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar yang mendapatkan MP- ASI pada umur yang tepat sebanyak 61,4%. Sedangkan sisanya mendapatkan MP-ASI dini atau terlambat. 3. Bayi di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar yang mendapatkan MP- ASI dengan porsi sesuai umur adalah 52,9%. 4. Status gizi bayi 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar sebagian besar adalah baik yaitu 77,1%, status gizi kurang 14,3%, status gizi lebih 8,6% dan tidak terdapat bayi dengan ststus gizi buruk. 5. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan status gizi bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten karanganyar. 6. Ada hubungan antara ketepatan umur pertama pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten karanganyar. 7. Ada hubungan antara kesesuaian porsi pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi usia 7-12 bulan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten karanganyar. SARAN Adapun saran yang dapat disampaikan mengenai penelitian di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar yaitu : 1. Bagi Puskesmas, diharapkan lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat melalui kegiatan posyandu tentang MP-ASI bagi bayi khususnya pemilihan jenis MP-ASI dan sumber-sumber zat gizi pada makanan. 12

2. Bagi peneliti, sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang makanan pendamping ASI dan status gizi bayi. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. 2008. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Adnan, N dan Muniandy, ND. 2012. The Relationship between Mothers Educational Level and Feeding Practices among Children in Selected Kindergartens in Selangor, Malaysia : A Cross-sectional Study. Asian Journal of Clinical Nutrition. 4 : 39-52. Almatsier, S., Soetardjo dan Soekarti. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Gramedia. Jakarta. Aritonang, I. 2010. Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal. Leutika. Yogyakarta. Arisman, MB. 2008. Gizi Dalam Daur kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Baliwati,YF. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. Budiyanto, AK. 2002. Gizi dan Kesehatan. Bayu Medika dan UMM Press. Malang. Depkes RI. 2003. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Instant untuk Bayi Umur 6-11 Bulan. Depkes RI. Jakarta. -----------. 2005. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. -----------. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. -----------. 2010. Laporan Riset kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Dewanti, T. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI dengan Perubahan Berat Badan Balita Usia 6-24 bulan di Posyandu Desa Banjarsari Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Fewtrell, MS., dkk. 2007. Optimal Duration of Exclusifve Breastfeeding : What is the Evidence to Support Current Recommendation. Am J Clin Nutr. Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. 2011. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar Tahun 2011. Karanganyar. 13

Hapsari, I. 2011. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di Desa Jatisari Kecamatan Subah Kabupaten Batang Tahun 2010. Thesis. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Hayati, AW. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. EGC. Jakarta. Indiarti, MT,. dan Sukaca, BE. 2009. Nutrisi Bagi Bayi Sejak Dalam Kandungan Sampai Usia Satu Tahun. Cahaya Ilmu. Yogyakarta. Iwan, S. 2010. Pengasuhan Anak Dalam Keluarga.Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Universitas Airlangga. Surabaya Krisnatuti dan Yenrina. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Puspa Swara. Jakarta. Kodiyah, N. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo Kabupaten Karanganyar. Abstrak. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Nielsen, LS., Sorensen, T., Mortensen, EL., dan Michaelsen, KF. 2009. Late Introduction of Comlementary Feeding, Rather than Duration of Breastfeeding, may Protect Against adult Overwaight. Am J Clin Nutr. Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. -----------------. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Prasetyono, DS. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press. Yogyakarta. Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Purwani, W. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI dengan Pengetahuan Tentang Informasi pada Kemasan Produk MP-ASI Pabrikan di Desa Jetis Baki Sukoharjo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI. Dunia Sehat. Jakarta. Setiati, R. 2010. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Praktik Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak balita pada Keluarga Miskin Penerima DBLT Desa Kalibono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Suhardjo. 2002. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta. Sulistyowati, H. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Balita Usia 4-24 bulan di 14

Desa Sendangharjo Kecamatan Blora Kabupaten Blora. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Supariasa, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Wiryo, H. 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Sagung Seto. Jakarta. 15