KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. anjing, hal ini ditemukan pada situs arkeologi di Persia (Iran), Jericho (Tepi Barat),

PENDAHULUAN. pemotongan hewan (TPH) adalah domba betina umur produktif, sedangkan untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh Setyo Utomo (Kuliah ke 7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Umur terhadap Bobot Ovarium. Hasil penelitian mengenai pengaruh umur terhadap bobot ovarium domba

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat desa dengan keadaan desa yang alami dan mampu memberikan suplai

BAB I. PENDAHULUAN A.

TINJAUAN PUSTAKA Domba Ovarium Oogenesis dan Folikulogenesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

Anatomi/organ reproduksi wanita

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

PENDAHULUAN. 25,346 ton dari tahun 2015 yang hanya 22,668 ton. Tingkat konsumsi daging

TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan wol

ORGAN GENITAL EKSTERNAL DAN INTERNAL PADA HEWAN BETINA DAN PROSES OOGENESIS. drh. Herlina Pratiwi, M.Si

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Persilangan Simmental dan Peranakan Ongole. Sapi hasil persilangan antara sapi peranakan Ongole (PO) dan sapi

5 KINERJA REPRODUKSI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh pencekokan ekstrak rimpang rumput teki terhadap diameter oosit

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Gambar 1

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

GAMBARAN AKTIVITAS OVARIUM SAPI BALI BETINA YANG DIPOTONG PADA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) KENDARI BERDASARKAN FOLIKEL DOMINAN DAN CORPUS LUTEUM

KARAKTERISTIK BANGSA DOMBA EKOR TIPIS (DET) DAN KODISINYA SAAT INI DI INDONESIA

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan spesies bendera (flag species)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

SDP. YG MENDPT TEKANAN CUKUP BERAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Domba

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

SISTEM ALAT REPRODUKSI HEWAN BETINA. Oleh: Kustono Diah Tri Widayati

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata

I. TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. hari. Dalam perkembangannya, produktivitas kerbau masih rendah dibandingkan dengan sapi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi banteng liar (Bibos banteng) (Batan, 2006). Banteng-banteng liar

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Waktu dan Suhu Media Penyimpanan Terhadap Kualitas Oosit Hasil Koleksi Ovarium Sapi Betina Yang Dipotong Di TPH

SISTEM REPRODUKSI TERNAK BETINA Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan prioritas ke-5 tingkat Nasional dalam Rancangan

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Estrus Setelah Penyuntikan Kedua PGF 2α. Tabel 1 Pengamatan karakteristik estrus kelompok PGF 2α

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi Bali (Bos sondaicus, Bos javanicus, Bos/Bibos banteng) merupakan plasma

II KAJIAN KEPUSTAKAAN meter dari permukaan laut dengan kondisi lembab, serta mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Reproduksi Sapi Betina Superovulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Proses kehamilan: Fertilisasi Nidasi (Implantasi) Plasentasi. Proses Kehamilan - 2

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Folikel dan Oosit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Reproduksi dan Perkembangan Gonad Ikan Lele. Ikan lele (Clarias sp) pertama kali matang kelamin pada umur 6 bulan dengan

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENGARUH UMUR TERHADAP BOBOT DAN DIAMETER OVARIUM SERTA KUALITAS OOSIT PADA DOMBA LOKAL

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

SEL DAN JARINGAN MATERI BAHAN PELATIHAN UNTUK GURU-GURU SMA / MA OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPD UPI BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Tanaman Rumput Teki (Cyperus rotundus L.) Rumput teki (Cyprus rotundus L.) merupakan jenis tanaman yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA Domba

teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel sekunder (Dellmann dan Brown 1992).

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar belakang

Transkripsi:

8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi sumber utama penghasil daging, wol, lemak, kulit, dan susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). Domba modern hasil domestikasi yang ada saat ini adalah Ovis aries, dengan taksonomi sebagai berikut (Ensminger, 2002): Kingdom Phylum Kelas Ordo Sub Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mamalia : Artiodactyla : Ruminansia : Bovidae : Ovis : Ovis aries Ternak lokal menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 pasal 16 (1) adalah ternak hasil persilangan antara ternak asli luar negeri dan ternak asli Indonesia yang telah dikembangbiakan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang teradaptasi pada lingkungan atau manajemen setempat. Sedangkan domba lokal menurut Denie (2011) merupakan domba hasil persilangan atau introduksi dari luar yang telah dikembangbiakan di Indonesia sampai dengan

9 generasi kelima atau lebih serta teradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen setempat. Menurut Yayan (2010), domba memiliki keunggulan diantaranya dapat mudah menyesuaikan diri pada lingkungan, berkembangbiak dengan cepat, dan dagingnya relatif dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat. Perkembangan domba lokal di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Domba Ekor Tipis (DET) dan Domba Ekor Gemuk (DEG). Distribusi DET banyak ditemukan di daerah yang relatif basah seperti Jawa Barat sedangkan DEG banyak tersebar di daerah-daerah yang relatif kering seperti Provinsi Jawa Timur, Madura serta pulau-pulau di Nusa Tenggara sedangkan di Sulawesi Selatan DEG dikenal sebagai domba Donggala (Tiesnamurti dan Asmarasari, 2006). 2.2 Karakteristik Ovarium Domba Ovarium adalah organ generatif hewan betina yang terdiri dari sepasang terletak di kiri dan kanan uterus dalam rongga pelvis. Ovarium tersusun oleh bagian-bagian medula yang terletak di bagian dalam dan korteks yang terletak dibagian luar. Pada bagian medula terdapat jaringan ikat fibroelastik, jaringan syaraf dan pembuluh darah yang berhubungan dengan ligamentum mesovarium melalui hilus. Bagian korteks berisi folikel-folikel antral dan preantral, corpus luteum, stroma, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut otot polos. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu sebagai organ eksokrin yang meghasilkan sel telur dan organ endokrin yang menghasilkan hormon steroid (Hafez dan Hafez, 2000). Struktur, bentuk, dan ukuran ovarium masing-masing hewan sangat bervariasi tergantung kepada spesies, umur, tahap siklus seksual, dan jumlah anak

10 yang dilahirkan (Priedkalns, 1989; Hafez dan Hafez, 2000). Bentuk ovarium pada ternak sapi dan domba yaitu berbentuk oval (Toelihere dan mozer, 1997). Ternak umumnya memiliki dua buah ovarium di kanan dan kiri yang terletak di dalam pelvis. Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies ternak dan fase siklus birahi. Ovarium domba berbentuk lonjong dengan panjang berkisar 1,3 1,9 cm (Tita dan Ismudiono, 2013) Pertumbuhan ovarium dan perkembangan istolofik ovarium selama peralihan masa reproduksi diatur oleh hormon-hormon yang berasal dari kelenjar hormon yaitu kelenjar hipofisa yang terdapat didasar otak dalam kepala (Partodihardjo, 1987). Besarnya ovarium sangat tergantung kepada umur dan masa organ reproduksi Ukuran ovarium akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur, selain itu jumlah anak yang dilahirkan akan mempengaruhi kenaikan bobot ovarium pula. Ovarium sapi yang telah beberapa kali beranak tampak lebih besar dibandingkan dengan sapi betina muda (Arthur dkk, 2005). 2.3 Oosit Sel telur atau yang disebut oosit dihasilkan oleh ovarium (Hafez dan Hafez, 2000). Oosit menpunyai dua membran yaitu membrana vitellin dan zona pellucida. Membrana vitellin adalah suatu diferensiasi cortical oocyte yang dapat dianggap mempunyai struktur dan sifat yang sama dengan membran plasma sel somatik yang berguna untuk difusi dan pengangkutan aktif. Zona pellucida adalah suatu selaput yang homogen dan semi-permeable, terbuat dari suatu protein yang dapat dilebur oleh enzim-ensim proeteolitik seperti trypsin dan chymotrypsin. Membran sel telur penting untuk perlindungan sel telur maupun absorpsi selektif terhadap ion-ion anorganik dan zat-zat metabolik pada

11 perubahan-perubahan fisikokimiawi yang terjadi sewaktu ovulasi, pembuahan, cleavage dan pengembangan blastocyst (Toelihere, 1977). Oosit berkembang dalam satun-satuan bentuk yang disebut folikel, biasanya satu oosit dihasilkan dalam satu folikel tersusun dari ribuan sel yang mempunyai kontribusi untuk perkembangan oosit (Hunter, 1995). Oosit terbentuk melalui peristiwa oogenesi yang melalui tahap berikut : oogonium dan polar body ke I. Sementera itu polar body yang terbentuk pada meiosis I membelah menjadi II sehigga pada akhir oogenesis terbentuk I oosit dan polar body. Pada semua ternak mamalia proses oogenesis berakhir sebelum atau segera sesudah partus (Toelihere, 1985). Oosit yang telah mengalami pematangan akan berbentuk bulat besar dengan adanya inti sitoplasma berwarna gelap. Sitoplasma merupakan sel granular yang memiliki pinggiran jenis karbohidrat yang disebut zona pellucida yang dihasilkan oleh sel kumulus untuk fungsi tertentu (Bone, 1988). 2.4 Klasifikasi Kualitas Oosit Kualitas oosit dapat diklasifikasikan berdasarkan keberadaan sel kumulus dan sitoplasma. (1) Menurut Herdis (2000), kriteria oosit dibagi menjadi: 1. Kualitas A: oosit memiliki lapisan sel kumulus komplek yang utuh, sitoplasma homogen, dan korona radiatanya terlihat lebih gelap. Secara keseluruhan oosit terlihat terang dan transparan 2. Kualitas B: oosit memiliki lapisan sel kumulus komplek tidak utuh, performan sitoplasma kurang homogen, dan korona radiata tidak jelas. Secara keseluruhan oosit terlihat lebih gelap dan kurang transparan

12 3. Kualitas C: oosit tanpa dikelilingi oleh lapisan sel kumulus 4. Kualitas D: oosit dikelilingi oleh fibrin. (2) Klasifikasi sel telur menurut Mayes dan Sirard (2001) dikelompokkan kedalam tiga kategori menurut kompleksitas sel kumulus yang mengelilingi sel telur. Tiga kategori tersebut ialah : 1. Kategori A : Sel telur dikelilingi setidaknya lima lapisan sel kumulus yang kompak, sitoplasma berwarna bening, homogen, dan cincin berwarna sedikit gelap terlihat di sisi luar sitoplasma. 2. Kategori B : Sel telur dikelilingi sel kumulus yang kurang kompak dan sel telur berwarna sedikit gelap. 3. Kategori C : Sel kumulus tidak terlalu padat dan sitoplasma berwarna gelap. (3) Klasifikasi sel telur menurut Gordon (2003) dibagi menjadi: 1. Kelas 1 : Terdapat beberapa lapisan sel kumulus utuh dan kompak, ooplasma tidak bergranula (kompak). 2. Kelas 2 : Lapisan sel kumulus tidak utuh atau minimal mengelilingi setengah bagian sel telur dengan ooplasma rata. 3. Kelas 3 : Sel telur gundul tanpa lapisan sel kumulus. 4. Kelas 4 : Sel telur dikelilingi fibrin yang menyerupai sarang laba-laba (4) Menurut Lasienė dkk, (2009), penilaian kualitas oosit secara sederhana dapat dilihat dari struktur kumulus lengkap, keberadaan sitoplasma, polar body, membran perivitellin, dan zona pellucida. Kualitas oosit dikelompokan menjadi: 1. Kategori A: oosit dikelilingi oleh lapisan sel kumulus yang lengkap dan konsisten serta sitoplasma hitam homogen

13 2. Kategori B: oosit dikelilingi oleh lapisan sel kumulus sedikit tidak lengkap namun sitoplasma hitam sedikit homogen 3. Kategori C: lapisan sel kumulus oosit mulai menyebar dan berwarna hitam.