8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi sumber utama penghasil daging, wol, lemak, kulit, dan susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). Domba modern hasil domestikasi yang ada saat ini adalah Ovis aries, dengan taksonomi sebagai berikut (Ensminger, 2002): Kingdom Phylum Kelas Ordo Sub Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Mamalia : Artiodactyla : Ruminansia : Bovidae : Ovis : Ovis aries Ternak lokal menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 pasal 16 (1) adalah ternak hasil persilangan antara ternak asli luar negeri dan ternak asli Indonesia yang telah dikembangbiakan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang teradaptasi pada lingkungan atau manajemen setempat. Sedangkan domba lokal menurut Denie (2011) merupakan domba hasil persilangan atau introduksi dari luar yang telah dikembangbiakan di Indonesia sampai dengan
9 generasi kelima atau lebih serta teradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen setempat. Menurut Yayan (2010), domba memiliki keunggulan diantaranya dapat mudah menyesuaikan diri pada lingkungan, berkembangbiak dengan cepat, dan dagingnya relatif dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat. Perkembangan domba lokal di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Domba Ekor Tipis (DET) dan Domba Ekor Gemuk (DEG). Distribusi DET banyak ditemukan di daerah yang relatif basah seperti Jawa Barat sedangkan DEG banyak tersebar di daerah-daerah yang relatif kering seperti Provinsi Jawa Timur, Madura serta pulau-pulau di Nusa Tenggara sedangkan di Sulawesi Selatan DEG dikenal sebagai domba Donggala (Tiesnamurti dan Asmarasari, 2006). 2.2 Karakteristik Ovarium Domba Ovarium adalah organ generatif hewan betina yang terdiri dari sepasang terletak di kiri dan kanan uterus dalam rongga pelvis. Ovarium tersusun oleh bagian-bagian medula yang terletak di bagian dalam dan korteks yang terletak dibagian luar. Pada bagian medula terdapat jaringan ikat fibroelastik, jaringan syaraf dan pembuluh darah yang berhubungan dengan ligamentum mesovarium melalui hilus. Bagian korteks berisi folikel-folikel antral dan preantral, corpus luteum, stroma, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut otot polos. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu sebagai organ eksokrin yang meghasilkan sel telur dan organ endokrin yang menghasilkan hormon steroid (Hafez dan Hafez, 2000). Struktur, bentuk, dan ukuran ovarium masing-masing hewan sangat bervariasi tergantung kepada spesies, umur, tahap siklus seksual, dan jumlah anak
10 yang dilahirkan (Priedkalns, 1989; Hafez dan Hafez, 2000). Bentuk ovarium pada ternak sapi dan domba yaitu berbentuk oval (Toelihere dan mozer, 1997). Ternak umumnya memiliki dua buah ovarium di kanan dan kiri yang terletak di dalam pelvis. Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies ternak dan fase siklus birahi. Ovarium domba berbentuk lonjong dengan panjang berkisar 1,3 1,9 cm (Tita dan Ismudiono, 2013) Pertumbuhan ovarium dan perkembangan istolofik ovarium selama peralihan masa reproduksi diatur oleh hormon-hormon yang berasal dari kelenjar hormon yaitu kelenjar hipofisa yang terdapat didasar otak dalam kepala (Partodihardjo, 1987). Besarnya ovarium sangat tergantung kepada umur dan masa organ reproduksi Ukuran ovarium akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur, selain itu jumlah anak yang dilahirkan akan mempengaruhi kenaikan bobot ovarium pula. Ovarium sapi yang telah beberapa kali beranak tampak lebih besar dibandingkan dengan sapi betina muda (Arthur dkk, 2005). 2.3 Oosit Sel telur atau yang disebut oosit dihasilkan oleh ovarium (Hafez dan Hafez, 2000). Oosit menpunyai dua membran yaitu membrana vitellin dan zona pellucida. Membrana vitellin adalah suatu diferensiasi cortical oocyte yang dapat dianggap mempunyai struktur dan sifat yang sama dengan membran plasma sel somatik yang berguna untuk difusi dan pengangkutan aktif. Zona pellucida adalah suatu selaput yang homogen dan semi-permeable, terbuat dari suatu protein yang dapat dilebur oleh enzim-ensim proeteolitik seperti trypsin dan chymotrypsin. Membran sel telur penting untuk perlindungan sel telur maupun absorpsi selektif terhadap ion-ion anorganik dan zat-zat metabolik pada
11 perubahan-perubahan fisikokimiawi yang terjadi sewaktu ovulasi, pembuahan, cleavage dan pengembangan blastocyst (Toelihere, 1977). Oosit berkembang dalam satun-satuan bentuk yang disebut folikel, biasanya satu oosit dihasilkan dalam satu folikel tersusun dari ribuan sel yang mempunyai kontribusi untuk perkembangan oosit (Hunter, 1995). Oosit terbentuk melalui peristiwa oogenesi yang melalui tahap berikut : oogonium dan polar body ke I. Sementera itu polar body yang terbentuk pada meiosis I membelah menjadi II sehigga pada akhir oogenesis terbentuk I oosit dan polar body. Pada semua ternak mamalia proses oogenesis berakhir sebelum atau segera sesudah partus (Toelihere, 1985). Oosit yang telah mengalami pematangan akan berbentuk bulat besar dengan adanya inti sitoplasma berwarna gelap. Sitoplasma merupakan sel granular yang memiliki pinggiran jenis karbohidrat yang disebut zona pellucida yang dihasilkan oleh sel kumulus untuk fungsi tertentu (Bone, 1988). 2.4 Klasifikasi Kualitas Oosit Kualitas oosit dapat diklasifikasikan berdasarkan keberadaan sel kumulus dan sitoplasma. (1) Menurut Herdis (2000), kriteria oosit dibagi menjadi: 1. Kualitas A: oosit memiliki lapisan sel kumulus komplek yang utuh, sitoplasma homogen, dan korona radiatanya terlihat lebih gelap. Secara keseluruhan oosit terlihat terang dan transparan 2. Kualitas B: oosit memiliki lapisan sel kumulus komplek tidak utuh, performan sitoplasma kurang homogen, dan korona radiata tidak jelas. Secara keseluruhan oosit terlihat lebih gelap dan kurang transparan
12 3. Kualitas C: oosit tanpa dikelilingi oleh lapisan sel kumulus 4. Kualitas D: oosit dikelilingi oleh fibrin. (2) Klasifikasi sel telur menurut Mayes dan Sirard (2001) dikelompokkan kedalam tiga kategori menurut kompleksitas sel kumulus yang mengelilingi sel telur. Tiga kategori tersebut ialah : 1. Kategori A : Sel telur dikelilingi setidaknya lima lapisan sel kumulus yang kompak, sitoplasma berwarna bening, homogen, dan cincin berwarna sedikit gelap terlihat di sisi luar sitoplasma. 2. Kategori B : Sel telur dikelilingi sel kumulus yang kurang kompak dan sel telur berwarna sedikit gelap. 3. Kategori C : Sel kumulus tidak terlalu padat dan sitoplasma berwarna gelap. (3) Klasifikasi sel telur menurut Gordon (2003) dibagi menjadi: 1. Kelas 1 : Terdapat beberapa lapisan sel kumulus utuh dan kompak, ooplasma tidak bergranula (kompak). 2. Kelas 2 : Lapisan sel kumulus tidak utuh atau minimal mengelilingi setengah bagian sel telur dengan ooplasma rata. 3. Kelas 3 : Sel telur gundul tanpa lapisan sel kumulus. 4. Kelas 4 : Sel telur dikelilingi fibrin yang menyerupai sarang laba-laba (4) Menurut Lasienė dkk, (2009), penilaian kualitas oosit secara sederhana dapat dilihat dari struktur kumulus lengkap, keberadaan sitoplasma, polar body, membran perivitellin, dan zona pellucida. Kualitas oosit dikelompokan menjadi: 1. Kategori A: oosit dikelilingi oleh lapisan sel kumulus yang lengkap dan konsisten serta sitoplasma hitam homogen
13 2. Kategori B: oosit dikelilingi oleh lapisan sel kumulus sedikit tidak lengkap namun sitoplasma hitam sedikit homogen 3. Kategori C: lapisan sel kumulus oosit mulai menyebar dan berwarna hitam.