1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik. Hai ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Hasibuan (1994: 1) bahwa Pendidikan sebagai upaya atau kegiatan yang meningkatkan kemampuan seseorang dalam segala bidang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan demikian pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi. Salah satu cara meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM adalah dengan jalan meningkatkan mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu ujung tombak penentu kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang dimaksud di sini adalah pendidikan formal, yaitu proses belajar mengajar di sekolah. Salah satu upaya nyata dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan pengembangan, inovasi dan penyempurnaan pembelajaran yang terus dilakukan oleh Depdiknas melalui inovasi kurikulum. Kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kelebihan KTSP adalah masuknya kompetensi pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), dan komunikasi (communication) sebagai kompetensi dasar (Shadiq, 2004:1).
2 Penalaran merupakan suatu aktivitas berpikir anak untuk menarik kesimpulan baru berdasarkan pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar, sedangkan pemecahan masalah adalah suatu proses diterimanya tantangan yang ada serta usaha untuk menemukan jawabannya, kedua aktivitas tersebut perlu dikomunikasikan secara lisan maupun tulisan sehingga dapat diketahui orang lain (Shadiq, 2004:18) Kemampuan mengomunikasikan ide, pikiran ataupun pendapat sangatlah penting. Kemampuan itu berguna untuk kehidupan siswa baik pada saat duduk di bangku sekolah maupun ketika siswa sudah tidak duduk di bangku sekolah atau sudah bekerja (Shadiq, 2005:21). Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Jadi pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi. Sebagaimana yang diungkapkan Hudojo (1988 : 20) bahwa Dalam perkembangan modern, matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan sempurna. Pembelajaran matematika di sekolah merupakan sarana berpikir yang jelas, kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Arena untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman dan pengembangan kreatifitas. Hal ini menyebabkan matematika dipelajari disekolah oleh semua siswa dari SD hingga SMA/SMK, bahkan juga di perguruan tinggi. Namun kenyataan yang terjadi di sekolah menunjukkan bahwa banyak siswa yang
3 tidak menyukai matematika karena dianggap sebagai bidang studi yang paling sulit, sehingga mengakibatkan rendahnya nilai matematika. Di sekolah, pada umumnya pembelajarannya tidak melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip dalam menyelesaikan soal secara sistematis. Oleh karena itu, siswa tidak terlatih memecahkan soal secara sistematis. Padahal melalui kegiatan pemecahan soal secara sistematis, aspek aspek kemampuan siswa dalam matematika seperti penyelesaian soal, penemuan pola penggeneralisasian, komunikasi matematika dan lain-lain, dapat dikembangkan secara lebih baik di sekolah. Pembelajaran konvensional yang sifatnya searah yaitu dari guru ke siswa sekarang dianggap cara yang kurang tepat lagi. Memang metode ini memiliki kelebihan yaitu guru dapat mengontrol urutan dan keleluasan pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan, sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. Akan tetapi, dalam perkembangan seperti sekarang ini, guru dituntut agar tugas dan peranannya tidak lagi sebagai pemberi informasi (transmission of knowledge), melainkan sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang lebih efektif yaitu membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran terutama dalam pemecahan masalah. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk maksud ini adalah metode diskusi,
4 karena metode diskusi menurut Roestiyah dalam Kusumawaty (2009) dapat memperbaiki prestasi siswa secara individu, mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan, memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat, dapat mengembangkan rasa sosial mereka, menanamkan rasa demokratis, memperluas pandangan, menghayati kepemimpinan bersama-sama, serta membentuk dan mengembangkan kepemimpinan. Menurut informasi yang didapatkan dari narasumber yang mengajar di sekolah yang akan dijadikan objek penelitian, sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di Bandung namun sebagian besar siswanya mempunyai tingkat perhatian dan kemampuan komunikasi yang kurang terhadap pelajaran matematika. Ini diperkuat dengan rendahnya nilai ulangan harian dan tengah semester mata pelajaran matematika, disamping itu siswa juga mengeluhkan bahwa matematika hanya berisi angka-angka dan rumus-rumus yang harus dihafalkan, sehingga materinya dianggap kurang bermakna. Kemampuan komunikasi matematik berkaitan dengan kecakapan hidup, oleh karena itu kemampuan komunikasi matematik siswa perlu terus dikembangkan, diperlukan suatu model atau metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi upaya peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa. Walau tidak ada model pembelajaran yang sempurna tepat dapat memfasilitasi kebutuhan kegiatan pembelajaran, karena subjek pembelajar yang begitu rumit yaitu siswa sebagai manusia. Hal tersebut bukanlah suatu alasan untuk mencoba mencari model pembelajaran yang mendekati ketepatan untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
5 Agar siswa mampu membangun dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematik, diperlukan model atau metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif untuk mendorong siswa untuk mau berusaha membangun dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematika, dalam hal ini adalah metode diskusi. Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis merupakan kompetensi hasil belajar matematika yang dituntut oleh KTSP. Kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi. Agar kemampuan berfikir matematis tingkat tinggi berkembang, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat. Dalam hal ini untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa adalah peranan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3). Dengan PS3, diharapkan siswa mampu dan terampil dalam penyelesaian soal dengan benar dan tepat. Dalam hal ini siswa terpancing berpikir, menganalisa, bertanya dan mengevaluasi kembali, sehingga dengan demikian siswa tersebut aktif berpartisipasi di dalam pembelajaran. Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Leny Farida Wati pada siswa Sekolah Menengah Pertama Rakyat di Pancur Batu Medan pada tahun ajaran 2008/2009 dengan judul Penerapan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) dengan Menggunakan Metode Ekspositori pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas VIII SMP Rakyat Pancur Batu Tahun Ajaran 2008/2009 (Skripsi Pendidikan Matematika FKIP UISU Medan) menunjukkan bahwa hasil belajar
6 siswa yang mengikuti pembelajaran yang menerapkan PS3 lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti pembelajaran model non PS3, begitu juga dengan komunikasinya. Selain itu terdapat sebuah hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Luky Kusumawati pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Cepu dengan judul Efektifitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Diskusi dengan Teknik LKS pada Siswa Kelas VII SMPN 4 Cepu (Skripsi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah 2009) menyatakan bahwa setelah pembelajaran dengan Metode Diskusi, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Oleh karena itu penulis merasa tertantang untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode diskusi dengan menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) untuk menyelesaikan soal, kemampuan komunikasi matematika siswa akan lebih meningkat. Maka dari itu, untuk mendapatkan jawaban yang komperehensif peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Penerapan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) pada Latihan Melalui Metode Diskusi dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang menggunakan metode diskusi yang menerapkan Penyelesaian Soal Secara
7 Sistematis (PS3) lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 2) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode diskusi yang menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3). Untuk menghindari luasnya masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan Segitiga dan Segiempat (Segitiga) dan subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandung. C. Tujuan Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang menggunakan metode diskusi yang menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 2) Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode diskusi yang menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3). D. Manfaat Penelitian 1) bagi siswa, melalui metode diskusi yang menerapkan Penyelesaian Soal Secara Sistematis (PS3) diharapkan dapat meningkatkan komunikasi matematik siswa.
8 2) bagi guru, sebagai alternatif membelajarkan siswa dalam upaya meningkatkan komunikasi matematik siswa. 3) bagi sekolah, sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi di sekolah. 4) sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, tetapi pada materi dan tingkat sekolah yang berbeda. E. Definisi Operasional Untuk memperoleh kesamaan pendapat dan menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian ini, berikut diberikan beberapa penjelasan istilah. 1. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Diskusi sebagai metode pembelajaran dan bertujuan untuk : a. memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa. b. memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya. c. mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai. d. membantu siswa belajar berpikir secara kritis. e. membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman
9 f. membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah. g. mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. 2. Penyelesaian soal secara sistematis (PS3) merupakan suatu cara yang efektif untuk memecahkan masalah, PS3 bukan hanya sekedar cara pemecahan masalah tetapi merupakan suatu cara berpikir. Seorang guru matematika dituntut melatih siswa agar mampu memecahkan masalah, guru matematika harus dapat menyesuaikan kegiatan belajar siswa dengan indikator pada pengajarannya, dalam pemecahan soal matematika serta memilih cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu di antaranya PS3. Di dalam penyelesaian soal matematika, PS3 menerapkan 4 langkah yaitu: analisis, perencanaan, penyelesaian, dan penilaian kembali (Utomo dan Kees Ruijhter, 1985: 90). 3. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan siswa mengungkapkan suatu masalah/gagasan/ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar (Drawing), model matematika (Mathematical Expression), dan menuliskannya kembali dengan bahasa sendiri (Written Text) secara tertulis begitu juga sebaliknya. 4. Metode Konvensional Metode konvensional adalah metode pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah. Pada sekolah yang siswanya akan diteliti, pembelajaran konvensional berupa pembelajaran klasikal/ biasa yang menggunakan metode ekspositori dan latihan, memandang siswa memiliki kemampuan
10 yang tidak berbeda sehingga setiap siswa diberi pelayanan yang sama. Pembelajarannya dimulai dengan penyampaian materi, pemberian contoh soal oleh guru, dan dilanjutkan dengan pengerjaan soal-soal latihan oleh siswa.