PERBEDAAN MORALITAS SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

PERBANDINGAN MORALITAS SISWA MODEL VCT DAN STAD MEMPERHATIKAN SIKAP TERHADAP PELAJARAN IPS 1) Oleh

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA PENGGUNAAN NHT DAN ST DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN MAKE A MATCH. (Artikel Skripsi) Oleh. Muji Aprilia Fitriani

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN TPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL ST DAN TS DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

HASIL BELAJAR ANTARA MODEL PJBL DAN DL

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL CS DAN MM

EFEKTIVITAS KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM SOLVING MEMPERHATIKAN EQ

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI ANTARA PBL DAN MAM DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN GI (Studi Pada SMA NEGERI 14 BandarLampung)

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MODEL PBL DAN PJBL DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL TS DAN SD DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ANTARA PNP DAN ENE DENGAN MEMPERHATIKAN BERPIKIR KRITIS

HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN STAD MEMPERHATIKAN MOTIVASI

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN CM, MAM DENGAN MEMPERHATIKAN BENTUK SOAL TERHADAP HASIL BELAJAR

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR

AKTIVITAS BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL TC DAN MAM MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF SCAFFOLDING DAN PBI MEMPERHATIKAN CARA BERPIKIR. (Artikel Skripsi)

KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DAN JIGSAW PADA PELAJARAN IPS

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MODEL TPS DAN TGT DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE YANG BERBEDA 1. Oleh

HUBUNGAN ANTARA CARA BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel Skripsi) Oleh Imam Basuki

HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN NHT DAN LT DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MEDIA ICT DAN MEDIA VISUAL. (Artikel Skripsi) Oleh DWI RAHMAWATI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN GI DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

ANALISIS KOMPARATIF PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DAN EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR 1) Oleh

PENGARUH IQ, KEBIASAAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU

EFEKTIFITAS PRESTASI BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN DEEP DIALOG DAN CERAMAH

HASIL BELAJAR MODEL TALKING STICK DAN MAKE A MATCH MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

PENANAMAN NILAI SOSIAL MATA PELAJARAN IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE DAN EXAMPLES NON EXAMPLES

HUBUNGAN MINAT BACA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

NILAI KARAKTER DAN HASIL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI 1. Oleh

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PS DAN PP DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL

HASIL BELAJAR IPS MODEL NHT DAN GI DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI

kata kunci: hasil belajar, kemandirian belajar, sikap belajar.

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL DL DAN PjBL. (Artikel Skripsi) Oleh: DITA WIDIASTUTI

Tabel 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

*

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA TPS DAN TTW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MENGGUNAKAN MODEL TGT DAN MM

VETRI YANTI ZAINAL STKIP PGRI

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN TGT DAN JIGSAW DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR

PENGARUH KONSEP DIRI MELALUI AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER DISERTAI MEDIA CARD SORT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

EFEKTIVITAS TIME TOKEN DAN TS-TS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DENGAN MEMPERHATIKAN SQ

PENGARUH PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR. (Jurnal) Oleh: Arnold Rama Ardiansyah ( )

PENGARUH STRATEGI INFORMATION SEARCH

HASIL BELAJAR ANTARA TAKE AND GIVE DAN MIND MAPPING MEMPERTIMBANGKAN KONSEP DIRI

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

Oleh: Else Ervina, Buchori Asyik*, Dedy Mizwar** ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MINAT DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMEN DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN IT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR

PERBANDINGAN BERPIKIR KRITIS ANTARA PBL DAN DL DAN HUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA, LINGKUNGAN BELAJAR, PEMANFAATAN SARANA TERHADAP HASIL BELAJAR. (Jurnal) Oleh: Pemi Zurriyatina ( )

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 01 LIWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

METODOLOGI PENELITIAN. penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Metode penelitian

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PERBANDINGAN PEMAHAMAN SISWA ANTARA METODE SCAFFOLDING DAN RESITASI MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter

HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIS DI SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA JURNAL. Oleh:

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LATAR BELAKANG SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR YANG DIMEDIASI OLEH FASILITAS BELAJAR

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

PENGARUH MINAT DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Neng Siti Nur Afifah., Edi Hernawan, Drs.M.Pd., Suharsono, M.Pd. ABSTRACT

METODE SOSIODRAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR KELAS IV

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

Belajar Dan Pembelajaran Metode Based Learning

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 4 PARIAMAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) MENGGUNAKAN BUKU SAKU TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs USB SAGULUNG BATAM

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

Transkripsi:

PERBEDAAN MORALITAS SISWA YANG MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DAN PROBLEM SOLVING DENGAN MEMPERHATIKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL Dwi Oktaviani Ogara, Eddy Purnomo, dan Nurdin Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro Abstract:The method which used in this research is comparative study with experimental approaches. The study population totaled 313 students with a total sample of 74 students. Hypotheses of test using two-way analysis of variance formula and the t-test two independent samples. Based on the analysis of data obtained the following research findings, (1) there is a difference of student morality in learning of IPS between students who are learning using simulation and problem solving. (2) there are differentiation of morality in the learning of IPS between students who have intrapersonal with interpersonal intelligence. (3) there is no interaction between learning method with intrapersonal and interpersonal student in the learning of IPS. (4) students morality in learning of IPS which is using simulation is higher than problem solving on students who have intrapersonal intelligence. (5) students morality in learning of IPS which is using simulation is higher than problem solving on students who have interpersonal intelligence. (6)students morality in learning of IPS which have the intrapersonal intelligence is lower than the interpersonal intelligence in simulation. (7)students morality in learning of IPS which have the intrapersonal is lower than the interpersonal by using problem solving. Keywords: Morality, Simulation, PS, Intrapersonal, Interpersonal Abstrak: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian berjumlah 313 orang siswa dengan jumlah sampel sebanyak 74 orang siswa. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan t-test dua sampel independen. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan penelitian sebagai berikut, (1) terdapat perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan metode simulasi dengan menggunakan metode problem solving. (2) terdapat perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan kecerdasan interpersonal. (3) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal siswa pada pembelajaran IPS Terpadu. (4) moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan metode simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. (5) moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan metode simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. (6) moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan

kecerdasan interpersonal pada metode simulasi. (7) moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan kecerdasan interpersonal dengan menggunakan metode problem solving. Kata kunci: Moralitas, Metode Simulasi, Metode Problem Solving, Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas lebih mungkin dihasilkan dari lembaga pendidikan sekolah. Sekolah mempunyai peranan penting dalam menyiapkan generasi bangsa, hal ini berarti akan menentukan kualitas warga negara dalam menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang. Salah satu mata pelajaran di sekolah yang dapat digunakan untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tujuan IPS Terpadu di atas secara garis besar di bagi ke dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut seharusnya menjadi perhatian dalam IPS Terpadu. Tetapi kenyataannya, tujuan-tujuan tersebut sampai saat ini tampaknya masih belum tercapai sepenuhnya. Selain itu, guru hanya menilai prestasi belajar siswa dari aspek kognitif saja, sedangkan aspek afektif belum dilakukan oleh guru. Penilaian prestasi belajar yang mengutamakan penguasaan materi ajar seperti yang selama ini terjadi, cenderung mengabaikan nilai-nilai moral dan pengembangan karakter peserta didik. Padahal, sangat perlu menanamkan nilai-nilai moral pada peserta didik supaya peserta didik tidak hanya berintelektual saja tetapi juga mempunyai moralitas yang baik. Menurut Asri Budiningsih (2004:24), moralitas merupakan sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitaslah yang bernilai moral. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru IPS Terpadu di SMP Negeri 5 Bandar Lampung, terdapat permasalahan moralitas siswa kelas VIII seperti datang terlambat ke sekolah, mencontek, membolos, mengeluarkan kata-kata tidak senonoh terhadap sesama siswa, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, berkelahi, suka membantah, bermusuhan, dan lain lain. Banyaknya permasalahan moralitas siswa tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kemampuan guru yang belum menerapkan metode pembelajaran yang dianggap tepat. Sebagai upaya untuk meningkatkan moralitas siswa yang lebih baik adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Peneliti menerapkan dua metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran simulasi dan metode pembelajaran problem solving pada dua kelas. Pemilihan dua metode pembelajaran tersebut karena dianggap mampu meningkatkan moralitas

siswa dan pada analisis data akan dikaitkan dengan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Menurut Roestiyah N.K. (2008:22) simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Dengan demikian, simulasi adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 91) metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Dengan demikian, metode problem solving adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya. Menurut Zaim Elmubarok (2008:118) kecerdasan intrapersonal adalah berpikir secara reflektif. Ini mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Sedangkan kecerdasan interpersonal menurut Asri Budiningsih (2005:115) berhubungan dengan kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal dengan orang lain. Mampu mengenali perbedaan perasaan, temperamen, maupun motivasi orang lain. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut : (1) Mengetahui perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi dengan metode pembelajaran problem solving. (2) Mengetahui perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. (3) Mengetahui interaksi antara metode pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal siswa pada pembelajaran IPS Terpadu. (4) Mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi dan siswa yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran problem solving. (5) Mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving dan yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran simulasi. (6) Mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal pada metode pembelajaran simulasi. (7) Mengetahui moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal pada metode pembelajaran problem solving.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat (Sugiyono, 2008:107). Menurut Arikunto (2006:3), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 8 kelas sebanyak 313 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 8 kelas, yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G, dan VIII H. Hasil berdasarkan penggunaan teknik cluster random sampling diperoleh kelas VIII A dan VIII B sebagai sampel, kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil undian diperoleh VIII A sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi, dan VIII B sebagai kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran problem solving. Kelas VIII A dan VIII B merupakan kelas yang mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama, karena dalam pendistribusian siswa tidak dikelompokkan berdasarkan kelas unggulan, atau tidak ada perbedaan antara kelas yang satu dengan yang lain.sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 orang siswa yang tersebar ke dalam 2 kelas yaitu kelas VIII A sebanyak 37 siswa yang merupakan kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi, dan kelas VIII B sebanyak 37 siswa yang merupakan kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian Data yang diperoleh berupa nilai skala psikologi dan observasi dan diperoleh nilai siswa dari masing-masing metode dari nilai terendah sampai nilai tertinggi. Dicari rentang dan panjang kelas untuk ditransformasikan ke dalam bentuk data distribusi frekuensi moralitas siswa. Berikut ini adalah hasil penelitiannya: (1) F hitung = 6,281 dan F tabel = 4,05, berdasarkan hasil perhitungan maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving. (2) F hitung = 14,696 dan F tabel = 4,05, berdasarkan hasil perhitungan maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. (3) F hitung = 1,358 dan F tabel = 4,05,

berdasarkan hasil perhitungan maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal siswa pada pembelajaran IPS Terpadu. (4) t hitung = 2,716 dan t tabel = 2,07, berdasarkan hasil perhitungan maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diketahui bahwa moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. (5) t hitung = 1,335 dan t tabel = 2,07, berdasarkan hasil perhitungan maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat diketahui bahwa moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. (6) t hitung = 1,894 dan t tabel = 2,07, berdasarkan hasil perhitungan maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat diketahui bahwa moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal pada metode pembelajaran simulasi. (7) t hitung = 4,316 dan t tabel = 2,07, berdasarkan hasil perhitungan maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diketahui bahwa moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Pembahasan 1. Terdapat Perbedaan Moralitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu Antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan MetodePembelajaran Simulasi dengan Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa moralitas siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan moralitas pada kelas kontrol. Dengan kata lain bahwa terdapat perbedaan moralitas tersebut dapat terjadi karena adanya penggunaan metode pembelajaran yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dan kelas kontrol diajar menggunakan metode pembelajaran yang berbeda tipe. Kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran simulasi dan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran problem solving. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 46) metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran memiliki berbagai macam metode, dua diantaranya adalah metode pembelajaran simulasi dan mentode pembelajaran problem solving. Kedua metode pembelajaran tersebut memiliki langkah-langkah yang berbeda namun tetap satu jalur yaitu pembelajaran secara kelompok yang berpusat pada siswa (student centered) dan guru hanya sebagai fasilitator. Perbedaan mendasar dari kedua tipe tersebut adalah simulasi memiliki pemeranan, sedangkan

problem solving tidak ada. Metode pembelajaran simulasi juga merupakan metode pembelajaran yang penerapan pengajarannya berdasarkan pengalaman. Dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa, memungkinkan siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dapat membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Sehingga melalui simulasi, dapat mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima peran yang diberikan kepadanya. Dengan cara ini, dapat meningkatkan efektivitas keterampilan siswa dalam memecahkan masalah untuk saat mendatang dan dapat menilai perilaku dirinya dan perilaku orang lain sehingga siswa dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk dalam dirinya. Hal ini didukung oleh Hamalik (2001: 214) yang menyatakan bahwa bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Dengan cara ini, anak-anak dilengkapi dengan cara yang aman dan kontrol untuk meneliti dan mempertunjukkan masalah-masalah di antara kelompok/individu. Berbeda dengan metode pembelajaran problem solving, metode ini menurut Djamarah dan Zain (2010: 92) yaitu, proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa. Walaupun metode ini dapat melatih siswa-siswi untuk membangun rasa ingin tahu serta mengemukakan argumentasinya dalam memecahkan suatu persoalan, siswa hanya memikirkan masalah tersebut dan tidak mengalami langsung masalah-masalah yang harus dipecahkan. Dalam memecahkan masalah dengan diskusi kelompok, terkadang diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai bicara dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Setelah dilakukan penelitian dan analisis data, diperoleh kondisi atau kenyataan bahwa terdapat perbedaan moralitas siswa. Secara umum moralitas siswa dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi lebih tinggi dibandingkan moralitas siswa menggunakan metode pembelajaran problem solving. 2. Terdapat Perbedaan Moralitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu Antara Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intrapersonal dengan Siswa yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan merupakan kapasitas siswa untuk menyelesaikan masalahmasalah dan membuat caranya dalam konteks yang beragam dan wajar. Siswa yang cerdas dalam menjalankan aktivitasnya selalu didasari atas dasar inisiatif sendiri. Kecerdasan siswa secara garis besar dapat dibagi menjadi kecerdasan abstrak yang menyangkut tentang kemampuan memahami simbol, kecerdasan konkrit mengarah kepada kemampuan memahami objek nyata,

dan kecerdasan sosial tentang kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia. Penelitian ini menggunakan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Secara umum didapat bahwa moralitas siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. Lebih tingginya moralitas pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dikarenakan siswa yang mempunyai kecerdasan interpersonal sangat mudah berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini didukung oleh pendapat menurut Zaim Elmubarok (2008:117) kecerdasan interpersonal mencakup berpikir lewat komunikasi dengan orang lain. Ini mengacu kepada keterampilan manusia, dapat dengan mudah membaca situasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam pandangan Piaget, dalam proses belajar diperlukan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi antara anak dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa. Kondisi ini akan membuat pengetahuan anak semakin beragam dan tidak berkembang secara egosentris. Kecerdasan interpersonal ditampakan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketidaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di rumah. Sedangkan kecerdasan intrapersonal menurut Zaim Elmubarok (2008:118) kecerdasan intrapersonal adalah berpikir secara reflektif. Ini mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas,dapat diketahui bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Oleh karena itu anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal hanya akan memahami dirinya sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan anak akan berkembang secara egosentris. 3. Tidak Ada Interaksi Antara Metode Pembelajaran dengan Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal Siswa pada Pembelajaran IPS Terpadu Interaksi merupakan kerjasama antara dua variabel atau lebih yang saling mempengaruhi perubahan hasil. Penelitian ini mencoba melihat apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan uji hipotesis sebelumnya diketahui bahwa kelas yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran simulasi selalu lebih tinggi hasilnya dibandingkan kelas yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Dalam pembelajaran simulasi, setiap siswa memiliki perannya masingmasing yang mana tahap pemeranan ini akan membuat siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan juga memiliki rasa tanggung jawab dan kesiapan diri untuk maju ke depan

kelas untuk memainkan peran yang telah diberikan. Setiap siswa dalam kelompok memiliki perannya masing-masing sehingga akan berusaha bersungguh-sungguh untuk memainkan perannya tersebut. Metode pembelajaran simulasi juga merupakan metode pembelajaran yang penerapan pengajarannya berdasarkan pengalaman. Dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa, memungkinkan siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dapat membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Sehingga melalui simulasi, dapat mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima peran yang diberikan kepadanya. Dengan cara ini, dapat meningkatkan efektivitas keterampilan siswa dalam memecahkan masalah untuk saat mendatang dan dapat menilai perilaku dirinya dan perilaku orang lain sehingga siswa dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk dalam dirinya. Hal ini didukung oleh Hamalik (2001: 214) yang menyatakan bahwa bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Dengan cara ini, anak-anak dilengkapi dengan cara yang aman dan kontrol untuk meneliti dan mempertunjukkan masalah-masalah di antara kelompok/individu. Selain itu, siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal selalu lebih tinggi moralitasnya meskipun pembelajaran pada kelas eksperimen (simulasi) maupun di kelas kontrol (problem solving). Karena menurut Zaim Elmubarok (2008:117) kecerdasan interpersonal mencakup berpikir lewat komunikasi dengan orang lain. Ini mengacu kepada keterampilan manusia, dapat dengan mudah membaca situasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam pandangan Piaget, dalam proses belajar diperlukan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi antara anak dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa. Kondisi ini akan membuat pengetahuan anak semakin beragam dan tidak berkembang secara egosentris. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. 4. Moralitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu yang Pembelajarannya Menggunakan Metode Pembelajaran Simulasi Lebih Tinggi Dibandingkan dengan Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Intrapersonal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa moralitas siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Penerapan pada metode pembelajaran simulasi adalah setiap siswa memiliki perannya masing-masing, begitu juga

dengan siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang mana tahap pemeranan ini akan membuat siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan juga memiliki rasa tanggung jawab dan kesiapan diri untuk maju ke depan kelas untuk memainkan peran yang telah diberikan. Salah satu ciri siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal adalah mandiri dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Menurut Padi, A.A. dkk. (2000:177) kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak yang berkecerdasan intrapersonal adalah mempunyai kemauan yang kuat dan kepercayaan diri, mempunyai rasa yang realistik tentang kemampuan dan kelemahannya, selalu mengerjakan pekerjaan dengan baik meskipun ditinggal, mempunyai kepekaan akan arah dirinya, lebih cenderung bekerja sendiri daripada dengan yang lain, dapat belajar dari kesuksesan dan kegagalannya, mempunyai self esteem yang tinggi, dan mempunyai daya refleksi yang tinggi. Pemeranan tokoh yang terdapat pada simulasi memicu siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal untuk mempersiapkan diri secara optimal karena ia merasa bertanggung jawab terhadap peran yang diberikan. Ia juga dapat memotivasi diri sendiri untuk berlatih perannya dengan sungguh-sungguh. Sehingga memicu siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih bersungguh-sungguh. Hal ini dapat menimbulkan fenomena siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal justru lebih baik dalam mengembangkan imajinasi dan pengahayatan terhadap suatu peran yang ia mainkan. Sehingga ia dapat menemukan sendiri inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan moral. Berbeda dengan metode pembelajaran problem solving, metode ini menurut Djamarah dan Zain (2010: 92) yaitu, proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa. Walaupun metode ini dapat melatih siswa-siswi untuk membangun rasa ingin tahu serta mengemukakan argumentasinya dalam memecahkan suatu persoalan, siswa hanya memikirkan masalah tersebut dan tidak mengalami langsung masalah-masalah yang harus dipecahkan. Dalam memecahkan masalah dengan diskusi kelompok, terkadang diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai bicara dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Sehingga moralitas siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembelajaran problem solving. 5. Moralitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu yang Pembelajarannya Menggunakan Metode Pembelajaran Simulasi Lebih

Tinggi Dibandingkan dengan Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving pada Siswa yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa moralitas pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Setiap siswa pada metode pembelajaran simulasi memiliki perannya masing-masing. Karena memiliki perannya masingmasing, siswa harus menerima karakter orang lain dan mengekspresikan karakter tersebut sehingga siswa dapat mengubah perilaku dan sikapnya sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Metode pembelajaran simulasi juga menuntut siswa untuk berkomunikasi interpersonal di dalam kelas. Ciri-ciri kecerdasan interpersonal menurut Zaim Elmubarok (2008:117) adalah dapat dengan mudah membaca situasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan dan sikap orang lain. Karena siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dapat masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain dan dapat berinteraksi dengan baik, moralitasnya lebih tinggi dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2001: 214) bahwa di dalam bermain peran, siswa menerima karakter, perasaan, dan ide-ide orang lain dalam suatu situasi yang khusus sehingga memungkinkan siswa mengidentifikasi situassituasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Berbeda dengan metode pembelajaran problem solving, metode ini menurut Djamarah dan Zain (2010: 92) yaitu, proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa. Walaupun metode ini dapat melatih siswa-siswi untuk membangun rasa ingin tahu serta mengemukakan argumentasinya dalam memecahkan suatu persoalan, siswa hanya memikirkan masalah tersebut dan tidak mengalami langsung masalah-masalah yang harus dipecahkan. Dalam memecahkan masalah dengan diskusi kelompok, terkadang diskusi kelompok hanya didominasi oleh siswa yang pandai bicara dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Moralitas siswa antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal maupun interpersonal yang pembelajarannya melalui metode pembelajaran simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving. Sehingga dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi moralitas siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.

6. Moralitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu yang Memiliki Kecerdasan Intrapersonal Lebih Rendah Dibandingkan dengan Siswa yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal pada Metode Pembelajaran Simulasi Langkah-langkah dalam metode pembelajaran simulasi yaitu guru menetapkan topik atau masalah yang menarik perhatian siswa untuk disimulasikan. Kemudian guru menyiapkan garis besar skenario pelaksanaan simulasi.simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan.masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran. Dalam metode pembelajaran ini siswa memiliki peran masing-masing. Karena memiliki perannya masing-masing, siswa harus menerima karakter orang lain dan mengekspresikan karakter tersebut sehingga siswa dapat mengubah perilaku dan sikapnya sebagaimana siswa menerima karakter orang lain. Penelitian ini menggunakan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Dari penelitian tersebut di dapat bahwa moralitas siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan kecerdasan interpersonal dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi. Itu terjadi dikarenakan siswa yang mempunyai kecerdasan interpersonal sangat mudah berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini didukung oleh pendapat Zaim Elmubarok (2008:117) bahwa, kecerdasan interpersonal mencakup berpikir lewat komunikasi dengan orang lain. Ini mengacu kepada keterampilan manusia, dapat dengan mudah membaca situasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Menurut pandangan Piaget, dalam proses belajar diperlukan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi antara anak dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa. Kondisi ini akan membuat pengetahuan anak semakin beragam dan tidak berkembang secara egosentris. Hal ini didukung oleh Hamalik (2001: 28) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Di dalam interaksi inilah sering terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Orang yang memiliki jenis kecerdasan interpersonal menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama. Menurut Hamalik (2001: 216) evaluasi bermain peran yaitu siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran. Siswa

diperkenankan memberikan komentar evaluatif tentang bermain peran yang telah dilaksanakan. Biasanya dalam diskusi yang memberikan komentar atau pendapatnya adalah siswa yang mempunyai kemampuan pandai berbicara dan pada tahap presentasi lebih aktif dan mendominasi diskusi yang merupakan ciri-ciri dari siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. Sedangkan kecerdasan intrapersonal menurut Zaim Elmubarok (2008:118) kecerdasan intrapersonal adalah berpikir secara reflektif. Ini mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas,dapat diketahui bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Oleh karena itu anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal hanya akan memahami dirinya sendiri. Dengan demikian moralitas siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan moralitas siswa yang memilki kecerdasan interpersonal pada metode pembelajaran simulasi. 7. Moralitas Siswa dalam Pembelajaran IPS Terpadu yang Memiliki Kecerdasan Intrapersonal Lebih Rendah Dibandingkan dengan Siswa yang Memiliki Kecerdasan Interpersonal dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Solving Metode pembelajaran problem solving adalah sebuah metode pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas siswa. Pada dasarnya, dalam metode ini, guru menyampaikan alur pembelajaran yang dilalui. Guru menyampaikan masalah untuk diselesaikan. Masalah bisa diangkat dari siswa, misalnya dengan menuliskan masalah yang biasanya muncul di lembar kertas pada awal pembelajaran. Siswa memahami masalah secara jelas dengan cara melokalisasi permasalahan. Kemudian siswa mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain dalam kelompok. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang diperoleh. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Lalu guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas, sedang kelompok lain menanggapi. Kemudian guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Penelitian ini menggunakan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal siswa. Dari penelitian tersebut di dapat bahwa moralitas pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan kecerdasan interpersonal dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Itu terjadi dikarenakan siswa yang mempunyai kecerdasan interpersonal sangat mudah berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini didukung oleh pendapat Zaim Elmubarok (2008:117) bahwa, kecerdasan interpersonal mencakup berpikir lewat komunikasi dengan orang lain. Ini mengacu kepada keterampilan manusia, dapat dengan mudah membaca situasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain.

Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Dalam pandangan Piaget, dalam proses belajar diperlukan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi antara anak dengan teman sebaya dan orang yang lebih dewasa. Kondisi ini akan membuat pengetahuan anak semakin beragam dan tidak berkembang secara egosentris. Menurut Hamalik (2001; 28) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Di dalam interaksi inilah sering terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Orang yang memiliki jenis kecerdasan interpersonal menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama. Metode pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2010: 92) yaitu, proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa. Pada tahap presentasi siswa yang lebih aktif dan pandai berbicara yang akan mendominasi diskusi. Siswa yang pandai berbicara dan mendominasi diskusi umumnya adalah yang memiliki kecerdasan interpersonal. Siswa yang berkecerdasan interpersonal semakin baik moralitasnya dengan mendominasi diskusi, karena dengan mendominasi diskusi ia akan memahami masalah-masalah sosial yang ada dan dapat menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan sehingga dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal-hal yang etis dan tidak etis. Sedangkan kecerdasan intrapersonal menurut Zaim Elmubarok (2008:118) kecerdasan intrapersonal adalah berpikir secara reflektif. Ini mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas,dapat diketahui bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Oleh karena itu anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal hanya akan memahami dirinya sendiri. Dengan demikian moralitas siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan moralitas siswa yang memilki kecerdasan interpersonal pada metode pembelajaran problem solving.

Kesimpulan Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving. 2. Terdapat perbedaan moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu antara siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. 3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal siswa pada pembelajaran IPS Terpadu. 4. Moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal. 5. Moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal. 6. Moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan pada metode pembelajaran simulasi. 7. Moralitas siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yang memiliki kecerdasan intrapersonal lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang Perbedaan Moralitas Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Yang Pembelajarannya Menggunakan Metode Pembelajaran Simulasi dan Metode Pembelajaran Problem Solving Dengan Memperhatikan Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti menyarankan. 1. Sebaiknya guru mempertimbangkan untuk menggunakan metode pembelajaran simulasi dalam menilai moralitas siswa pada pokok bahasan hubungan sosial dan pranata sosial karena metode pembelajaran simulasi lebih baik daripada metode pembelajaran problem solving. 2. Sebaiknya guru mengenal karakteristik siswa, termasuk kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran sehingga guru dapat mengambil inisiatif dalam upaya mengembangkan potensi tersebut.

3. Sebaiknya guru menciptakan interaksi optimal (faktor intern dan faktor ekstern) saat proses pembelajaran berlangsung agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara komprehensif. 4. Sebaiknya guru untuk menilai moralitas siswa pada siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal menggunakan metode pembelajaran simulasi karena metode pembelajaran simulasi lebih baik dibandingkan dengan metode problem solving. 5. Sebaiknya guru untuk menilai moralitas siswa pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal menggunakan metode pembelajaran simulasi karena metode pembelajaran simulasi lebih baik dibandingkan dengan metode problem solving. 6. Sebaiknya guru untuk menilai moralitas siswa mempertimbangkan untuk menggunakan metode pembelajaran simulasi pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal karena kecerdasan interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan kecerdasan intrapersonal. 7. Sebaiknya guru untuk menilai moralitas siswa mempertimbangkan untuk menggunakan metode pembelajaran problem solving pada siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal karena kecerdasan interpersonal lebih tinggi dibandingkan dengan kecerdasan intrapersonal. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 370 hlmn. Budiningsih, C. Asri. 2004. Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta. Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Padi, A.A. dkk. 2002. Transformasi Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius dan Universitas Sanata Dharma. 216 hlmn. Roestiyah. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 169 hlmn. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.