I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

dokumen-dokumen yang mirip
kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

TELUR ASIN PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dadih merupakan hasil olahan susu fermentasi yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

BABI PENDAHULUAN. Komoditas pertanian umumnya memiliki mas a slmpan yang singkat. karena mudah rusak (perishable). Usaha memperpanjang umur slmpan dan

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

I PENDAHULUAN. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Komoditas pertanian umumnya memiliki masa simpan yang singkat karena mudah rusak (perisihable). Usaha memperpanjang umur simpan dan meningkatkan cita rasa dapat dilakukan dengan pengolahan bahan pangan tersebut. Dengan pengolahan, satu jenis bahan pangan dapat dibuat berbagai macam produk dengan cita rasa berbeda. Salah satu hasil olahan tersebut adalah abon (Fachruddin, 2000). Bagi masyarakat kita, abon bukan merupakan produk yang tak asing. Abon dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat merupakan jenis lauk pauk kering berbentuk khas dengan bahan baku pokok berupa daging atau ikan. Pengolahan abon dilakukan dengan cara direbus, dicabik-cabik, dibumbui, digoreng, dipres. Bahan campuran abon dapat menggunakan bahan nabati, misalnya keluwih atau jantung pisang (Fachruddin, 2000). Abon memiliki harga yang cukup beragam tergantung biaya produksi dan bahan baku yang digunakan. Abon yang terbuat dari daging atau ikan tertentu cukup tinggi, namun peminatnya tetap banyak. Untuk menekan harga agar terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, maka produk abon dapat dibuat dari bahan nabati yang dikombinasikan dengan bahan hewani (Fachruddin, 2000). Salah satunya adalah jantung pisang klutuk, pemanfaatan jantung pisang dalam pengolahan dapat

dijadikan abon nabati. Abon nabati yang berbahan baku jantung pisang ini diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual serta manfaat kesehatan. Karena jantung pisang itu sendiri memiliki jumlah serat yang cukup tinggi. Bahkan menurut Beberapa penelitian menunjukkan, serat pangan sangat bermanfaat untuk 1) memperlambat kecepatan pencernaan dalam usus, sehingga aliran energi ke dalam tubuh menjadi tetap, 2) memberikan perasaan kenyang yang lebih lama, 3) memperlambat kemunculan gula darah (glukosa), sehingga insulin yang dibutuhkan untuk mengubah glukosa menjadi energi semakin sedikit. 4) membantu mengendalikan berat badan dengan memperlambat munculnya rasa 1 2 lapar, 5) meningkatkan kesehatan saluran pencernaan dengan cara meningkatkan pergerakan usus besar, 6) mengurangi risiko penyakit jantung, 7) mengikat lemak dan kolesterol kemudian dikeluarkan melalui feses (proses buang air besar). Dengan keunggulan serat yang dimiliki oleh abon nabati yang berbahan baku jantung pisang ini dapat berperan sebagai pangan fungsional pada produk pangan yang dihasilkan. Pangan fungsional adalah makanan dan bahan pangan yang dapat memberikan manfaat tambahan di samping fungsi gizi dasar pangan tersebut dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Maka dari itu dibuat suatu produk pangan yang bertujuan untuk penganekaragaman pangan yaitu abon jantung pisang klutuk yang ditambahkan cumi-cumi dan ikan kembung. Proses pembuatan abon belum dibakukan, karena banyak cara dan bumbu yang ditambahkan sehingga terdapat variasi macam dan jumlah bumbu yang digunakan, hal ini menyebabkan kualitas abon beraneka ragam terutama dalam hal rasa dan warna. Prinsip pembuatan abon adalah perebusan daging, penyeratan,

pencampuran bumbu, gula merah, garam dan penggorengan minyak sampai kering (Astawan 2006). Pembuatan abon mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai industri kecil atau industri rumah tangga, karena dari segi teknologi proses pembuatan abon relative mudah. Modal yang diperlukan relative kecil. Selain itu, dari segi pemasaran abon menjanjikan keuntungan yang relative stabil karena sudah lama dikenal dan digemari oleh semua golongan masyarakat Indonesia. Permintaannya pun tidak bersifat musiman (Suryani, 2007). Parameter mutu yang diinginkan konsumen antara lain abon kering atau tidak berminyak jika dipegang, tidak hancur, dan renyah (garing) atau jika diremas bergemerisik. Selain itu, abon yang bermutu warnanya cerah, wanginya khas abon, tidak berbau gosong atau tengik, serta rasanya gurih. Mutu produk abon juga harus tetap terjaga oleh konsumen (Suryani, 2007). Tanaman yang digunakan dalam pembuatan abon bervariasi salah satunya yang dapat digunakan adalah jantung pisang klutuk. Tanaman pisang klutuk merupakan jenis tanaman pisang dimana daging buahnya dipenuhi dengan bebijian berwarna hitam. Sehingga sebagian orang menghindari untuk mengkonsumsi pisang klutuk. Di Jawa Timur pisang klutuk yang masih muda sering kali dipakai sebagai salah satu bumbu penyedap masakan rujak uleg karena rasa sepet yang khas. Mengingat keterbatasan pemanfaatan pisang jenis ini, tidak heran jika ketersediaan pisang klutuk melimpah. Salah satu bagian tanaman pisang klutuk yang dapat dimanfaatkan yaitu jantung pisang klutuk. Jantung pisang klutuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber serat. Jantung pisang klutuk mengandung serat

sebesar 11,12% (Munadjim, 2012). Jantung pisang klutuk selain mempunyai kandungan serat juga mengandung nilai gizi yang cukup tinggi yaitu protein 1,2 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,1 g, kalsium 3,0 mg, fosfor 50 mg, zat besi 0,1 mg, vitamin A 170 mg, vitamin B1 0,05 mg, vitamin C 10 mg, air 90,2 g (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1998). Salah satu pemanfaatan pengolahan jantung pisang dalam bidang pangan ini adalah dengan membuat jantung pisang klutuk menjadi abon. Namun perlu adanya penambahan bahan pangan hewani untuk menyeimbangan gizi dari abon. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan upaya diversifikasi produk olahan jantung pisang klutuk yaitu dengan menambahkan cumi-cumi dan ikan kembung. Cumi-cumi memiliki kandungan gizi yang luar biasa karena kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu 17,9 g/ 100 g cumi segar. Daging cumi-cumi memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut lain, yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Asam amino esensial yang dominan adalah leusin, lisin dan fenilalanin. Sementara kadar asam amino nonesensial yang dominan adalah asam glutamate dan asam aspartate (Astawan, 2006). Cumi-cumi juga mengandung mineral penting yaitu natrium, kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan selenium. Serta vitamin B1, B2, B12, niasin, asam folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E, K) (Astawan, 2006). Ikan kembung mengandung protein 22,0 gram, lemak 1 gram, air 75,00 serta sumber gizi mineral dan vitamin. Jumlah mineral pada dagingnya hanya sedikit. Garam-garam mineral yang terdapat pada daging ikan ini terutama dalam garam

fosfat adalah komponen terikat pada adenosin trifosfat (ATP) yang merupakan senyawa-senyawa yang berperan dalam proses glikolisis. Selain itu ikan kembung juga dipandang sebagai sumber kalsium, besi sebesar 0,9 mg, tembaga dan yodium. Vitamin yang terdapat pada ikan terbagi menjadi dua bagian yaitu vitamin B kompleks dan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A,D, dan E (Khomsan, 2004). Pemanfaatan pembuatan abon jantung pisang klutuk dengan cumi-cumi dan ikan kembung ini selain mendapatkan produk abon dengan variasi baru juga pemanfaatan kandungan dari cumi-cumi dan ikan kembung yang kaya akan protein, mineral dan vitamin. Perbandingan dari ketiga bahan tersebut tentunya akan berpengaruh pada hasil akhir produk. 1.2. Identifikasi Masalah 1. Apakah perbandingan jantung pisang klutuk dengan jenis ikan laut mempengaruhi karakteristik abon jantung pisang klutuk? 2. Apakah jenis ikan laut mempengaruhi karakteristik abon jantung pisang klutuk? 3. Apakah ada interaksi antara perbandingan jantung pisang klutuk dan jenis ikan laut terhadap karakteristik abon jantung pisang klutuk 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana pengaruh perbandingan jantung pisang klutuk dengan cumi-cumi dan ikan kembung terhadap karakteristik abon jantung pisang klutuk.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan perbandingan terbaik abon jantung pisang klutuk serta jenis ikan air laut yang digunakan sehingga akan diperoleh abon dengan karakteristik baik dan dapat diterima oleh konsumen. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan diversifikasi produk olahan jantung pisang klutuk dengan ikan laut dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang proses pembuatan abon jantung pisang klutuk. 1.5. Kerangka Pemikiran Abon didefinisikan sebagai suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging, direbus, disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres (SNI, 1995). Pada umumnya, daging yang digunakan dalam pembuatan abon yaitu daging sapi atau kerbau. Sebenarnya, semua jenis daging seperti daging ayam, bahkan kan dapat digunakan ebagai bahan baku abon. Namun, dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen terhadap jumlah dan variasi rasa abon makan diperlukan penggunaan jenis bahan baku yang bervariasi (Suryani, 2007). Bahan baku pada pembuatan abon salah satunya jantung pisang klutuk. Jantung pisang klutuk merupakan salah satu bagian dari tanaman pisang klutuk yang masih kurang pemanfaatannya. Jantung pisang klutuk termasuk kelompok jantung pisang yang enak setelah diolah karena mengandung protein tinggi sehingga mampu mengalahkan rasa pahit dari tannin (Siska, 2013). Berbeda dengan jantung pisang ambon yang memiliki tannin lebih banyak yang menyebabkan rasa pahit yang berlebih. Namun rasa pahit ini dapat dihindarkan dengan cara membakar jantung pisang hingga setengah masak sebelum dibuat menjadi sayur atau lauk.

Pemanfaatan jantung pisang klutuk biasanya digunakan untuk sayur atau lauk saja namun semakin berkembangnya teknologi pemanfaatan jantung pisang klutuk ini dapat dimanfaatkan salah satunya menjadi dendeng dan abon. Kekurangan dari pembuatan abon jantung pisang klutuk yaitu kandungan protein. Jantung pisang klutuk termasuk bahan pangan nabati akan lebih baik jika kurangnya kandungan protein pada jantung pisang klutuk ditambahkan bahan pangan hewani yang tinngi protein untuk diversifikasi pangan dengan mencampurkannya dengan ikan kembung dan cumi-cumi. Ikan kembung mengandung protein 22,0 gram, lemak 1 gram, air 75,00 serta sumber gizi mineral dan vitamin. Jumlah mineral pada dagingnya hanya sedikit. Garam-garam mineral yang terdapat pada daging ikan ini terutama dalam garam fosfat adalah komponen terikat pada adenosin trifosfat (ATP) yang merupakan senyawa-senyawa yang berperan dalam proses glikolisis. Selain itu ikan kembung juga dipandang sebagai sumber kalsium, besi sebesar 0,9 mg, tembaga dan yodium. Vitamin yang terdapat pada ikan terbagi menjadi dua bagian yaitu vitamin B kompleks dan vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A,D, dan E (Khomsan, 2004). Ikan kembung mengandung lemak sekitar 1-20%. Kandungan lemak tersebut, mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol darah. Di dalam setiap 100 gram ikan kembung tersimpan 5 mg kalsium, 1 mg zat besi, 230 mg fosfor, 350 mg potasium, dan 140 mg natrium. Sedangkan vitamin-vitamin yang terkandung di

dalamnya meliputi 0.05 mg vitamin A, 0.15 mg vitamin B1, 0.35 mg vitamin B2, 0.7 mg vitamin B6, dan 1.6 mg vitamin E (Lakesma, 2014). Selama ini masyarakat hanya mengenal asam lemak omega 3 tertinggi terdapat pada ikan salmon yang merupakan ikan import dengan harga yang mahal, namun para ahli telah membuktikan bahwa kandungan omega 3 tertinggi terdapat pada ikan lokal, yaitu ikan kembung yang mudah diperoleh dengan harga terjangkau di pasar-pasar tradisional. Cumi-cumi memiliki kandungan gizi yang luar biasa karena kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu 17,9 g/ 100 g cumi segar. Cumi-cumi juga mengandung mineral penting yaitu natrium, kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan selenium. Serta vitamin B1, B2, B12, niasin, asam folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E, K) Cumi-cumi juga mengandung TMAO (Trimetil Amin Oksida) yang cukup tinggi. TMAO yang tinggi ini memberikan rasa yang khas terhadap daging cumi-cumi. Daging cumi-cumi juga banyak mengandung monoamino nitrogen yang menyebabkan cumi-cumi mempunyai rasa manis. Kandungan sulfur yang cukup tinggi pada cumi-cumi juga menyebabkan cumi-cumi berbau amis ketika mengalami perlakuan pemasakan seperti direbus (Astawan, 2006). Salah satu diversifikasi produk berbahan cumi-cumi yang banyak dikenal masyarakat diantaranya dibuat cumi crispy, diasinkan serta dibuat bakso cumi. Menurut Mamuaja (2014) mempelajari bahwa perbandingan jantung pisang dengan ikan layang dalam pembuatan abon yang terbaik adalah 50% : 50% paling disukai oleh panelis dan dipilih sebagai formulasi yag terbaik karena memiliki kandungan gizi yang baik sesuai dengan standar SNI untuk abon.

Menurut Dewi (2011), hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada taraf 1% terhadap tekstur, rasa, aroma, dan warna abon ikan substitusi jantung pisang sebanyak 40%, 50%, dan 60%. Hasil uji mutu hedonik abon ikan substitusi jantung pisang sebesar 60% menghasilkan tekstur berserat sedangkan abon ikan substitusi jantung pisang sebesar 40% menghasilkan rasa gurih, aroma ikan yang tajam dan warna coklat kurang gelap. Kesimpulan dari penelitian ini adalah substitusi jantung pisang dalam pembuatan abon ikan akan menghasilkan sifat organoleptik yang berbeda secara signifikan. Menurut Arina (2013) hasil uji hedonik yang dilakukan, persentase tertinggi pada rasa abon cumi-cumi adalah 26,7% panelis menyatakan agak tidak menyukai. Uji kesukaan tertinggi pada warna abon cumi-cumi adalah 36,8% panelis menyatakan agak menyukai. Uji kesukaan tertinggi tekstur abon cumi-cumi adalah 30% panelis menyatakan biasa saja. Dalam penelitian ini akan membahas tentang perbandingan jantung pisang klutuk dengan jenis ikan laut terhadap karakteristik abon jantung pisang klutuk, 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran, diperoleh bahwa adanya interaksi antara perbandingan jantung pisang klutuk dengan jenis ikan laut terhadap karakteristik abon jantung pisang klutuk. 1.7. Tempat dan Waktu Penlitian Penilitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2016, bertempat di Laboratorium Penelitian Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan Bandung, Jl. Dr. Setiabudhi No. 193.