BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Standar Fasilitas Parkir Untuk Difabel Di RSUD Pasar Minggu

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

Pokok-poko pikiran. Oleh : Wijang Wijanarko Yayasan Griya Mandiri

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Volume (5) Nomor (1) Edisi Januari 2017 ISSN:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB II TINJAUAN PROYEK Tinjauan Umum : Pusat Rehabilitasi Medik Tema Arsitektur : Healing Architecture

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase penduduk lansia di dunia, Asia dan Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. (sumber:kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) 2. Menurut pakar John C. Maxwell, difabel adalah

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)


BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fasilitas Wisata Kuliner di Pantai Losari Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Pilangsari : yaitu desa yang berada di Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan

BAB 2 DATA AWAL PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

MUSEUM TRANSPORTASI DARAT DI BATU

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Pengguna Bangunan Beserta Aktivitasnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BALAI REHABILITASI SOSIAL BAGI DISABILITAS FISIK (TUNA NETRA, TUNA RUNGU WICARA, DAN TUNA DAKSA) DI SURAKARTA

-I.1 - PENERAPAN PRINSIP DESAIN UNIVERSAL DAN PENGGUNAAN UKURAN DASAR RUANG YANG MEMADAI

Konsep perencanaan dan perancangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

TA Sekolah Alam Gunungpati

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII HASIL PERANCANGAN. A. Lokasi dan Tapak Proyek 1. Lokasi Proyek Sebagai hasil rancangan, berikut penjelas lokasi proyek secara singkat:

SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO

SEKOLAH DASAR INKLUSI DI MAKASSAR

BAB IV ANALISA. Sesuai dengan standar, ruang-ruang yang dibutuhkan untuk asrama. Gambar 28. standar kamar. international edition by McGraw-Hill (1983)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Galeri Arsitektur Jawa Tengah OUTPUT INPUT

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

Canopy: Journal of Architecture

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 30/PRT/M/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS FASILITAS DAN AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

International Fash on Institute di Jakarta

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB V ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN. Utara : Jl. Kebon Bibit, Pasar Balubur. Selatan : Jl. Kebon Kembang, pemukiman penduduk.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS GUNADARMA KRITIK ARSITEKTUR

TINJAUAN PULO CANGKIR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah

Standar Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan konsep awal Pusat Perdagangan Kerajinan dan Kuliner Khas

BAB I PENDAHULUAN. serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) ditinggalkan baik oleh wanita maupun pria. Wanita maupun pria di

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG

Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF)

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

BAB I: PENDAHULUAN Latar belakang.

Fasilitas Rehabilitasi Psikotik di Surabaya

REDESAIN PASAR MODERN SUKAPURA JAKARTA. Oleh : Erni Sri Mulyani, Bambang Adji Murtomo, Wijayanti.

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSYARATAN TEKNIS AKSESIBILITAS PADA BANGUNAN UMUM DAN LINGKUNGAN

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Penyandang Cacat Sejalannya dengan perkembangan zaman, bangunan-bangunan yang ada sekarang ini banyak yang dirancang tanpa memperhatikan keberadaan penyandang cacat (difabel), dimana mayoritas dari para penyandang cacat memiliki keterbatasan dalam pergerakan mereka. Hal ini perlu diperhatikan ketika merancang bangunan, dimana perlu diperhatikan juga bagaimana para penyandang cacat dapat mengakses dan memanfaatkan bangunan secara maksimal. Penyandang cacat di Indonesia pada tahun 2008 sudah mencapai angka 1.536.208 orang, sebagaimana yang tertulis pada situs Departemen Sosial. Berikut juga disertakan data jumlah penyandang cacat pada DKI Jakarta : Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008 Wilayah Penyandang Cacat Kepulauan Seribu 240 Jakarta Selatan 2.961 Jakarta Timur 5.666 Jakarta Pusat 3.653 Jakarta Barat 3.717 Jakarta Utara 5.842 Sumber: dbyanrehsos.depsos.go.id diakses 15 November 2014 Terlihat pada tabel diatas bahwa jumlah penyandang cacat paling banyak terdapat pada Jakarta Utara, sehingga dibutuhkan suatu pusat rehabilitasi di Jakarta Utara. Para penyandang cacat itu sendiri terbagi-bagi lagi ke dalam beberapa jenis cacat, yang diantaranya adalah cacat tubuh, cacat mental, cacat bicara, cacat penglihatan, cacat pendengaran, dan sebagainya. 1

2 Tabel 2. Prosentasi Jumlah Penyandang Cacat berdasarkan Jenis Cacat Tahun 2009 Jenis Kecacatan Jumlah (%) Mata / Netra 15.93 Rungu / Tuli 10.52 Wicara / Bisu 7.12 Bisu / Tuli 3.46 Tubuh 33.75 Mental / Grahita 13.68 Fisik dan Mental / Ganda 7.03 Jiwa 8.52 Jumlah Total 100.0 Sumber: Badan Pusat Statistik diakses 15 November 2014 Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah penyandang cacat tubuh mencapai 33.75% dari total keseluruhan penyandang cacat di Indonesia. Jumlah penyandang cacat tubuh merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan yang lain. Berikut disertakan juga jumlah penyandang cacat berdasarkan jenis cacat di Jakarta Utara. Tabel 3. Jumlah Penyandang Cacat berdasarkan Jenis Cacat di Jakarta Utara Tahun 2011 Tahun Kawasan Jenis Cacat Penyandang Cacat 2011 Jakarta Utara Bekas Penyakit Kusta 13 2011 Jakarta Utara Penyandang Cacat Tuli 120 2011 Jakarta Utara Penyandang Cacat Netra 77 2011 Jakarta Utara Penyandang Cacat Mental Retardasi 408 2011 Jakarta Utara Penyandang Cacat Mental 508 2011 Jakarta Utara Penyandang Cacat Tubuh 1061 Sumber: data.go.id diakses 8 Maret 2015 Terlihat pada tabel diatas, jumlah penyandang cacat di Jakarta Utara yang paling banyak adalah penyandang cacat tubuh, yaitu 1061 jiwa. Pada daerah lain, jumlah penyandang cacat tubuh adalah Jakarta Timur 671 jiwa, Jakarta Selatan 460 jiwa, Jakarta Barat 487, dan tidak ada penyandang cacat tubuh di Jakarta Pusat. Berdasarkan pernyataan Menteri Sosial pada tahun 2012, jumlah penyandang cacat yang teratasi hingga sekarang hanya mencapai angka 15% dari total penyandang cacat. Dimana sisa 85% lainnya masih terlantar dan tidak dapat melakukan aktivitas secara normal. Cacat tubuh ini sendiri terbagi menjadi cacat dari lahir dan cacat akibat kecelakaan, dimana pada penelitian ini, cacat tubuh yang diambil adalah cacat akibat kecelakaan.

1.1.2 Fasilitas Penyandang Cacat di Indonesia Berdasarkan penelitian dari Jepang mengenai pusat rehabilitasi penyandang cacat, Indonesia memiliki kurang lebih 500 pusat rehabilitasi dimana tidak ada satupun pusat rehabilitasi tersebut yang terletak di kota DKI Jakarta. a. Jawa Tengah : 113 pusat rehabilitasi b. Yogyakarta : 67 pusat rehabilitasi c. Jawa Barat : 147 pusat rehabilitasi d. Jawa Timur : 137 pusat rehabilitasi e. DKI Jakarta : - f. Banten : - Dari data tersebut terlihat bahwa belum ada pusat rehabilitasi di kota DKI Jakarta, dimana angka jumlah penyandang cacat di Jakarta sendiri sudah cukup banyak, sehingga pusat rehabilitasi sangat dibutuhkan di Jakarta. 1.1.3 State of the Art 1. Pandangan Disabilitas dan Aksesibilitas Fasilitas Publik bagi Penyandang Disabilitas di Kota Malang Nama Jurnal : Indonesian Journal of Disability Studies Penulis : Tohari, Slamet / Vol. 1 Issue 1 hal. 27-37 / Juni 2014 Aksesibilitas merupakan kebutuhan penting bagi penyandang disabilitas. Karenanya, penyandang disabilitas dapat melakukan mobilitasnya ke berbagai tempat yang dikehendaki. Penyediaan kebutuhan sanitasi yang baik bagi penyandang cacat sangat penting untuk diterapkan sehingga memberi kenyamanan bagi para penyandang cacat. Tidak kalah penting, penyediaan tempat parkir bagi para penyandang cacat juga dibutuhkan untuk memepermudah aksesibilitas para penyandang cacat. 2. Pengaruh Main Entrance terhadap Aksesibilitas Pengujung Rumah Sakit Nama Jurnal : Jurnal Arsitektur NALARS Penulis : Adelina Noor Rahmahana, Erni Setyowati, Gagoek Hardiman / Volume 12 No 2 / Juli 2013 Sirkulasi merupakan faktor penting dalam rumah sakit. Pengunjung harus merasakan karakter rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan. Pengunjung mengetahui keberadaan gerbang dan jalur keluar masuk lingkungan rumah sakit. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisik jalur, dan arah pandangan. Main entrance paling mempengaruhi aksesibilitas fisik yang 3

4 berkaitan dengan kenyamanan, ketersediaan, kemudahan, kegunaan, keselamatan, dan kemandirian. Area parkir, jalur pemandu, rambu verbal maupun visual juga merupakan aspek-aspek penting untuk diperhatikan dalam perancangan. 3. Gender and healthcare accessibility in Europe Nama Jurnal : Journal of Hospital Administration Penulis : Maria da Conceição Constantino Portela, Adalberto Campos Fernandes / Vol. 3, No. 6 / November 2014 Aksesibilitas pada suatu pusat kesehatan selalu berhubungan dengan sistem kesehatan pada bangunan tersebut. Dimana sistem tersebut mencakup bagaimana cara kerja suatu proses penyembuhan, proses rehabilitasi, dan sebagainya. Sistem pergerakan pusat kesehatan juga dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan kesehatan dari pengguna. 4. Telerehabilitation for Stroke Patients : An Overview of Reviews Nama Jurnal : Journal of Accessibility and Design for All Penulis : Turolla A / (CC) JACCES, 2014 Special issue: 69-80. ISSN: 2013-7087 Perancangan suatu pusat rehabilitasi disarankan memberikan suatu kesan homey, sehingga para pengguna bangunan dapat merasa lebih nyaman dan termotivasi. Penataan lingkungan sebaiknya memberikan suatu kenyamanan bagi para pengguna bangunan dengan harapan mereka akan merasa lebih tenang dan santai ketika menjalani terapi. 5. The Prospects For Universal Disability Law and Social Policy Nama Jurnal : Journal of Accessibility and Design for All Penulis : Jerome E. Bickenbach, Alarcos Cieza, (CC) JACCES, 2011 1(1): 23-37. ISSN: 2013-7087 Dalam perancangan suatu bangunan, perlu diperhatikan mengenai peraturan mengenai penyandang cacat. Teori yang patut digunakan adalah teori Universal Design, dimana hal ini ditujukan agar para penyandang cacat juga memiliki hak untuk melakukan aktivitas pada gedung tersebut dan mengurangi diskriminasi. Penggunaan desain perancangan harus dapat mudah dimengerti oleh orang awam, terutama oleh penyandang cacat. Sistem pergerakan harus diakses dengan mudah dan tidak memberikan rasa lelah ketika berpindah-pindah ruangan. Penggunaan bentuk dan ukuran ruangan

juga harus dapat mendukung para pengguna tanpa memandang umur, bentuk badan, dan cara gerak. 6. Kesimpulan Berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan, dapat ditarik beberapa K E Y W O R D S kesimpulan yang dapat membantu dalam perancangan suatu pusat rehabilitasi, diantaranya adalah : Aksesibilitas atau sirkulasi pada dalam dan luar bangunan akan sangat berpengaruh terhadap perancangan suatu pusat rehabilitasi, mengingat bahwa aksesibilitas dari para penyandang cacat sudah cukup terbatas, sehingga harus dirancang suatu sistem sirkulasi yang dapat memudahkan para penyandang cacat tersebut. Penataan lingkungan dari pusat rehabilitasi juga perlu diperhatikan, sehingga dapat memberikan suasana yang nyaman dan sehat kepada para pengguna bangunan. Tabel 4. Kesimpulan State of the Art 1 2 3 4 5 Aksesibilitas Area Parkir Aksesibilitas Konsep homey Peraturan Sanitasi Sirkulasi Proses Tempat Parkir Kenyamana n rehabilitasi Penataan Lingkungan Akses yang mudah Rambu Mobilitas Kenyamanan Bentuk dan Main Entrance Keselamatan Kenyamana n Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan : o Aksesibilitas o Kenyamanan Ukuran Ruang Kenyaman o Penyediaan ruang-ruang yang memaksimalkan kebutuhan penyandang cacat o Lingkungan an 5

6 1.2 Permasalahan a. Bagaimana merancang suatu pusat rehabilitasi penyandang cacat tubuh yang memiliki sistem aksesibilitas dan/atau pola ruang yang bebas hambatan sehingga para penyandang cacat dapat bergerak secara mandiri? 1.3 Maksud dan Tujuan a. Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang suatu pusat rehabilitasi penyandang cacat tubuh yang memiliki sistem aksesibilitas dan pola ruang yang baik dan memaksimalkan fungsi bangunan. 1.4 Ruang Lingkup a. Kasus yang diambil pada penelitian ini adalah Perancangan Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh dengan spesifikasi cacat tubuh akibat kecelakaan dan khusus untuk orang dewasa. b. Penelitian dari laporan ini akan berfokus terhadap kondisi aksesibilitas dan tata ruang pada dan luar bangunan khususnya area terapi. Penelitian aksesibilitas terbagi menjadi: sirkulasi, pola ruang, dan dimensi-dimensi pendukung ruang dan sirkulasi. c. Kebutuhan ruang, aksesibilitas, dan sistem terapi pada pusat rehabilitasi akan didasarkan pada buku Time-Saver Standards for Building Types 4 th Edition, Health Care Rehabilitation Center dan juga berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 30/PRT/M/2006. d. Tapak yang diambil terletak pada Jl. Komplek Rumah Susun, Kelurahan Semper Timur, Cilincing, Jakarta Utara. Kawasan sekitar lahan merupakan kawasan zona perumahan sedang. Pada sekitar lokasi ini belum terdapat suatu pusat kesehatan, sehingga lokasi ini lebih disarankan untuk dimanfaatkan sebagai lokasi proyek. Tata Guna Lahan : Zona Prasarana Kesehatan KDB : 40% ; KLB : 1.60 KDH : 35% ; GSB : 3.5m Tinggi Bangunan : 4 Lantai Luas Lahan : 7,315m 2 Gambar 1. Lokasi Tapak Sumber: maps.google.com diakses 20 Februari 2015