BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunarungu ialah Anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin

Perancangan buku visual untuk anak tuna rungu usia tahun sebagai media alternatif pembelajaran bahasa. oleh Dany A.B.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Perkembangan Anak dan Remaja. Dra. Riza Sarasvita MSi, MHS, PhD, Psikolog Direktur PLRIP BNN

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lia Afrilia,2013

ASESMEN PENDIDIKAN ASESMEN MEDIS ASESMEN SOSIOKULTURAL ASESMEN PSIKOLOGIS

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENGAJARKAN BAHASA DAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar

HAMBATAN BELAJAR ANAK TUNARUNGU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang

TUMBUH KEMBANG ANAK YUSI RIKSA YUSTIANA

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

OLEH: HERMANTO SP, M.PD. atau (0274) (0274) /03/2011 1

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMASAK PADA SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH LUAR BIASA DENA UPAKARA WONOSOBO

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BIG BOOKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

KOMUNIKASI TOTAL SEBAGAI MODEL KOMUNIKASI PADA ANAK TUNARUNGU (Studi Kasus Pada Siswa Smulb Negeri Bontang)

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI

FASE PRASEKOLAH (USIA TK) Usia 2-6 tahun Kesadaran sebagai pria atau wanita Dapat mengatur dlm buang air (toilet training) Mengenal beberapa hal yg di

MASA KANAK-KANAK AKHIR

BAB II KAJIAN TEORITIS. Istilah tunarungu berasal dari dua kata yaitu tuna dan rungu. Tuna berarti

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diuraikan mengenai pengertian penerimaan diri, aspek-aspek penerimaan diri yang

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial, di. sesama. Tanpa adanya komunikasi dan interaksi tidak akan mencapai

Mengenal kesulitan belajar

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

Ellen Prima, S.Psi., M.A.

MODEL KONSEP KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN PENERAPAN METODE MONTESSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENGURANGAN PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS I SDLB

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN DI TEPUS GUNUNGKIDUL, 2013 Aini Mahabbati PLB FIP UNY

Interaksi Manusia dan Komputer. Aspek Manusia dalam IMK

ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Oleh: Drs. Muhdar Mahmud, M.Pd.

MASA KANAK-KANAK AKHIR

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

SOFT SKILLS. Rizqie Auliana

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Gordon (1999) semua orang tua adalah pribadi-pribadi yang dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

pendengarannya sehingga hal ini berpengaruh pada kemampuan bahasanya. Karena

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes

Interaksi yang dilakukan perawat menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR

Rachmita Maun Harahap. Sekretaris BEAT Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAMBATAN KOMUNIKASI SECARA RESPTIF DAN EKSPRESIF

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

Identifikasi Kesulitan Guru dalam Pembelajaran Matematika di SMPLB/B. Oleh : Heri Retnawati, Edi Prajitno, Hermanto. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas,

Oleh: Hermanto SP, M.Pd.

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS V DI SEKOLAH LUAR BIASA WIYATA DHARMA 4 GODEAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

Penggunaan Program Macromedia flash untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam

- IQ (inteleqtual quesion) Angka yg menjelaskan ingkat kecerdasan seseorang yg dibandingkan dengan sesamanya dalam 1 populasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

Konsep Dasar Artikulasi

II. Deskripsi Kondisi Anak

PENGERTIAN DAN SEJARAH PSIKOLOGI

Pembelajaran diartikan sebagai proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

Transkripsi:

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN 1

DEFINISI HEARING IMPAIRMENT (TUNARUNGU) TERKANDUNG DUA KATEGORI YAITU: DEAF (KONDISI KEHILANGAN PENDENGARAN YANG BERAT) DAN HARD OF HEARING (KEADAAN MASIH MEMILIKI SISA PENDENGARAN. 2

KETUNARUNGUAN YANG BERAT (DEAF) DIMANA ANAK MENGALAMI KETIDAKMAMPUAN DALAM MEMPROSES INFORMASI LINGUISTIK MELALUI PENDENGARAN, DENGAN ATAU TANPA PENGERAS SUARA YANG SANGAT MEMPENGARUHI PENDIDIKAN. ISTILAH HARD OF HEARING ADALAH YANG MASIH MEMILIKI SISA PENDENGARAN BAIK YANG BERSIFAT PERMANEN ATAU FLUKTUATIF, MEMILIKI KEMUNGKINAN UNTUK BISA BERKOMUNIKASI SECARA VERBAL TETAPI MEMPENGARUHI ANAK TERSEBUT DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN. 3

KLASIFIKASI TUNARUNGU KLASIFIKASI SECARA UMUM 1. THE DEAF (TULI), PENYANDANG TUNARUNGU BERAT DAN SANGAT BERAT DENGAN TINGKAT KETULIAN DI ATAS 90 db. 2. HARD OF HEARING (KURANG DENGAR), PENYANDANG TUNARUNGU RINGAN DAN SEDANG DENGAN TINGKAT KETULIAN 20-90 db 4

KLASIFIKASI SECARA KHUSUS 1. TUNARUNGU RINGAN, TINGKAT KETULIAN 25-45 db. Kesulitan pendengaran taraf ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Kondisi anak tsb dapat didudukan pada tempat duduk yang paling depan dekat dengan guru. 5

2. TUNARUNGU SEDANG, TINGKAT KETULIAN 46-70 db. Ketunarunguan taraf ini hanya dapat mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet secara berhadapan, tetapi tdk dpt mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak taraf ini memerlukan alat bantu dengan (hearing aid), dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama 6

3. TUNARUNGU BERAT, TINGKAT KETULIAN 71-90 db. Ketunarunguan taraf ini hanya dapat merespon bunyi-bunyi dlm jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa kategori ini memerlukan alat bantu dengar dlm mengikuti pend di sekolah. Memerlukan pembinaan atau latihanlatihan komunikasi dan pengembangan bicaranya. 7

4. TUNARUNGU SANGAT BERAT (PROFOUND), TINGKAT KETULIAN 90 db KE ATAS. Ketunarunguan taraf tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi masih bisa merespon melalui getaran-getaran yang ada. Untuk kegiatan pend dan aktivitas lainnya, penyandang kategori ini lebih mengandalkan kemampuan visualnya. 8

KARAKTERISTIK TUNARUNGU 1. SEGI FISIK * Cara berjalan kaku agak membungkuk. Akibat terjadi permasalahan pada organ keseimbangan pada telinga, menyebabkan mengalami kekurangseimbangan dlm aktivitas fisiknya. * Pernapasan pendek dan tdk teratur. Karena tdk pernah mendengar suara-suara dlm kehidupan sehari-hari, hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dg intonasi yang baik, sehingga mereka tdk terbiasa mengatur pernapasan dg baik, khususnya dlm berbicara. 9

* Cara penglihatannya selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas. Penglihatan merupakan salah satu indra paling dominan, dimana sebagaian besar pengalamannya diperoleh melalui penglihatan. 10

2. SEGI BAHASA * Miskin akan kosa kata * Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic. * Tatabahasanya kurang teratur. 3. INTELEKTUAL * Kemampuan intektualnya normal. * Perkembangan akademik lambat karena keterbatasan dlm berkomunikasi dan berbahasa sehingga mengakibatkan perkembangan intelektual aspek bahasa lambat 11

4. SOSIAL-EMOSIONAL * Sering merasa curiga dan syak wasangka * Sering bersikap agresif (Sikap tersebut karena ada kelainan fungsi pendengaran, mereka tdk dpt memahami apa yang dibicarakan orang lain) 12

DAMPAK TUNARUNGU THD PEKEMBANGAN 1. PERKEMBANGAN MOTORIK * Dapat mencapai tugas-tugas perkembangan motorik, seperti: duduk, merangkak, berdiri, berjalan dg tanpa bantuan seperti anak yg mendengar. * Kesulitan dlm hal keseimbangan dan koordinasi gerak umum, dlm menyelesaikan tugas-tugas yg memerlukan kecepatan serta gerakan- gerakan yang kompleks. 13

* Usia 6-10 (dibanding dg anak mendengar) tdk begitu terampil dlm melakukan gerakan koordinasi dinamik, seperti berjalan undur-maju pada papan yang sempit, loncat, dan lompat. * Kekurangan dlm informasi auditori dpt mempengaruhi gerak menjadi lebih lambat pada anak tunarungu. 14

2. PERKEMBANGAN FUNGSI KOGNITIF Waston (1913) berpikir verbal dan berbicara adalah merupakan proses yg sama. Chomsky (1975) bahasa adalah bentuk terpisah dari kognitif dan berkembang secara independen. Piaget (1967) berpikir menentukan perkembangan bahasa. Sapir (1912) bahasa menentukan berpikir. Vygotsky (1962) bahasa dan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. 15

Selesai 16