BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil

BAB I PENDAHULUAN. ada merupakan bagian dari pendidikan yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani yang sehat, sehingga mampu melaksanakan tugas untuk. kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dengan kurikulum, yang bertujuan agar siswa menjadi terampil

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi menjadi hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aziz Fera Isroni, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giri Lisyono R, 2014

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan di setiap lembaga formal maupun non formal.

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani dan kesehatan secara umum bertujuan membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

istiadat serta kebutuhan pembangunan terutama di sekolah-sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari berbagai bidang. Pendidikan menjadi sebuah tujuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. individu. Melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kesehatan tubuh, sehingga semakin banyak masyarakat berpatisipasi di

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipaksa menjadi sumber belajar yang terpenting dalam proses pembelajaran

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan aspek fisik, psikomotor, kognitif, dan afektif secara total.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk bergerak, karena itu tanpa melakukan aktivitas jasmani secara

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sekolah dasar. Pendidikan jasmani sering dilakukan pada luar kelas atau outdoor

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pedidikan jasmani pada dasarnya bagian integral dari pendidikan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama dinegara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISCOVERY PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PECAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada modern ini masyarakat memandang bahwa pendidikan sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap. Pendidikan bertujuan agar seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup baik sebagai individu, maupun anggota masyarakat. Untuk mancapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan yang dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Tujuan pendidikan jasmani diklasifikasikan menjadi tiga domain, yakni (1) domain kognitif (the cognitive domain), (2) domain afektif (the affective domain), (3) domain psikomotor (the psycomotor domain). Bidang kognitif meliputi tujuantujuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah, bidang afektif meliputi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi dan bidang psikomotor meliputi tujuan-tujuan yang berhubungan dengan keterampilam motorik. Dalam lingkungan sekolah, proses pendidikan terhadap peserta didik berlangsung secara terencana dan teratur. Anak didik dibekali dengan berbagai pengalaman belajar (learning experience), sesuai dengan yang tertuang dalam kurikulum. Salah satu diantaranya adalah mata pelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani yang diberikan disekolah mempunyai jangkauan yang sangat luas. Selain siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam olahraga, pendidikan jasmani juga mengarahkan siswa supaya tumbuh dan berkembang secara harmonis dan seimbang. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani tersebut di perlukan adanya usaha yang terencana dan terarah untuk meningkatkan proses belajar mengajar, karena proses ini merupakan inti dari proses pendidikan. Proses belajar mengajar yang dimaksud ialah proses belajar mengajar yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

2 balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan hal itu merupakan syarat utama dari proses belajar mengajar. Dalam situasi ini yang terjadi bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Pendidikan jasmani juga merupakan alat pendidikan yang bertujuan untuk keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwanya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani menurut Undang-Undang No.4 tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran terdapat Pada Bab IV pasal 9 tentang pendidikan jasmani yang dikutip Manadji dan Abdullah (1994:5) berbunyi : Pendidikan jasmani menuju keselarasan antara tumbuhnya dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan kepada segala jenis sekolah. Psikologi pendidikan jasmani memiliki peran penting bagi siswa dalam pembelajaran. Bukan hanya psikologi yang dapat berpengaruh terhadap pendidikan jasmani, pendidikan jasmani juga dapat memberikan dampak psikologis terhadap siswa. Sebagai contoh adalah motivasi, maka tidak akan ada keinginan siswa untuk mau melakukan aktivitas pendidikan jasmani, sebaiknya apabila siswa memiliki motivasi yang besar, maka dia akan mau melakukan aktivitas pendidikan jasmani tanpa adanya paksaan sedikitpun. Adanya beberapa dampak dari pendidikan jasmani yang diperkirakan muncul pada diri siswa, antara lain : 1. Adanya perubahan sikap negatif menjadi positif terhadap aktivitas jasmani. 2. Adanya perbaikan dalam hal efisiensi keterampilan hubungan sosial. 3. Adanya perbaikan dalam daya tangkap panca indra dan respon-respon yang diberikan. 4. Adanya perkembangan positif dalam hal perasaan sehat sejahtera dan kesehatan psikologis atau kesehatan mental. 5. Adanya peningkatan dalam hal relaksasi.

3 6. Memberikan kelegaan dan mengurangi gejala dalam aspek gangguan psikosomatis. 7. Adanya peningkatan penguasaan keterampilan gerak. Walaupun masih ada yang beranggapan bahwa pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang tidak penting dan mempunyai alokasi waktu jam pelajaran yang kurang cukup. Namun pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh siswa di seluruh jenjang pendidikan, seperti SD, SMP, SMA tak terkecuali di MI, MTs, MA yang berbasis pesantren ataupun tidak. Karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa banyak manfaat dan dampak dari pendidikan jasmani itu sendiri. Namun banyak ditemukan di sekolah-sekolah tugas gerak dalam pembelajaran pendidikan jasmani tidak diterima oleh siswa secara merata dan optimal, dalam hal ini adanya perbedaan proses pembelajaran pendidikan jasmani disekolah umum yang biasa disebut SMP dan MTs. Latar belakang dan unsur-unsur yang ada di sekolah tersebut akan berpengaruh terhadap berhasil tidaknya suatu tujuan dalam pembelajaran. Ada beberapa kelebihan maupun kekurangan pada SMP dan MTs seperti, dalam hal kurikulum SMP memliki kurikulum tetap dan mengikuti perkembangan serta menyesuaikan dengan standar Pendidikan Nasional yang ditetapkan pemerintah, sedangkan MTs mampu membuat dan menentukan kurikulum sendiri tanpa mengikuti standar pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain kurikulum hal yang mempengaruhi adalah metode pengajaran, lingkungan belajar sumber daya manusia dan sarana prasarana. MTs mampu membuat dan menentukan kurikulum sendiri, ini yang menjadikan siswa di MTs tidak mendapatkan pengalaman gerak yang optimal. Beberapa materi yang siswa di MTs tidak dapatkan seperti renang, beberapa penyebabnya yaitu tidak adanya guru pendidikan jasmani khusus siswi/santriwati dan belum adanya fasilitas kolam renang khusus perempuan yang sesuai dengan kurikulum MTs. Materi lain adalah senam lantai, pada materi ini siswi tidak leluasa melaksanakan tugas gerak karena guru pendidikan jasmaninya laki-laki, jarang sekali ada guru pendidikan jasmani perempuan yang bersedia berpakaian

4 sesuai peraturan MTs, bahkan baru beberapa tahun ini MTs menyediakan seragam olahraga. Sedangkan di SMP siswa mendapatkan pengalaman gerak yang maksimal karena tidak ada batasan-batasan seperti yang dimiliki MTs. Kendala lainnya yang dapat dilihat adalah sarana prasarana yang dimiliki sekolah untuk menunjang kegiatan belajar pendidikan jasmani. Terlepas dari penjelasan fakta diatas suatu proses pembelajaran membutuhkan interaksi, kerjasama antara guru dan siswa untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Setiap siswa dan guru memiliki motif dan motivasi sendiri untuk melakukan sesuatu tidak terkecuali motivasi dalam belajar. Menurut Pickle (1989) orang yang memiliki motivasi, mereka akan bertanggung jawab, bersemangat, memiliki inisiatif, tekun, berambisi. Motivasi belajar mempunyai peranan dalam keseluruhan proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Dengan batasan dan kendala pada tiap sekolah tentu akan berpengaruh pada motivasi yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Motivasi belajar dipengaruhi banyak faktor, dalam hal ini Winkel dalam Angkowo (2007:38) menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu : (1) pribadi siswa, (2) pribadi guru, (3) struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, (4) sekolah sebagai institusi pendidikan, dan (5) situasi dan kondisi sekolah dimana siswa berada. Berbeda dengan Sardiman (2011-78) yang melihat faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dari sisi internal siswa yaitu kebutuhan yang meliputi : 1. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktifitas seperti belajar. 2. Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain melalui aktifitas. 3. Kebutuhan untuk mencapai hasil belajar. 4. Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan belajar. Dari pemaparan teori diatas mengenai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar sesuai dengan apa yang terjadi di banyak sekolah, khususnya SMP dan MTs. Seperti pribadi siswa dan pribadi guru, kurikulum pada institusi sekolah tersebut, situasi dan kondisi sekolah.

5 Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih banyak dan melakukan penelitian yang disusun dalam skripsi dengan judul STUDI DESKRIPTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SISWA SMP DAN MTs DI KECAMATAN BANJARAN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas yang menjelaskan perbedaan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah umum atau SMP dan MTs, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana motivasi siswa SMP dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani? 2. Bagaimana motivasi siswa MTs dalam mengikuti pembelajaran C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa SMP dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa MTs dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin diperoleh oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada motivasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Secara praktis, bagi penulis hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan konsep untuk meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya motivasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

6 3. Bagi guru, dapat dapat memberikan informasi dan masukan yang berarti tentang motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. 4. Bagi sekolah, sebagai masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktikpraktik pembelajaran guru agar lebih maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran penjas. E. Batasan Penelitian Untuk menghindari salah penafsiran yang lebih luas terhadap penelitian ini, maka harus ada pembatasan penelitian. Tempat penelitian adalah SMP dan MTs yang ada di kecamatan Banjaran dengan objek penelitiannya yaitu siswa SMP dan MTs di kecamatan Banjaran. Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada motivasi siswa di SMP dan MTs dalam pembelajaran pendidikan jasmani. F. Penjelasan Istilah Berdasarkan uraian-uraian diatas, supaya tidak terjadi salah tafsir terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Maka peneliti memberikan penjelasan mengenai istilah yang digunakan sebagai berikut: 1. Motivasi. Sardiman (2011:73) kata motivasi diartikan sebagai daya upaya yang mendorong sessuatu untuk melakukan sesuatu, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak di dalam dan di luar diri subyek, untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motivasi diartikan sebagai suatu kondisi internal (kesiapsiagaan). 2. Pembelajaran. Menurut Wikipedia pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. 3. Pendidikan Jasmani. Menurut Husdarta (2011:19) adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

7 4. MTs. Istilah MTs dalam naskah skripsi ini menunjuk pada suatu institusi atau lembaga pendidikan islam yang memberikan pendidikan dan mengajarkan serta mengembangkan ajaran agama islam.