BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bukit Asam Tbk, PT. Sumatera Bahtera Raya dan PT Putera Lampung. Ada beberapa

dokumen-dokumen yang mirip
THE POTENTIAL USE OF THE RAILWAY AS A COAL TRANSPORTATION IN THE PROVINCE OF LAMPUNG. Indira Pratama Az¹ ) Rahayu Sulistyorini 2) Priyo Pratomo 3)

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

B A B 1 P E N D A H U L U A N. bernama Pelabuhan Panjang yang merupakan salah satu Pelabuhan Laut kelas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI KERETA API SEBAGAI ANGKUTAN BARANG DI PROVINSI LAMPUNG. Dr. Rahayu Sulistyorini., ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat dapat dikatakan baik apabila transportasi tersebut dapat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, yang

maupun jauh adalah kualitas jasa pelayanannya. Menurut ( Schumer,1974 ),

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

Evaluasi Kinerja Infrastruktur Coal Terminal Pelabuhan Tarahan milik PT. X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI POLA OPERASI JALUR KERETA API GANDA SEMBAWA-BETUNG 1

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.

PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM KM ) TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kendaraan rel yang dilengkapi dengan mesin penggerak berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. membantu kemajuan perekonomian bagi masyarakat disekitarnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA INFRASTRUKTUR COAL TERMINAL PELABUHAN TARAHAN MILIK PT. X. Aditya Setyawan Moekti Presentasi Sidang Tugas Akhir 27 Juni

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

Kajian Pola Operasi Jalur Ganda Kereta Api Muara Enim-Lahat

angkutan umum missal merupakan system angkutan umum yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi yang dimiliki oleh PT.KAI yang berada di masing masing

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KA Nomor Urut Kecelakaan:

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rencana Jaringan Kereta Api di Pulau Sumatera Tahun 2030 (sumber: RIPNAS, Kemenhub, 2011)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK...ii DAFTAR ISI...iii. A. DAOP III Cirebon... II-1

I. PENDAHULUAN. sedemikian penting tersebut dicapai melalui proses perjalanan yang cukup. yang saat ini menjadi sangat populer didunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah

BAB V KESIMPULAN Karakteristik Pengguna Dari Segi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Data AMDK tahun 2011 Gambar 1.1 Grafik volume konsumsi air minum berdasarkan tahun

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

II. TINJAUAN PUSTAKA. P.T. Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah badan usaha milik Negara (BUMN)

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

untuk melayani angkutan penumpang dan angkutan barang. Stasiun Sungai

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian di tiga perusahaan, yaitu : PT. Bukit Asam Tbk, PT. Sumatera Bahtera Raya dan PT Putera Lampung. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan moda angkutan, PT. Bukit Asam selaku pengguna moda angkutan kereta api dan dua perusahaan swasta selaku pengguna moda truk, diantaranya sebagai berikut : 1. Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan moda angkutan adalah : a) PT Bukit Asam Rencana dan target produksi yang besar, untuk tahun 2015 ditargetkan mencapai 25 juta ton/tahun dan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga sangat tepat untuk menggunakan moda kereta api, yang dapat mengangkut hingga 3000 ton pertrip perjalanan dengan stam formasi 60 gerbong muatan 50 ton jenis KKBW. Letak tambang dan stockpile yang didukung akses lintasan kereta api sehingga mendukung untuk proses bongkar muat batubara. Memiliki resiko yang lebih kecil karena kereta api memiliki jalur tersendiri, sehingga tidak terganggu oleh aktifitas moda kendaraan lain.

98 b) Perusahaan Swasta Tidak adanya akses lintasan kereta api ke lokasi tambang-tambang perusahaan. Lebih fleksibelnya moda truk dibandingkan moda kereta api karena dapat menjangkau tempat yang sulit. Dapat mengalihkan jalur perjalanan ke jalur alternatif lain apabila terjadi kecelakaan pada jalur yang dilewati, sehingga tidak menghambat perjalanan moda truk. Dapat meningkatkan atau menurunkan jumlah angkutan perhari sesuai kebutuhan artinya tidak terikat kontrak terkait jumlah angkutan. 2. Dari hasil penelitian yang dilakukan PT. Bukit Asam Tbk sebagai perusahaan pengguna moda kereta api bekerja sama dengan PT. Kereta api Indonesia menyepakati biaya angkut perton/km sebesar Rp 383. Untuk Perusahaan swasta yang diteliti yaitu PT. Sumatera Bahtera Raya dan PT. Putera Lampung keduanya menggunakan moda truk., dan keduanya memakai sistem sewa truk atau truk bukan milik perusahaan. Untuk biaya perton/km nya sebesar Rp 790. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan kombinasi moda angkutan antara kereta api dan truk untuk perusahaan yang terkendala masalah letak tambang dan stockpile memiliki biaya angkut yang lebih rendah, dibandingkan dengan penyaluran batubara dengan hanya menggunakan moda truk. Penggunaan

99 kombinasi moda truk dan kereta api dapat menghemat biaya sampai dengan 48% dibandingkan dengan hanya menggunakan moda truk saja. 3. Untuk perusahaan swasta yang terkendala moda angkutan untuk peningkatan produksi. Perusahaan mendukung program PT. KAI untuk membuat jalur baru dan membuat jalur ganda, karena apabila jalur baru tersebut memiliki akses ke tambang dan stockpile perusahaan dan dengan meningkatnya kapasitas lintas yang ada, meningkatkan peluang perusahaan swasta untuk menggunakan moda kereta api. 4. Berdasarkan hasil perhitungan apabila dibangun jalur ganda (double track), didapatkan peningkatan kapasitas lintas rata-rata sebesar 2,3 kali lipat dari kapasitas semula/kapasitas lintas eksisting. Untuk jalur eksisting yang memiliki kapasitas terkecil lintas Tarahan-Tj.Rambang ialah stasiun Negara Ratu-Blambangan Umpu dengan 35 lintasan/hari. Setelah diadakan perhitungan kebutuhan kapasitas lintas untuk tahun 2017 didapatkan 25 stasiun yang kapasitas lintasnya belum mencukupi. Apabila diasumsikan perencanaan pembangunan double track dalam 4 tahap yaitu dari tahun 2014-2017. Apabila pada tahun 2014 direncanakan pembangunan jalur ganda sepanjang 76,6 km, kapasitas lintas terkecil menjadi 44 lintasan/hari, tahun 2015 dibangun sepanjang 63 km kapasitas lintas naik menjadi 49 lintasan/hari, pada tahun 2016 dibangun sepanjang 62,8 km, kapasitas lintas menjadi 55 lintasan/hari, dan tahap terkahir pada tahun 2017 dibangun sepanjang 48,2 km kapasitas lintas naik menjadi 62 lintasan/hari. Apabila pada 25 stasiun tersebut dibangun jalur ganda (double track) kapasitas terkecil lintas Tarahan-

100 Tj.rambang terdapat pada stasiun Way Pisang-Martapura dan lintas Rengas- Bekri dengan kapasitas lintas sebesar 62 lintasan/hari. Untuk lintas Tarahan-Kotabumi apabila dibangun double track kapasitas lintas terkecil adalah sebesar 62 lintasan/hari dengan frekuensi kebutuhan rata-rata 58 lintasan/hari, lintas Kotabumi- Baturaja menjadi 62 lintasan/hari dengan kebutuhan rata-rata sebesar 54 lintasan/hari dan lintas Baturaja-Tj.Rambang menjadi 71 lintasan/hari dengan kebutuhan rata-rata sebesar 62 lintasan/hari. Terjadi perbedaan kebutuhan kapasitas lintas minimum dikarenakan jumlah kereta yang melintas. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang dilakukan maka penulis memberikan beberapa saran-saran yaitu : 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui beberapa stasiun sudah memiliki kapasitas lintas yang sudah memadai untuk mendukung program PT. BA dan pemerintah daerah agar perusahaan batubara beralih menggunakan moda kereta api, sehingga tidak perlu dibangun jalur ganda pada semua stasiun. 2. Hanya 25 stasiun yang perlu dibangun jalur ganda karena kapasitas lintas yang belum mencukupi untuk kebutuhan PT.BA dan perusahaan swasta beberapa tahun mendatang. 3. Pemeliharaan dan peremajaan lokomotif, gerbong, serta rel dan bantalan beton kereta api, agar kereta api dapat berjalan sesuai dengan kecepatan operasional rencana.

101 4. Untuk pembuatan jalur baru kereta api, diusahakan agar jalur lintasan terletak tidak dalam 1 bidang, seperti dibangun dibawah fly over sehingga tidak berakibat menimbulkan kemacetan sewaktu kereta melintas. 5. Penggunaan moda kereta api sebagai angkutan batubara juga turut mendukung program pemerintah daerah terkait kerusakan jalan akibat truk pengangkut batubara yang mengangkut beban berlebih. 6. Pengawasan yang ketat terhadap truk-truk angkutan batubara agar tidak melebihi kapasitas angkut yang wajar, seperti dibuatkan Peraturan daerah (Perda) khusus truk angkutan batubara sehingga tidak mempercepat kerusakan jalan. 7. Untuk perusahaan swasta yang memiliki target angkutan yang minim dan harus menggunakan moda angkutan truk, sebaiknya melalui jalur khusus angkutan truk batubara, agar tidak melewati jalan umum, sehingga tidak menimbulkan resiko kemacetan, kecelakaan dan kerusakan jalan