Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun kolektif. Agama memberi sumbangan bagi sistem sosial,

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. pengetahuan, kemampuan akhlak, juga seluruh pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irma Pujiawati, 2014 Model pendidikan karakter kedisiplinan Di pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan di sebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pembelajaran Intrakurikuler yang dilakukan Guru Pendidikan Agama

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

2. BAB II TINJAUAN UMUM

Studi Deskriptif Mengenai Religiusitas pada Siswa Bermasalah di SMA PGII 2 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. masalah akhlak merupakan salah satu pokok ajaran Islam yang harus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB VI PENUTUP. Menanamkan nilai mahabbatulloh dapat meningkatkan keimanan yang

A. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al Masyhad Mamba ul. Fallah Sampangan Pekalongan. Dalam menyusun tata tertib pondok pesantren, secara asasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang berminat mendaftarkan putra-putrinya pada lembaga

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

INSTRUMEN PENELITIAN. Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Siswa Di MTs Nurul Huda Dempet Demak

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

BAB I PENDAHULUAN. komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulailah mereka

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkecakapan tinggi, berkepribadian/berakhlaq mulia dan kecerdasan berpikir

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI MI ISLAMIYAH KLUWIH KEC. BANDAR KAB. BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekstrakurikuler seperti yang ada di sekolah-sekolah umum, tapi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN WIB.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penilitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemuliyaan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam adalah manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB III PENYAJIAN DATA LAPANGAN. A. Gambaran Umum Majelis Ta lim Masjid Nur sa id 1. Sejarah berdirinya Majelis Ta lim

METODE TAHFIDZUL QUR AN PROGRAM IBTIDAIYYAH PONDOK PESANTREN IMAM BUKHARI SURAKARTA 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB III PENYAJIAN DATA. Angket adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada santri Pondok Pesantren Nurul Iman Al-

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia berkenalan terlebih dahulu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

Transkripsi:

14 Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman..... 98 Tabel 14 : Pengaruh intensitas santri dalam kegiatan pendidikan pesantren dengan religiusitas santri... 101 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi delapan sub bab. Yakni latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penlitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, jabaran variable dan sistematika pembahasan. I. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman Hidup keseharian atau disebut Tafakuh Fiddin, serta menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Telah diakui oleh banyak kalangan bahwa pesantren memiliki peran yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, serta tidak jarang pemimpin-pemimpin bangsa adalah alumni atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren. Pesantren disamping tempat belajar agama juga didalamnya terdapat amalan yang menjadi titik tekan pendidikannya, yakni pembentukan pribadi

15 yang taat dalam menjalankan ajaran agama. Kepribadian ini biasa disebut kepribadian Islam, dimana didalam diri santri terdapat nilai-nilai kepribadian sesuai syariat agama. Guna mencapai tujuan itu pesantren tentunya mempunyai sistem yang berbeda dengan sistem pendidikan pada umumnya, sebab apabila tujuan suatu pendidikan itu berbeda, maka sistem yang ada pasti berbeda pula. Pendidikan pesantren memiliki ciri khas tersendiri, akan tetapi didalamnya terdapat esensi yang sama dengan pendidikan Islam pada umumnya. Adapun pendidikan pesantren mencakup : ciri-ciri pesantren yakni 1) Pondok sebagai asrama santri. 2). Masjid sebagai sentral peribadatan dan pendidikan. 3). Pengajian kitab kuning atau kitab-kitab klasik. 4). Santri sebagai peserta didik. 5). Kiai sebagai pemimpin dan pengasuh. 1 Kurikulum pesantren yang didalamnya hanya mempelajari ilmu agama yang bersumber pada kitab kuning atau kitab-kitab klasik. Yang penggunaan kitab besar kecilnya berdasarkan jenjangnya 2 Pembelajaran di pesantren. Semua proses pembelajaran di pesantren ditentukan oleh kiai, krena kiai merupakan pemimpin sekaligus pengasuh, proses pembelajaran yang mencakup model pembelajaran dan metode pembelajaran telah ditentukan oleh kiai sesuai dengan jenjang dan tingkatan santri. Di dalam pesantren salafiyah, metode yang paling sulit adalah metode sorogan, sebab seorang kiai harus menguasai 1 Masjkur Anhari. Integrasi Sekolah kedalam Sistem Pendidikan Pesantren (Surabaya:Diantama,2006), h. 19 2 Ibid., h. 24

16 keseluruhan tema pembelajaran, serta seorang santri juga harus mempersiapkan bahan yang akan diajarkan. Di samping metode sorogan, masih terdapat banyak lagi metode pembelajaran di pesantren. Antara lain, metode bandongan, wetonan, muhawarah, mudzakarah, keteladanan, pembiasaan, nasehat dll. Religiusitas dalam pembahasan kali ini adalah sikap keberagamaan yang diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia, baik itu menyangkut perilaku ritual atau beribadah maupun aktivitas lain dalam kehidupan yang warnai oleh nuansa agama, baik yang tampak dan dapat di lihat oleh mata atau yang tidak tampak atau terjadi di dalam hati manusia. Dari sini bisa di jabarkan Religiusitas mencakup kebribadian santri yang sesuai dengan kepribadian Islam. Perilaku keagamaan atau keberagamaan di wujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, aktivitas beragama bukan hanya yang berkeyakinan dengan aktivitas yang tampak dan dapat di lihat oleh mata, akan tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Perilaku keagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tetapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya, karena itu periaku keagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Charles Glock dalam tulisannya yang berjudul,"on the Study of Religious Commitment", ada lima macam dimensi perilaku keagamaan yaitu

17 dimensi keyakinan (ideologis) peribadatan atau praktek agama (Rituaitic) penghayatan atau pengalaman (eksperimensial) pengetahuan agama (Intelectual) dan pengalaman (Konsekuensial). Kelima macam dimensi tersebut akan diuraiakan sebagai berikut: Adapun kepribadian Islam itu bisa diklasifikasikan menjadi 3 kelompok besar yang disetiap kelompok mempunyai sub-sub pembahasan tersendiri yakni: Kepribadian Mukmin yang mencakup kepribadian Rabbani, Kepribadian Malaki, kepribadian Qur ani, Kepribadian Rasuli, Kepribadian Yaum Akhiri, Kepribadian Taqdiri. Kepribadian Muslim mencakup Kepribadian Syahadatain, Kepribadian Mushalli, Kepribadian Shaim, Kepribadian Muzakki, Kepribadian Haji. Kepribadian Muhsin. 3 Pondok pesantren Abu Darrin merupakan salah satu pesantren salafiyah yang berada di wilayah Kendal Bojonegoro, pesantren ini tidak berbeda dengan pesantren salafiyah lainnya yang menggunakan sistem tradisional serta bertujuan membentuk karakter individu yang religius, yakni santri yang mempunyai kepribadian yang diharapkan oleh tujuan pendidikan Islam. Dimana pembelajaranya bisa di klasifikasikan menjadi dua kategori besar, yakni pembelajaran terstruktur dan tidak terstruktur. akan tetapi seiring berkembangnya zaman, dirasa didalamnya terdapat kekurang sesuaian dengan tujuan pendidikan pesantren itu sendiri, yakni berkurangnya religiusitas santrinya. 3 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 179

18 Dari kurang sesuaian tersebut dirasa perlu penelitian yang lebih spesifik dalam kaitannya pendidikan pesantren dengan keberhasilan output, yakni salah satunya religiusitas santri. Disini penulis akan mencari data, memaparkan serta menganalisa bagaimanakah santri dalam mengikuti kegiatan pendidikan pesantren, serta mengidentifikasi apakah kegiatan pendidikan pesantren pada zaman sekarang masih sangat efektif dalam mendidik serta membina mental para santri sesuai tujuan pendidikan Islam umumnya dan pendidikan pesantren pada khususnya. Berdasarkan kedua variabel diatas yakni intensitas santri dalam mengikuti kegiatan pendidikan pesantren sebagai variabel X dan sikap keagamaan santri sebagai variabel Y dapat diketahui asumsi sementara bahwa antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat signifikan, karena pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sudah diakui berhasil mencetak lulusan yang sesuai tujuan pendidikan dalam Islama yakni sesuai hadits Nabi yang Artinya : Tidak lain Saya di utus kacuali memperbaiki perilaku manusia. Dari sinilah diharapkan penelitian ini dapat mengetahui secara valid dan komprehensif dengan menyajikan data kuantitatif apakah terdapat korelasi antara intensitas santri dalam maengikuti kegiatan Pendidikan Pesantren dengan pembentukan tingkat Religiusitas santri Pondok Pesantren Abu Darrin kendal Bojonegoro pada masa sekarang.

19 Berdasarkan dari permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji masalah tersebut dalam skripsi ini dengan mengambil judul Korelasi antara Intensitas kegiatan Pendidikan Pesantren dengan tingkat Religiusitas santri di Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro J. Rumusan Masalah. Bertolak dari latar belakang diatas, peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah intensitas santri dalam mengikuti kegiatan pendidikan Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro? 2) Bagaimanah kondisi tingkat religiusitas santri di Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro? 3) Adakah korelasi antara intensitas kegiatan pendidikan pesantren dengan tingkat religiusitas santri di Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro? K. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian ini dapat mengetahui dengan

20 pasti apa tujuan penelitian kita sesungguhnya. 4 Adapun tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui intensitas santri dalam kegiatan Pendidikan Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro. 2. Untuk mengetahui tingkat religiusitas santri di Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro. 3. Untuk mengetahui Adakah korelasi antara intensitas kegiatan pendidikan pesantren dengan tingkat religiusitas santri di Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro. L. Kegunaan Penelitian. Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat Akademik Ilmiah Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka manfaat akademik ilmiahnya adalah diharapkan hasil penelitian tersebut dapat menyumbangkan khazanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan. 2. Manfaat Sosial Praktis. Dalam penelitian ini manfaat sosial praktisnya adalah diharapkan dari hasil penelitian tersebut dapat dipakai atau digunakan sebagai 4 Husain Usman dan Purnomo Sahadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 29

21 pedoman untuk menyelenggarakan pendidikan yang baik, khususnya di Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro. M. Hipotesis Penelitian Yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 5 Hipotesis menurut Sumadi Suryabrata adalah merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. 6 Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat bergantung pada hasil-hasil penelitian atau penyelidikan terhadap fakta-fakta yang terkumpul. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti kebenarannya melalui data-data yang terkumpul. 7 Dari adanya latar belakang mengenai kegiatan pendidikan pesantren yang bervariatif serta intensitas santri dalam mengikutinya, dimungkinkan banyak terdapat perbedaan output yang akan dihasilkan, dari pembahasan kali 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 71 6 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 21 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, op.cit., h. 64

22 ini output yang dimaksud adalah tingkat religiusitas santri yang bisa disebut sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Pendidikan pesantren bisa dikatakan sukses salah satunya bisa diketahui melalui output yang dihasilkan, dimana dalam penelitian ini kegiatan pendidikan pesantren dianggap sukses jika ketika santri mengikuti kegiatan pendidikan pesantren dengan serius dan sungguh-sungguh maka hasil yang diharapkan berupa sikap keberagamaannya dapat dirasa sesuai dengan yang di syariatkan oleh agama. Berangkat dari kajian pustaka, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Hipotesis Nol atau Ho Yakni hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara independent variabel dengan dependent variabel. Dalam penelitian ini hipotesis nolnya adalah tidak adanya korelasi antara intensitas santri dalam kegiatan pendidikan pesantren dengan tingkat religiusitas santri pondok pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro. 2. Hipotesis Kerja atau Ha Yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara independent variabel dengan dependent variabel. 8 Dalam penelitian ini hipotesis kerjanya adalah adanya korelasi antara intensitas santri dalam kegiatan pendidikan pesantren dengan 8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.60

23 tingkat Religiusitas santri pondok pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro. N. Definisi Operasional Untuk menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran dan memudahkan pembaca dalam skripsi ini, maka perlu penjelasan dan penegasan judul dengan maksud agar pembaca tidak mengambil pengertian lain. 1. Intensitas kegiatan pendidikan pesantren. Intensitas secara etimologi adalah penuh semangat, berapi-api.dari definisi ini, intensitas kegiatan pendidikan pesantren adalah suatu usaha yang sangat serius serta sungguh-sungguh seorang santri dalam mengikuti pembelajaran pendidikan yang ada di pondok pesantren guna mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Tingkat Religiusitas Santri dalam pembahasan kali ini adalah sikap taat dan keteguhan santri dalam meyakini dan mengamalkannya yang dapat diketahui melalui, sikap tingkah laku terhadap tuhannya dinilai dari ibadahnya, tingkah laku terhadap sesama manusia dinilai akhlak bergaulnya dan tingkah laku terhadap lingkungan yang dinilai dengan kecintaan merawat lingkungannya.

24 Dari pemaparan diatas diketahui bahwa yang dimaksud dalam judul skripsi ini Korelasi antara intensitas kegiatan pendidikan pesantren dengan tingkat religiusitas santri Pondok Pesantren Abu Darrin Kendal Bojonegoro adalah, apakah santri yang sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan pendidikan pesantren membuat sikap keberagamaan, taat dalam menjalani agama. O. JABARAN VARIABEL Variabel Sub Variabel Indikator Intensitas 1. Madrasah a. aktif dalam mengikuti pelajaran di madrasah. kegiatan pendidikan pesantren Diniyyah b. menguasai materi yang diberikan di madrasah. c. menghayati materi yang telah dipahami. d. menyukai metode pembelajaran. e. selalu hafal dengan tugas hafalan dari ustadz 2. Takror / a. disiplin dalam kegiatan takror. Halaqoh b. mampu menguasai materi lebih dalam c. takror dengan ikhlas. d. tidak absen dalam kegiatan takror e. sungguh-sungguh mengikuti takror. 3. Pengajian a. disiplin dalam mengikuti pengajian sorogan. Sorogan b. mempersiapkan materi yang akan di ajarkan. c. mengikuti pengajian sorogan dengan sukarela. d. menguasai materi yang telah di ajarkan. e. menyukai sistem pengajian sorogan 4 Pengajian a. aktif mengikuti kegiatan pengajian Bandongan. Bandongan b. mengikuti pengajian tanpa diabsen. c. memahami materi yang dijelaskan dalam pengajian.

25 Religiusitas santri d. tidak pernah telat dalam pengajian. e. tidak pernah absen dalam pengajian. 5. Khitobiyyah a. antusias mengikuti kegiatan khitobiyah. (latihan pidato) 9 b. sukarela mengikuti kegiatan khitobiyah c. tidak pernak absen dalam khitobiyah. d. menyukai kegiatan khitobiyah. e. aktif dalam menjadi peserta khitobiyah. 1. Keyakinan (ideologis) a. meyakini adanya Allah b. meyakini malaikat Allah. c. meyakini Nabi dan Rasulullah d. meyakini kitab Allah e. meyakini adanya hari kiamat 2. Praktek Agama (Ritualitic) a. melaksanakan sholat b. melaksanakan puasa. c. melaksanakan zakat. d. melaksanakan haji. e. membaca al-qur an. 3. Penghayatan a. perasaan dekat dengan Allah b. perasaan doa-doanya sering terkabul. c. perasaan tentram karena menuhankan Allah. d. perasaan tawakkal secara positif kepada Allah. e. perasaan khusu melaksanakan sholat 4. Pengetahuan a. pengetahuan tentang isi al-qur an. Agama b. pengetahuan tentang pokok-pokok ajaran yang harus diimani (rukun iman) c. pengetahuan tentang pokok-pokok ajaran yang harus dilaksanakan (rukun Islam) 9 Mastuhu, Dinamika sistem pendidikan pesantren (Jakarta: INIS, 1994)., h. 144

26 d. pengetahuan tentang hukum-hukum Islam. e. pengetahuan tentang sejarah Islam 5. Pengalaman. a. suka menolong dan bekerjasama. b. suka berderma. c. menegakkan keadilan dan kebenaran. d. menjaga lingkungan hidup. e. berlaku jujur. P. Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan, Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penlitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, jabaran variable dan sistematika pembahasan. Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini penulis membagi dalam tiga sub bab, sub bab pertama Pendidikan Pesantren. Sub bab kedua berisi Religiusitas santri. Sub bab ketiga berisi korelasi antara intensitas kegiatan pendidikan pesantren terhadap pengembangan Religiusitas santri. Bab III Metode Penelitian. Jenis dan Rancangan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Populasi dan Sampel, Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data. Bab IV Paparan dan Analisis data. Dalam bab ini membahas tentang paparan dan analisis data yang telah dilakukan dan ditulis dengan sistematis, yang meliput dua klasisfikasi yakni Paparan data dan analisa data, adapun paparana data berisi dua pembahasan yakni Objek Penelitian dan Penyajian data penelitian Bab V Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saransaran yang berkaitan dengan hasil penelitain yang telah dilakukan. berkaitan tentang kesimpulan.