BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Surymin menjelaskan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan mengenai rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tingkat pekerjaan yang sesuai. Serta mengimplementasikan pilihan karir

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak seorang manusia dilahirkan, mulailah suatu masa perjuangan untuk mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa perkembangannya. Periodesasi perkembangan menurut Havighurst, dimulai dari masa bayi dan kanak kanak, masa sekolah atau pertengahan kanak - kanak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dan masa tua. Masa remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yaitu berada pada masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Dalam masa peralihan tersebut remaja dihadapkan pada berbagai perubahan baik perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Hal ini menyebabkan remaja berada pada masa krisis yang kompleks, sehingga remaja diharapkan mampu menyelesaikan tugas perkembangannya baik secara pribadi maupun sosial dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Selama masa remaja tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan jika tidak direspon secara tepat bisa saja menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi perkembangan psikologis remaja di masa mendatang. Kondisi tersebut terjadi karena menjadi mandiri merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja. 1 Menurut Hurlock, pencapaian kemandirian sebagai salah satu tugas perkembangan pada masa remaja sangat penting karena keberhasilan melakukan 1 Ryza Afianti,dkk.Hubungan antara Self Regulated Learning (SRL) dengan Kemandirian Pada Siswa Program Akselerasi SMA Negeri 1 Purworejo.(Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, 2009).hal.4

2 tugas perkembangan akan menimbulkan kebahagiaan dan keberhasilan pelaksanaan tugas perkembangan lainnya kelak, sedangkan kegagalan menimbulkan ketidakbahagiaan dan kesulitan dalam pelaksanaan tugas perkembangan selanjutnya. 2 Remaja dengan pengalaman dan kesulitannya bila tidak dihadapi dengan pengelolaan terhadap diri sendiri dan mendapat bimbingan yang baik akan terkendala dalam mencapai kemandirian. Pencapaian kemandirian dapat mendasari seseorang dalam menentukan sikap, mengambil keputusan, serta menentukan prinsip dalam menjalani hidup. Kemandirian merupakan suatu kemampuan untuk memikirkan, merasakan, serta melakukan sesuatu sendiri atau tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri menurut Havighurst memiliki empat aspek, yakni aspek intelektual (kemauan untuk berpikir dan menyelesaikan masalah sendiri), aspek sosial (kemauan untuk membina relasi secara aktif), aspek emosi (kemauan untuk mengelola emosinya sendiri), aspek ekonomi (kemauan untuk mengatur ekonomi sendiri). 3 Berdasarkan tugas-tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh Havighurst, tugas perkembangan yang berkaitan dengan kemandirian adalah mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab, mencapai kemandirian 2 Hurlock,E.B. Perkembangan Anak, jilid 1. Alih bahasa: Tjandrasa,M.M., zarkasih, M. (Jakarta: Erlangga, 2000), hal. 40 3. Tim Pustaka Familia. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. (Yogyakarta:Kanisius,2006). hal.32

3 emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya, serta memperoleh perangkat nilai yang sistematis. 4 Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran logis tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orangtua dan aktivitas individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan diri pada orang lain. 5 Analisis Steinberg menyatakan jika remaja, terutama remaja awal, mampu memutuskan simpul-simpul ikatan infantil maka ia akan melakukan separasi, yakni pemisahan diri dari keluarga. Keberhasilan dalam melakukan separasi inilah yang merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat independence. Dengan kata lain kemandirian yang pertama muncul pada diri individu adalah kemandirian yang bersifat independence, yakni lepasnya ikatan ikatan infantile individu sehingga ia dapat menentukan sesuatu tanpa harus selalu ada dukungan emosional dari orang tua. Oleh karena itu pada masa remaja ada suatu pergerakan kemandirian yang dinamis dari ketidakmandirian individu pada masa kanak kanak menuju kemandirian yang lebih bersifat autonomy pada masa dewasa. 6 4 Hurlock,E.B. Psikologi Perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti., Soedjarwo., Sijabat, R.M. (Jakarta: Erlangga, 1997), hal. 10 5 Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung: Rosdakarya,2010),hal.184 6 Http//file.upi.edu.Direktori.FIPJUR._Psikologi_Pend_Dan_Bimbingan197102191998021- Nandang_Budimanperkembangan_Kemandirian.pdf. hal. 5

4 Kemandirian emosional berkembang lebih awal dan menjadi dasar bagi perkembangan kemandirian behavioral dan nilai. Sembari individu mengembangkan secara lebih matang kemandirian emosionalnya, secara perlahan ia mengembangkan kemandirian behavioralnya. Perkembangan kemandirian emosional dan behavioral tersebut menjadi dasar bagi perkembangan kemandirian nilai. Oleh karena itu, pada diri individu kemandirian nilai berkembang lebih akhir disbanding kemandirian emosional dan behavioral. 7 Pentingnya kemandirian bagi peserta didik, dapat dilihat dari situasi kompleksitas kehidupan dewasa ini, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan peserta didik. pengaruh kompleksitas kehidupan terhadap peserta didik terlihat dari berbagai fenomena yang sangat membutuhksn perhatian dunia pendidikan, seperti perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan obat dan alkohol, perilaku agresif, dan berbagai perilaku menyimpang yang sudah mengarahkan pada tindak kriminal. Dalam konteks proses belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan, kebiasaan belajar yang kurang baik (seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian, membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal soal ujian). 8 Sunaryo Kartadinata menyebutkan beberapa gejala yang berhubungan dengan permasalahan kemandirian yang perlu mendapaat perhatian dunia pendidikan yaitu: ketergantungan disiplin kepada kontrol luar dan bukan karena 7 Ibid, 8 Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung : Rosdakarya,2010). hal. 189

5 niat sendiri yang ikhlas, sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup, dan sikap hidup konformistik dengan mengorbankan prinsip. 9 Perkembangan kemandirian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Steinberg, perkembangan kemandirian dipengaruhi oleh faktor eksogen dan faktor endogen. Faktor eksogen meliputi keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, dan masyarakat. Faktor endogen meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis di antaranya adalah kondisi fisik seperti sehat dan tidak sehat atau sempurna dan tidak sempurna, sedangkan faktor psikologis meliputi bakat, minat, motivasi, dan kognisi. 10 Menurut teori Piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja secara aktif mengontruksikan dunia kognitifnya sendiri: dengan demikian informasi-informasi dari lingkungan tidak hanya sekadar dituangkan ke dalam pikiran mereka. Agar dunia itu dapat dipahami, remaja mengoganisasikan pengalaman-pengalamannya, memisahkan gagasan-gagasan penting dari gagasan-gagasan yang kurang penting, dan menggabungkan gagasan-gagasan itu satu sama lain. mereka juga mengadaptasikan pemikiran mereka yang melibatkan gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan pemahaman mereka. 11 Pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought). Pada tahap ini remaja sudah mampu berpikir secara sistematik untuk memecahkan masalah, mampu memikirkan semua 9 Ibid, 10 Steiberg, L. Adolecence. (New York : McGraw Hill Companies, Inc, 2002). hal.271 11 John W. Santrock. Remaja. Jilid 1.Alih bahasa: Benedictine Widyasinta. (Jakarta: Erlangga, 2007). hal. 123

6 kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan permasalahan. Kemampuan mengaplikasikan pemikiran formal operasional tidak hanya berkaitan dengan pengalaman belajar khusus, melainkan juga dengan muatan tingkah laku, simbolik, sematik, dan figural. Muatan tingkah laku mencakup tingkah laku nonverbal (seperti: sikap, motivasi, atau intensitas; muatan simbolik meliputi simbol tertulis; muatan sematik meliputi ide-ide dan pengertian; dan muatan figural meliputi representasi visual dari objek-objek konkrit. 12 Hal ini sebagai bekal remaja untuk mendapatkan pengalaman yang lebih luas guna mempersiapkan karir masa depan tanpa mengesampingkan tugas-tugas perkembangannya, sehingga keduanya dapat berjalan beriringan. Remaja memerlukan tujuan dan perencanaan yang baik dalam menentukan setiap langkah yang akan dilalui untuk mencapai kedua hal tersebut secara optimal. Perencanaan yang kurang tepat dan kurangnya fokus dalam pencapaian tujuan adalah faktor kemampuan pribadi remaja yang dapat mempengaruhi keberhasilan. Disisi lain, selain faktor pribadi, lingkungan sekitar, dan kepribadian individu, diperlukan kemampuan regulasi diri. Berkaitan dengan itu, Schunk & Zimmerman mendefinisikan regulasi diri sebagai penggunaan suatu proses yang mengaktifasi pemikiran, perilaku dan perasaan yang terus menerus dalam upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Regulasi diri digambarkan sebagai siklus, karena feedback dari tingkah laku sebelumnya digunakan untuk membuat penyesuaian dalam usahanya saat ini. Penyesuaian seperti itu diperlukan karena faktor - faktor personal, tingkah 12 Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung: Rosdakarya. 2009). hal. 195-197

7 laku, dan lingkungan yang secara konstan berubah selama proses belajar dan berperilaku. 13 Bandura juga menyatakan bahwa regulasi diri - kemampuan mengontrol perilaku sendiri adalah salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Bandura menawarkan tiga tahap yang trjjadi dalam proses regulasi diri, yakni perilaku pengamatan diri, penilaian diri, dan respon diri. 14 Perkembangan kemampuan regulasi diri mempengaruhi interaksi remaja dengan lingkungan. Lingkungan interaksi yang dimaksud termasuk lingkungan rumah, sekolah, dan kelompok kerja. Ketiganya diperlukan peserta didik untuk memberikan pengetahuan tentang regulasi diri dan penerapannya terhadap tugastugas akademik dalam rangka persiapan karir. Proses regulasi diri peserta didik dapat dilihat pada bagaimana peserta didik mempersiapkan diri untuk belajar, tetap terlibat dalam tugas-tugas, dan pendekatan yang mereka pakai dalam pemecahan masalah yang mereka hadapi. Menurut Santrock, siswa yang mempunyai self-regulated learning (SRL) menunjukkan karakteristik sebagai berikut, mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan motivasi, menyadari hal hal yang mempengaruhi kondisi emosional dan mempunyai strategi untuk mengatur emosi agar tidak mengganggu kegiatan belajar, memantau kemajuan yang mendekati target belajar secara periodik, memeriksa strategi belajar yang 13 (http://raisingchildren.net.au/articles/selfregulation.html/context/734, (10 April 2013) 14 C. George Boeree. Personality Theories; Melacak Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia. (Jogjakarta: Prismasophie,2009),hal.244

8 didasarkan pada kemajuan yang dicapai, mengevaluasi rintangan yang mungkin timbul, dan membuat adaptasi yang diperlukan. 15 Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anita, dkk tentang Hubungan antara regulasi diri dalam belajar dengan perilaku mencari bantuan akademik dalam pelajaran matematika pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Semarang, membuktikan bahwa regulasi diri dalam belajar dapat berpengaruh pada tingginya perilaku mencari bantuan akademik dalam pelajaran matematika pada siswa SMA di Kota Semarang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ryza Afianti, dkk tentang Hubungan antara self-regulated learning (SRL) dengan kemandirian pada siswa program akselerasi SMA Negeri 1 Purworejo menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara self-regulated learning (SRL) dengan kemandirian pada siswa program akselerasi SMA Negeri 1 Purworejo. Setiap peserta didik memiliki cara yang bervariasi dalam mencapai tujuannya. Pada kenyataannya peserta didik tidak hanya dilibatkan dengan aktifitas belajar di kelas, dengan adanya organisasi ekstrakurikuler dan program unggulan sekolah peserta didik akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks, sehingga menjadikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian guna menunjang pencapaian kemandirian. Sehingga peserta didik harus mampu mempertimbangkan sesuatu yang lebih penting untuk didahulukan. 15 Ryza Afianti, dkk. Hubungan antara self-regulated learning (SRL) dengan kemandirian pada siswa program akselerasi SMA Negeri 1 Purworejo.(Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro),hal.7

9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang menengah dengan keunggulan berbagai macam program keahlian dengan harapan lulusan SMK memiliki kemampuan unggulan dalam bidangnya sehingga mampu terjun pada persaingan global dengan disertai memiliki pribadi yang mandiri. Berkaitan dengan pentingnya kemandirian bagi remaja, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang kemandirian pada peserta didik terutama peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan. SMKN 1 Malang merupakan sekolah kejuruan negeri yang terletak di jalan Sonokembang Janti Malang, memberikan kesempatan bagi peserta didiknya untuk mengembangkan bakat dan minat dengan mengikuti program ekstrakurikuler dan program khusus jurusan. Sekolah memberikan pembekalan ketrampilan guna menyiapkan lulusan yang mampu menyesuaikan dengan tuntutan kerja dan dunia industri, serta mampu berwirausaha. Ditinjau melalui sistem pendidikan SMKN 1 Malang dan kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik dapat berinteraksi secara akrab dan berproses dengan lingkungannya. Program magang yang dilaksanakan saat peserta didik duduk di bangku kelas XI memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyiapkan diri sejak awal sebelum terjun pada dunia kerja secara mandiri. Keterlibatan peserta didik dalam mengembangkan potensi diri, menyampaikan gagasan baru, memecahkan masalah yang dihadapi kelompok, dan pembelajaran

10 untuk saling menghargai, maka penelitian ini menggunakan sampel peserta didik SMKN 1 Malang. Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis tentang Hubungan antara Regulasi Diri dengan Kemandirian Remaja Pada Peserta Didik Kelas XII di SMKN 1 Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat regulasi diri peserta didik kelas XII di SMKN 1 Malang? 2. Bagaimana tingkat kemandirian remaja peserta didik kelas XII di SMKN 1 Malang? 3. Apakah ada hubungan antara regulasi diri dengan kemandirian remaja pada peserta didik kelas XII di SMKN 1 Malang? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan penelitian yang hendak dicapai. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui tingkat regulasi diri peserta didik kelas XII di SMKN 1 Malang. 2. Mengetahui tingkat kemandirian remaja peserta didik kelas XII di SMKN 1 Malang. 3. Mengetahui hubungan antara regulasi diri dengan kemandirian remaja pada peserta didik kelas XII di SMKN 1 Malang.

11 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis: a. Secara Teoritis Penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan kontribusi wawasan dan pengetahuan psikologi, khususnya dalam kajian psikologi perkembangan serta memperkaya penelitian yang telah ada. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tambahan data empiris yang telah teruji secara ilmiah mengenai hubungan antara regulasi diri dengan kemandirian remaja pada peserta didik kelas XII di SMKN 1 Malang. Sehingga nantinya dapat dikembangkan secara luas dalam menghadapi fenomena permasalahan yang semakin kompleks. b. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini ingin mengungkapkan tentang korelasi antara regulasi diri dengan kemandirian remaja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata pada dunia pendidikan. Khususnya dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan regulasi diri dan kemandirian peserta didik. Bagi lembaga pendidikan dapat memberikan informasi tentang permasalahan kemampuan regulasi diri dan kemandirian peserta didik sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di SMKN 1 Malang.