PENAMBAHAN DAGING IKAN GABUS (Ophicepallus strianus BLKR) DAN APLIKASI PEMBEKUAN PADA PEMBUATAN PEMPEK GLUTEN

dokumen-dokumen yang mirip
Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI TAHU DAN BAKING SODA TERHADAP PEMBUATAN KERUPUK TAHU

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

STUDI PEMBUATAN KERUPUK DARI UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN IKAN PORA-PORA

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING PEMPEK

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

SIFAT KIMIA KREKER YANG DIBERI PERLAKUAN SUBSTITUSI TEPUNG DAGING SAPI DAN PERUBAHAN BILANGAN TBA KREKER SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI WIEKE FAUZIAH

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

SKRIPSI. SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN TEPUNGBIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)terhadap KUALITAS KIMIA NUGGET DAGING AYAM

Umur Simpan Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Duri Lunak Dengan Pengemasan Vakum Dan Non Vakum Pada Penyimpanan Suhu Ruang

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

PENGARUH JUMLAH WORTEL DAN LAMA PENGUKUSAN TERHADAP MUTU NUGGET

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PENGARUH CAMPURAN TEPUNG TERIGU DENGAN BEBERAPA JENIS TEPUNG DAN JUMLAH DAGING BELUT TERHADAP MUTU NAGET BELUT

PEMBUATAN KUE BOLU DARI TEPUNG PISANG SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN PENGAYAAN TEPUNG KEDELAI

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

PENGARUH PENAMBAHAN KOSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata) TERHADAP MUTU KUE SEMPRONG. Oleh:

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG LABU KUNING PADA TEPUNG TERIGU DAN KONSENTRASI RAGI PADA PEMBUATAN DONAT

PENGARUH LAMA PENGERINGAN KENTANG DAN PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG KENTANG TERHADAP MUTU COOKIES KENTANG

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman singkong adalah komoditas tanaman umbi-umbian yang dapat

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TAPIOKA DENGAN BEBERAPA JENIS TEPUNG TERHADAP MUTU MAKANAN MPEK-MPEK PALEMBANG

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI MINYAK NABATI TERHADAP MUTU MENTEGA KACANG (PEANUT BUTTER)

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)*

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI ABSTRACT ABSTRAK

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

PENGARUH KECEPATAN PUTAR PENGADUKAN ADONAN TERHADAP SIFAT FISIK ROTI

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SEREAL UNTUK PRODUK DODOL DAN BAKSO SEHAT. H. Jalil Genisa

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LAMA PENYANGRAIAN DENGAN KUALI TANAH LIAT TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

Pengembangan Formulasi Mi Jagung Berbahan Baku Tepung Jagung Modifikasi. Development of Formulation Noodles Made from Raw Corn Starch Modified Corn

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Effects of Leaching on Nutrient Composition of Talang Benih Duck Meat Ball. Olfa Mega

Keyword : potato, wheat, characterics, flakes

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

PENGARUH PERBANDINGAN GULA PUTIH DENGAN GULA MERAH DAN PENAMBAHAN SANTAN TERHADAP MUTU ABON JAMUR TIRAM

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

METODE. Waktu dan Tempat

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS PRESTO IKAN SEPAT SIAM (TRICHOGASTER PECTORALIS)

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

KARAKTERISTIK KIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG BIJI DURIAN TERMODIFIKASI (Durio zibethinus Murr)

FORMULASI TEPUNG AMPAS TAHU DAN TERIGU TERHADAP MUTU STIK. Formulation of Tofu Cake Flour and Wheat on Stick Quality ABSTRACT

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

III. BAHAN DAN METODE

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

SUSU SAGA (Adenanthera pavonina) INSTAN BERPROTEIN BERDASARKAN SUHU PENGOVENAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA

KAJIAN SIFAT KIMIA DAN RENDEMEN DARI TEPUNG BIJI CEMPEDAK (Artocarpus integer (Thunb.) Merr.) DENGAN PENGERINGAN YANG BERBEDA

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

PENGARUH RASIO LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN TEPUNG BERAS TERHADAP KARAKTERISTIK KUE OMBUS-OMBUS SKRIPSI

PENINGKATAN CITA RASA DAN TEKSTUR YOGHURT DARI SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN SARI BUAH MARKISA DAN TERUNG BELANDA SKRIPSI. Oleh:

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN TAPIOKA DAN JUMLAH SODIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU KERUPUK SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BERAS DENGAN UBI JALAR UNGU TERHADAP KARAKTERISTIK KLEPON YANG DIHASILKAN

PENGARUH KONSENTRASI CARBOXY METHYL CELLULOSE DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP MUTU SELAI JAGUNG

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

Transkripsi:

ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8, No. 2, 2006, Hlm. 147-151 147 PENAMBAHAN DAGING IKAN GABUS (Ophicepallus strianus BLKR) DAN APLIKASI PEMBEKUAN PADA PEMBUATAN PEMPEK GLUTEN THE USE OF GABUS (Ophicepallus strianus BLKR) FILLET FISH AND APLICATION OF FREEZING IN MAKING GLUTEN PEMPEK Sugito dan Ari Hayati Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Jl Raya Palembang Prabumulih KM 32 Inderalaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan sugitoalmuhlis@telkom.net ABSTRACT The objectives of this research were to study the effects of freezing period of gluten and levels of gabus fillet fish addition on the characteristics of gluten pempek. This research was conducted at the Laboratory of Agricultural Product Chemistry, Department of Agricultural Technology, University of Sriwijaya, from July to October 2005. This research used completely randomized factorial design with two treatments and three replications. The treatments were freezing period (0, 6, and 12 hours) and levels of gabus fillet fish addition (0, 5, 10, and 15%). The observed parameters were content of water, ash, protein, carbohydrate and fat. The results showed that freezing time affected significantly on water content but not to the other parameters. Fillet fish addition level had significant effect on ash and fat, but had no significant effect on other parameters. The best treatment was gluten pempek using freezing time of 12 hours and 15% of fish addition level. Key words : gluten pempek, freezing period, gabus fillet fish ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pembekuan gluten dan penambahan daging ikan terhadap karakteristik fisik dan kimia pempek gluten. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian Unsri dari bulan Juli sampai Oktober 2005. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan lama pembekuan sebagai faktor pertama terdiri atas 0, 6, dan 12 jam. Sedangkan sebagai faktor kedua ialah jumlah daging ikan yang terdiri atas 0, 5, 10, dan 15%. Peubah yang diamati : Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Protein, Kadar Lemak dan Kadar Karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama pembekuan gluten berpengaruh nyata terhadap kadar air dan berpengaruh tidak nyata terhadap peubah lainnya, sedangkan jumlah penambahan daging ikan berpengaruh nyata terhadap kadar abu dan kadar lemak serta berpengaruh tidak nyata terhadap peubah lainnya. Perlakuan terbaik adalah pempek dengan pembekuan gluten 12 jam dan penambahan ikan 15%. Kata kunci : gluten pempek, lama pembekuan, jumlah daging ikan PENDAHULUAN Pempek merupakan salah satu makanan khas Sumatera Selatan yang cukup populer di kalangan masyarakat. Pempek berbentuk sejenis gel yang bertekstur kenyal dan elastis. Bahan dasar pembuatan pempek adalah daging ikan, tapioka, air, garam halus dan bumbu tambahan lain (Karneta, 2001). Ikan yang digunakan dalam pembuatan pempek di Sumatra Selatan biasanya ikan gabus. Ikan ini mempunyai kandungan protein yang tinggi (17%), kandungan lemak yang rendah (1%) dan berwarna putih sehingga cocok untuk dibuat

Sugito dan A. Hayati JIPI 148 pempek yang kenyal, enak dan berwarna putih (Iljas, 1995). Sifat daging ikan yang seperti ini tidak ditemukan pada semua ikan sehingga sulit mencari pengganti sumber protein pengganti dalam pembuatan pempek. Dalam proses pembuatan pempek, bagian dari ikan gabus yang digunakan adalah daging yang kemudian digiling. Akhir-akhir ini timbul masalah disebabkan ketersediaan ikan gabus menurun drastis. Ketersediaan ikan ini sangat tergantung dari hasil penangkapan di alam. Penangkapan tak terkendali menyebabkan ketersediaan ikan gabus turun drastis, padahal kebutuhan akan ikan gabus terus meningkat. Hal ini menyebabkan harga pempek menjadi cukup mahal (Agustini dan Nuyah, 1994). Dengan demikian, diperlukan bahan baku alternatif sebagai sumber protein yang mudah didapat, harganya dapat dijangkau masyarakat dan cocok diolah menjadi pempek. Salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber protein nabati adalah gluten yang berasal dari tepung terigu. Gluten merupakan protein gandum yang sudah dipisahkan dari terigu yang terdiri atas protein globuler yang berbentuk bola (Andrews, 2002). Protein ini larut dalam larutan garam dan asam encer, serta lebih sensitif terhadap suhu, konsentrasi garam, pelarut asam/basa dibanding kan dengan protein fibriler (Apriantono, 2001). Gluten mengandung 55% protein tersusun atas protein glutelin dan gliadin. Glutelin tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam pelarut asam/basa sedangkan gliadin larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air dan alkohol absolut (Winarno, 1997). Di samping itu gluten mempunyai daya ikat terhadap pati yang tinggi, berwarna putih kekuningan, bertekstur kenyal dan mempunyai cita rasa yang enak (Campbell, 1981). Berdasarkan sifat fisik dan kimia tersebut diduga gluten dapat ditambahkan pada pempek sebagai pengganti ikan. Untuk menghasilkan pempek gluten yang mempunyai sifat fisik, kimia dan organoleptik mirip pempek ikan maka perlu dilakukan pembekuan gluten untuk menghilangkan sebagian air, bertekstur kenyal dan meningkatkan daya ikat terhadap tepung. Di samping itu perlu ditambahkan sedikit ikan, sehingga pempek yang dihasilkan mempunyai flavor ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pembekuan gluten dan penambahan ikan terhadap karakteristik fisik dan kimia pempek gluten. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian Unsri dari bulan Juli sampai Oktober 2005. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL) dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah : Lama Pembekuan (a 1 = 0 jam, a 2 = 6 jam, = 12 jam) dan Jumlah Ikan ( = 0%, b 2 = 5%, b 3 = 10% dan = 15% dari berat gluten). Gluten terbuat dari tepung terigu, cara pembuatan gluten menurut Kuntaraf dan Kuntaraf (1994) sebagai berikut: Tepung terigu sebanyak 1 kg ditambah air 500 ml dan garam 20 g, kemudian dicampur dan diremas-remas selama 10 menit. Adonan diendapkan selama 5 jam. Endapan dicuci sampai berwarna putih. Sisa tepung yang larut dalam air dibuang dan diperoleh gluten seberat 500 600 g. Gluten dikukus selama 10 menit pada suhu 100 O C dan dicuci sampai gluten tidak licin (untuk menghilangkan sisa pati yang tergelatinisasi). Gluten dibagi 3 dan dibekukan sesuai dengan perlakuan (a 1 = 0 jam, a 2 = 6 jam, = 12 jam). Cara pembuatan pempek gluten: dibuat adonan gluten-tapioka dengan perbandingan (75%: 25%) dengan air sebanyak 2 kali dari berat tapioka. Garam ditambahkan sebanyak 10% (dari berat gluten), dan ditambahkan daging ikan giling sesuai dengan perlakuan (untuk perlakuan = 0%, b 2 = 5%, b 3 = 10% dan = 15% dari berat gluten). Adonan diuleni sampai kalis (tidak lengket di tangan/wadah). Adonan dibuat lenjeran dengan diameter 5 cm panjang 15 cm. Lenjeran direbus selama 15 menit pada suhu 100 O C. Pempek ditiriskan selama 60 menit dan dilakukan analisa fisik dan kimia. Peubah yang diamati antara lain : kadar air metode oven (AOAC, 1984), kadar abu dengan muffle furnace, kadar protein metode Kjeldahl, kadar lemak metode Soxhlet (Sudarmadji et al.,

Penambahan daging ikan gabus JIPI 149 1996), dan kadar karbohidrat metode Carbohidrate by different (selisih antara total bahan terhadap kandungan kimia bahan dalam persen) (Syarief dan Irawati, 1986). Data hasil pengukuran diuji secara statistik, dan perlakuan yang berbeda nyata dan berbeda sangat nyata dilakukan uji beda rata-rata BNJ (Gomez and Gomez, 1984). Rata-rata antar perlakuan pada setiap peubah yang diukur disajikan dalam bentuk tabulasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Lama pembekuan gluten berpengaruh nyata hanya terhadap kadar air pempek, sedangkan penambahan ikan dan interaksi antar kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air pempek gluten. Pembekuan 0 jam berbeda nyata dengan pembekuan 6 jam dan 12 jam, secara berturut-turut menghasilkan kadar air pempek gluten sebesar 51.23%, 46.72% dan 42.02%. Berdasarkan hasil penelitian kadar air tertinggi dihasilkan oleh perlakukan a 1 sebesar 52.72% dan terendah sebesar 42.17% dihasilkan oleh perlakukan. Rata-rata kadar air pempek gluten pada setiap kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 1. Kadar air pempek gluten semakin rendah dengan semakin lamanya pembekuan gluten. Menurut Oktarina (2002) proses pembekuan akan menyebabkan protein terkoagulasi, dan sebagian protein mengalami denaturasi. Proses koagulasi ini akan menyebabkan renggangnya ikatan antara air dengan gluten dan terjadi pengumpulan molekul air (Moeljanto, 1994). Perubahan air menjadi es akan menyebabkan volume air bertambah 1/11 dari volume semula kemudian mendorong dinding sel dan sebagian menjadi rusak dan ketika gluten di-thawing akan terjadi pelepasan sebagian air terikat secara fisik, kimia dan air bebas sebagai drip. Karena sebagian besar air telah hilang dan kemampuan protein mengikat air menurun, sehingga ketika gluten ditambahkan pada pempek akan menghasilkan pempek dengan kadar air yang lebih rendah. Menurut Kapianti (2003) pembekuan menyebabkan kadar air pempek keriting lebih rendah karena sebagian besar protein terkoagulasi dan daya ikat terhadap air menurun. Kadar Abu Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan jumlah ikan berpengaruh nyata terhadap kadar abu pempek, sedangkan lama pembekuan dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar abu pempek gluten. Kadar abu tertinggi dihasilkan oleh perlakuan sebesar 2.49% dan terendah oleh perlakuan b 2 dengan kadar abu sebesar 2.02% (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat pempek gluten pada setiap kombinasi perlakuan

Sugito dan A. Hayati JIPI 150 Tabel 2. Pengaruh penambahan ikan terhadap kadar abu dan kadar lemak pempek gluten Angka-angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama artinya berbeda sangat nyata Penambahan ikan 0% menghasilkan pempek gluten dengan kadar abu yang berbeda sangat nyata dengan penambahan ikan 5, 10 dan 15% (Tabel 2). Semakin banyak ikan yang ditambahkan kadar abu pempek gluten akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena ikan gabus mengandung mineral yang cukup tinggi 4-7% (Aryani, 2003), dan semakin banyak ikan gabus yang ditambahkan akan meningkatkan kadar abu pada pempek gluten. Kadar Protein Berdasarkan hasil penelitian kadar protein tertinggi pada perlakuan a 2 sebesar 15.21% dan terendah pada perlakuan a 2 sebesar 12.00% (Tabel 1). Kadar protein pempek tergantung dengan kadar protein bahan yang ditambahkan pada saat pembuatan pempek. Gluten dan ikan merupakan bahan yang mengandung protein cukup tinggi dan semakin banyak ikan yang ditambahkan kadar protein pempek semakin tinggi. Kadar Lemak Berdasarkan penelitian ini kadar lemak tertinggi sebesar 7.90% dihasilkan oleh perlakuan a 2 dan terendah pada perlakuan a 1 rata-rata sebesar 5.58%. Sedangkan analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah ikan yang ditambahkan berpengaruh nyata terhadap kadar lemak pempek gluten, sedangkan lama pembekuan dan interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar lemak pempek gluten. Penambahan ikan 5% menghasilkan pempek dengan kadar lemak yang berbeda tidak nyata dengan penambahan ikan 0% namun berbeda sangat nyata dengan penambahan ikan 10 dan 15%. Penambahan ikan 10% menghasilkan pempek dengan kadar lemak yang berbeda tidak nyata dengan pempek yang ditambah ikan 15% namun berbeda sangat nyata dengan pempek yang lain (Tabel 2). Hasil ini memperlihatkan bahwa semakin banyak ikan ditambahkan maka semakin meningkat pula kadar lemak pempek. Hal ini menunjukkan bahwa lemak yang ada pada pempek sebagian besar berasal dari ikan. Menurut Suzuki (1981) ikan merupakan produk hewani yang mengandung lemak yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan gluten dan tapioka. Sehingga dengan semakin banyaknya ikan yang ditambahkan maka kadar lemak pempek akan semakin tinggi. Kadar Karbohidrat Kadar karbohidrat tertinggi dihasilkan oleh perlakuan sebesar 37.04% dan terendah oleh perlakuan a 1 dengan kadar karbohidrat rata-rata sebesar 22.57% (Tabel 1). Kadar karbohidrat pempek dipengaruhi oleh kadar senyawa lain, semakin tinggi kadar senyawa lain maka kadar karbohidrat akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena ikan lebih banyak mengandung protein dibandingkan karbohidrat sehingga akan menurunkan jumlah karbohidrat pada pempek. Kadar karbohidrat juga dipengaruhi oleh pembekuan. Hal ini disebabkan karena pembekuan akan menyebabkan sebagian air keluar dari gluten sehingga kadar air akan semakin rendah. Semakin banyak air yang keluar, kadar karbohidrat pempek akan semakin tinggi. KESIMPULAN Lama pembekuan gluten berpengaruh nyata terhadap kadar air dan berpengaruh tidak nyata terhadap peubah lainnya, sedangkan jumlah penambahan ikan berpengaruh nyata terhadap

Penambahan daging ikan gabus JIPI 151 kadar abu dan kadar lemak serta berpengaruh tidak nyata terhadap peubah lainnya. Perlakuan terbaik adalah pempek dengan pembekuan gluten 12 jam dan penambahan ikan 15%. DAFTAR PUSTAKA Agustini, S dan Nuyah. 1994. Kandungan Protein Pempek Produksi Sumatra Selatan. BPPI Sumsel, Palembang. Andrews, U.N. 2002. Meat Analogs as Part of The Vegetarian Lifestyle. http:// www.deptnutr@andrews.edu. 1 Nopember 2003. AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Inc., Washington DC. Apriyantono, A. 2001. Titik Kritis Perisa (Flavouring) atau Flavor (Flavour). http:// www.indohalal.com. 17 Oktober 2004. Aryani, E. 2003. Peranan Pembekuan Daging Ikan Gabus Terhadap Karakteristik Kerupuk. Skripsi. Fakultas Pertanian UNSRI. Inderalaya. (Tidak dipublikasikan). Campbell, M.F. 1981. Processing and Product Characteristics for Textured Soy Flours, Concentrates and Isolates. J. Amer. Oil Chem. Soc. 58: 336. Depkes RI. 2000. Daftar Komposisi Gizi bahan Makanan. Depkes RI, Jakarta. Gomez, K. A. and A. A.Gomez. 1984. Statistical Proceduress for Agricultural Research. Jhon Wiley and Sons Inc., New York. Iljas, N. 1995. Peran Teknologi Pangan dalam Upaya Meningkatkan Citra Makanan Tradisional Sumatera Selatan. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap pada Fakultas Pertanian, UNSRI, Inderalaya. Kaprianti, E. 2003. Pembuatan Pempek Keriting Cepat Saji dengan Proses Pembekuan Adonan dan Penambahan Soda (NaHCO 3 ). Skripsi. Fakultas Pertanian, UNSRI, Inderalaya. (Tidak dipublikasikan). Karneta, R. 2001. Kajian Teknoekonomi Pempek Lenjer. Tesis Program Studi Agribisnis. PPS UNSRI, Palembang (tidak dipublikasikan). Kuntaraaf, K dan J. Kuntaraaf. 1994. Makanan Sehat. Indonesia Publishing House, Bandung. Moeljanto. 1994. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta. Oktarina, I. 2002. Modifikasi Adonan dan Aplikasi Pembekuan pada Proses Pengolahan Tekwan Cepat Saji. Skripsi. Fakultas Pertanian, UNSRI, Inderalaya. (Tidak dipublikasikan). Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1996. Analisa Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi bekerja sama dengan Liberty. Yogyakarta. Suzuki, T. 1981. Fish and Krill Protein : Processing and Technology. Appl. Sci Publ., Ltd. London, UK. Syarief, R. dan A. Irawati. 1986. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.