PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni

dokumen-dokumen yang mirip
KEMANDIRIAN DAN ADAPTASI ANAK BERKEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA

ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M)

MAKALAH KONSEP DASAR ORIENTASI DAN MOBILITAS. Oleh: DJADJA RAHARDJA AHMAD NAWAWI

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA. Yuni Astuti ABSTRAK

Kemampuan mobilitas yang tinggi dalam segala aspek kehidupan. merupakan dambaan setiap individu tidak terkecuali mereka yang menyandang

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

KONSEP DASAR LOW VISION DAN KEBUTUHAN LAYANANNYA

PENGEMBANGAN KONSEP BAGI TUNANETRA

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang

PRAKTEK BERGERAK DILINGKUNGAN SEKTAR SEKOLAH DAN UMUM

2016 PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN ORIENTASI DAN MOBILITAS TEKNIK PENDAMPING AWAS BAGI KELUARGA SISWA TUNANETRA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA BAB I ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

Prinsip Pembelajaran Adaptif Bagi Anak tunanetra dalam PENDIDIKAN LUAR BIASA. Irham Hosni Jurusan PLB FIP UPI

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB II PENERAPAN JARIMATIKA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PERKALIAN DASAR SISWA TUNANETRA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan untuk digunakan dalam

PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

LAYANAN TERPADU LOW VISION DALAM MENDUKUNG INKLUSI

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin

PENGEMBANGAN ALAT DAN MEDIA PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

Membaca dan Menulis bagi Anak Low Vision. Irham Hosni PLB FIP UPI Pusat Layanan Terpadu Low Vision

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

ASPEK MANUSIA DALAM IMK. Muhamad Alif, S.Kom UTM

Orientasi dan Mobilitas

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KLIEN BERBEDA BY. NS. SRI EKA WAHYUNI, S.KEP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

TUNANETRA DAN KEBUTUHAN DASARNYA. Oleh : Irham hosni PLB FIP. yang masih awam. Ini perlu diungkapkan dalam uraian ini, supaya ada kesamaan

TIGA MATERA PENGEMBANGAN KURIKULUM PATG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA SILABUS

PENTINGNYA ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI TUNANETRA

Penerapan Aliran Filsafat Pragmatisme dalam Orientasi dan Mobilitas Anak Tunanetra

Format Silabus FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

BAB II PENGAJARAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN TONGKAT OLEH GURU ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M) PADA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

A E T R E A R A PE P N E G N EM

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, termasuk tunanetra. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:

PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati, S.

BAB I PENDAHULUAN. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah bagian dari masyarakat

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

BAB III TINJAUAN KHUSUS

TEHNIK MOBILITAS DAN STRATEGI LAYANAN IRHAM HOSBI PLB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. yang terjadi antara kondisi ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kondisi

SKRIPSI. Oleh Riris Rahmanitasari NIM

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni

DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF. Oleh : Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

STRATEGI PEMBELAJARAN ABK Ishartiwi, PLB-FIP- UNY

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TUNANETRA (LOW VISION)

PENGEMBANGAN KONSEP PADA TUNANETRA. Juang Sunanto

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK

ISTILAH LAIN PERILAKU ADAPTIF

TEKNIK PENDAMPING AWAS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

PENTINGNYA WIDYAISWARA MENGUASAI PSIKOLOGY PENDIDIKAN DLM DIKLAT (Study Pustaka)

BAB I PENDAHULUAN. Memori yang digunakan adalah memori jangka pendek. pada fungsi otak. Ketika seorang anak belajar memerlukan kemampuan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PEMANFAATAN TULISAN SINGKAT BRAILLE BAGI SISWA TUNANETRA

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

KEEFEKTIFAN TEKNIK DROPPED OBJECTS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Anak dan Remaja. Dra. Riza Sarasvita MSi, MHS, PhD, Psikolog Direktur PLRIP BNN

Pengantar Psikologi Fungsi-Fungsi Psikis. Dosen Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

Transkripsi:

PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni Dosen Jurusan PLB Direktur Puslatnas OM PLB UPI DISAMPAIKAN PADA DIKLAT PROGRAM KHUSUS ORIENTAS DAN MOBILITAS Hotel BMI Lembang, 12 19 Maret 2010 BPPTKPLB DINAS PENDIDIKAN JAWA BARAT

TUNANETRA BUTA TOTAL yaitu tidak memiliki persepsi cahaya (tidak bisa membedakan terang dan gelap. POPULASINYA 10% PUNYA SISA dari bisa membedakan terang dan gelap sampai bisa membaca huruf cetak standar. POPULASINYA 90% Pada saat ini disebut Low Vision, Lebih 50% bisa baca tulis awas.

TUNANETRA BUTA TOTAL yaitu tidak memiliki persepsi cahaya (tidak bisa membedakan terang dan gelap. POPULASINYA 10% PUNYA SISA dari bisa membedakan terang dan gelap sampai bisa membaca huruf cetak standar. POPULASINYA 90% Pada saat ini disebut Low Vision, Lebih 50% bisa baca tulis awas.

KATAGORI TUNANETRA berdasarkan WHO dan DIFINISI KERJA KATAGORI SETELAH KOREKSI WHO DIFINISI DIFINISI KERJA 0 6/6-6/18 NORMAL NORMAL 1 <6/18-6/60 V.I. LV 2 3 4 5 <6/60-3/60 <3/60-1/60 <1/60-PL NPL VI BERAT BUTA BUTA BUTA TOTAL LV LV LV BUTA TOTAL

A. PENGELOMPOKAN TUNANETRA Mereka mampu membaca cetakan standart. Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar. Mampu membaca cetakan besar (ukuran Huruf No. 18). Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar. Membaca cetakan besar dengan menggunakan kaca pembesar. Menggunakan Braille tapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas). Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.

Keterbatasan & Kebutuhan Pembelajaran Tunanetra 1. Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru. 2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan 3. Keterbatasan dalam mobilitas. Pembelajaran: Kebutuhan akan pengalaman kongkrit. Kebutuhan akan pengalaman memadukan Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar.

Untuk dapat akses kesemua bidang kehidupan Tunanetra membutuhkan keterampilan 1. Keterampilan Komunikasi (lisan, tulisan, isyara) 2. Keterampilan sosial yang didalamnya ada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (ADL) 3. Orientasi dan Mobilitas

PROSES Layanan bagi Tunanetra PRIBADI DAN SOSIAL Keterampilan mempertahankan hidup di masyarakat Keterampilan memelihara diri Keterampilan untuk mampu Berhubungan antar pribadi Keterampilan yang berhubungan dengan kerja MANDIRI ADAPTASI

Membangun Personal dan Sosial Keterampilan mempertahankan hidup di masyarakat Keterampilan untuk mampu Berhubungan antar pribadi Keterampilan memelihara diri Keterampilan yang berhubungan dengan kerja MANDIRI ADAPTASI

APA YANG AKAN DIBANGUN & DITUJU DALAM LAYANAN BAGI tunanetra YANG DIBANGUN: Personal dan sosial tunanetra YANG DITUJU: Kemandirian dan adaptasi anak tunanetra

KEMANDIRIAN DAN ADAPTASI Kemandirian Pengetahuan dan keterampilan Aktifitas yang mendorong kemandirian: 1. Menjaga kesehatan 2. Kestabilan psychologis 3. Pemahaman lingkungan 4. Gerakan fisik 5. komunikasi Adaptasi Keluar dan Kontak dengan lingkungan sosialnya Mampu Berkenalan dan berteman, berkomunikasi, bertanggungjawab, bergerak MANDIRI atau bersama orang lain

Mengembangkan personal dan sosial seorang anak internal external O 4 th 4 11 th 11 dewasa awal Dewasa matang Drill Penuh mantuan Teach Independent Cognitive exploration Guide Dependent Interpersonal anxiety Co - operation Autonomy

PERSONAL yang berkepribadian terbangun OLEH: P = f(h.e.t) Personality (P) Heredity (H) Environment (E) Time (T)

Disiplin keberhasilan Disiplin bisa dibentuk melalui: 1. Pembiasaan 2. Hukuman Hukuman hanya diberikan kepada mereka yang tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya, bukan kepada yang tidak bisa.

PENGEMBANGAN ORIENTASI ORIENTASI MERUPAKAN PROSES PENGGUNAAN INDRA YANG MASIH BERFUNGSI DALAM MENETAPKAN POSISI DIRI HUBUNGANNYA DENGAN OBJEK YANG ADA DILINGKUNGAN.

DALAM ORIENTASI ADA 1. PROSES PENGGUNAAN INDRA YANG MASIH BERFUNGSI 2. PENETAPAN POSISI DIRI 3. MENGHUBUNGKAN DENGAN OBJEK SEKITAR

Indera Merupakan perlengkapan fisik yang berfungsi untuk menyalurkan dan menyampaikan rangsangan atau stimulus dari luar fisik ke otak.

STIMULUS Bisa rangsangan taktual, rangsangan visual atau yang tampak, rangsangan pendengaran yang berbentuk suara, rangsangan penciuman dan atau rangsangan pengecap.

Orientasi dan Mobilitas Penentu berhasilnya Tunanetra mengimplimentasikan keterampilan Komunikasi dan Keterampilan Sosial Bagian yang takterpisahkan (integral) dari program pendidikan dan rehabilitasi tunanetra.

Pengertian Orientasi dan Mobilitas Kemampuan, kesiapan dan Mudahnya bergerak dari suatu posisi/tempat ke posisi/tempat yang diinginkan dengan baik, efektif efisienaman dan selamat tanpa banyak meminta bantuan orang lain.

Orientasi Merupakan Aktivitasnya yang menanyakan tiga hal: 1. Dimana Saya 2. Dimana tujuan Saya 3. Bagaimana sampai kesana Indra yang masih berfungsi memegang peranan penting. Dalam OM, sebagian besar waktu digunakan belajar orientasi.

ORIENTASI Orientasi Berhubungan dengan mental, makin banyak masalah dalam mental seseorang maka makin kacau daya orientasinya.

PROSES KOGNITIF PERCEPTION EXECUTION PLAN SELECTION ANALYSIS

KOMPONEN ORIETASI UNTUK DAPAT TRAMPIL BER- ORIENTASI MAKA TUNANETRA HARUS MENGUASAI KOMPONEN ORIENTASI YANG MELIPUTI: 1. LANDMARK(CIRI MEDAN) 2. CLUES (TANDA-TANDA) 3. NUMBERING SYSTEM (SISTEM PENOMERAN)

KOMPONEN ORIETASI 4. MEASUREMENT (PENGUKURAN) 5. C0MPASS DIRECTION (ARAH MATA ANGIN) 6. SELF FAMILIARIZATION (TEHNIK MENGAKRAPKAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN.

1. PENGERTIAN LANDMARK ATAU CIRI MEDAN Landmark merupakan ciri khas dari suatu medan atau tempat yang berupa objek, benda atau rangsangan indra (suara, bau-bauan, temperatur atau tanda-tanda taktual) yang permanen, konstan, sudah dikenal, mudah ditemukan dilingkungan dan tempat tersebut.

PRINSIP LANDMARK Landmark yang dipilih harus: KONSTAN ATAU PERMANEN; Objek yang dijadikan landmark selaluada ditempatnya, tidak bisa pindah atau dipindahkan. Memiliki ciri khas yang mampu membedakan suatu objek atau tempat dengan objek dan tempat lain. Sudah dikenal Tempatnya Mudah ditemukan

PRASYARAT MENGUASAI LANDMAK 1. Memilikiingatan pengindraan yang kuat 2. Memahami konsep posisi yang relatif 3. Kesadaran hubungan ruang 4. Konsep permanen dan konstan 5. Kesadaran jarak 6. Lokalisasi suara 7. Penggunaan petunjuk mata angin 8. Mampu menjelaskan dengan pola sistimatis 9. Mampu mengidentifikasi ciri khas lendmak

KEGUNAAN KHUSUS LANDMARK 1. Menetapkan & memperoleh Orientasi arah 2. Dapat dijadikan point of reference 3. Menetapkan dan memperoleh hubungan arah 4. Menemukan & mengetahui letak tujuan 5. Mengorientasi dan reorientasi diri dlm suatu daerah. 6. Memperoleh informasi tentang kesamaan daerah.

Teknik MENETAPKAN LANDMARK 1. Temukan dan perhatikan lokasinya 2. Tentukan namanya 3. Yakinkan bahwa permanen 4. Cari karakteristiknya yang dikenal 5. Temukan arahnya 6. Temukan hubungan jarak dan arahnya dg objek lain 7. Gunakan ingatan kinestetik.

2. PENGERTIAN CLUE (PETUNJUK) Suatu rangsangan auditoris, taktual, penciuman/bau, temperatur, kinesteti dan visual yang mengenai indera dan segera dapat diubah menjadi petunjuk untuk menetapkan suatu posisi atau suatu garis arah.

PRINSIP CLUE 1. Dapat bersifat dinamis atau tetap 2. Dapat digunakan secara fungsional bila clue tersebut sudah dikenal 3. Setiap rangsangan yang diterima indra tidak memiliki nilai petunjuk yang sama, bisa dominan berfungsi sebagai petunjuk, ada yang kurang berfungsi sebagai petunjuk dan ada yang sama sekali tidak berfungsi sebagai petunjuk.

MENGUASAI CLUE DIBUTUHKAN 1. Indra yang berfungsi baik 2. Kesadaran sensoris 3. Mengenal rangsangan

KEGUNAAN KHUSUS DARI CLUE 1. Menemukan arah 2. Menentukan posisi diri dalam lingkungan 3. Memperoleh Orientasi diri 4. Menentukan line of direction 5. Dapat memproyeksi lingkungan yang akan dimasuki 6. Menemukan tujuan 7. Reorientasi diri di lingkungan 8. Mendapatkan informasi ttg lingkunangan

Teknik menentukan & menggunakan clue 1. Teliti relevansinya dega orientasi 2. Informasi apa yg dapat diberikan Clue 3. Mengenali sumber clue 4. Asosiasikan dengan pengalaman masa lalu anak 5. Tahu hubungan sumber clue dengan diri dan tujuan 6. Sadar akan adanya stimulus yang tidak ketemu atau hilang karena terhalang 7. Tahu clue yang mungkin ada dlm suatu lingkungan

Cara mengajarkan 1. Melalui permainan dan perlombaab 2. Mengembangkan pertanyaan yang merangsang anak untuk mencari jawabannya.

3. Pengertian Sistem Penomeran 1. Sistem merupakan sesuatu yang saling terkait dan saling mempengaruhi diantara komponennya. 2. Sistem penomeran adalah pola pengaturan susunan nomer dan urutan ruang 3. Berlaku di dalam ruang dan diluar ruang

Prinsip sistem penomeran 1. Memiliki titik awal 2. Nomer ganjil dalam satu sisi dan genap disisi lain 3. Nomer bertambah dari titik awal. 4. Lantai dasar atau bawah tanah dimulai dari angka 0 99 lantai I biasanya dimulai angka satu baru nimer kamar.

PRASYARAT 1. Mampu Menghitung 2. Memiliki konsep genap ganjil, urutan dan pola. 3. Punya kemampuan minta bantuan atau bertanya 4. Pengetahuan dasar tentang susunan gedung-gedung. 5. Trampil berjalan mandiri 6. Memiliki kesadaran jarak dan menghubungkan waktu, langkah danjarak tempuh 7. Keterampilan berbelok

KEGUNAAN SISTEM PENOMERAN 1. Menetapkan sesuatu yang dituju lebih efisien 2. Memahami dan menggambarkan secara verbal lokasi tujuan.

4. Measurement atau pengukuran Pengukuran ialah proses mengukur untuk mengetahui dimensi yang tepat dan benar dari suatu objek dengan menggunakan ukuran tertentu.

Prinsip pengukuran 1. Semua yang ada disekitar prinsipnya bisa diukur. 2. Pengukuran dapat dikelompokkan: a. Pengukuran dengan standar unit b. Comparative Measurement c. Linear Measurement untuk 3 dimensi

Prasarat Pengukuran 1. Kemampuan menghitung 2. Konsep tentang nilai relatif 3. Kemampuan menambah, mengurangi, membagi dan mengalikan 4. Memahami konsep dimensi 5. Memahami standart satuan ukuran 6. Memiliki kesadaran kinestetik

KEGUNAAN PENGUKURAN 1. Menentukan dan mengira-ngira dimensi dari suatu area yang akan mempengaruhi gerak 2. Menentukan tehnik yang sesuai 3. Konsep yang akurat 4. Konsep ukuran yang jelas hubungan dengan badan

1. Compass Direction 1. Direction adalah garis bergerak dari sesuatunyang dituju atau garis ke arah mana sesuatu menghadap 2. Compass Direction adalah arah khusus yang ditentukan oleh gerak magnetik bumi. 3. Ada 4 arah utama: Utara, Barat, Selatan dan timur

Prinsip arah mata angin 1. Sifatnya tetap dan dapat dialihkan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain 2. Dalam mata angin ada prinsip berlawanan

Kegunaan Compass Directions 1. Mengontrol gerakan hubungan dirinya dengan lingkungan. 2. Perjalanan lebih sistimatis 3. Sistimatis dalam berorientasi 4. Lebih efisien karena sifatnya konstan 5. Merencakan rote perjalanan 6. Merencanakan alternatif rote 7. Menetapkan landmark atau point of reference 8. Menggambarkan titik titik disekitar hubungannya dg dirinya