PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA

dokumen-dokumen yang mirip
Kerajinan Batik Tulis

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December :46 - Last Updated Friday, 20 December :57

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

NO HARI PERTEMUAN WAKTU PELAJARAN MATERI CATATAN

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

PENGGUNAAN MANGROVE UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI RUMAH TANGGA

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BATIK DARI INDONESIA

WORKSHOP BATIK BAGI GURU DAN MASYARAKAT SEKITAR PESANTREN DARUL FIKRI 1. Oleh: Ismadi FBS UNY

DINAMIKA PENGRAJIN KAIN BATIK DI WIJIREJO, PANDAK, KABUPATEN BANTUL

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Objek Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

NOMOR 314 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas V SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-06)

LAPORAN HASIL PPM PENYULUHAN KETRAMPILAN BATIK TULIS PADA KELOMPOK PKK DUSUN DERO KEPANJEN WEDOMARTANI SLEMAN YOGYAKARTA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

DESAIN BATIK CANTING CAP BERBANTUAN KOMPUTER

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perkembangan perekonomian di era globalisasi sekarang ini, sangat ketat dan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 2 DATA DAN ANALISA

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER MEMBATIK DI SMP TERBUKA 1 TARUB KABUPATEN TEGAL

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

diambil dari kata ambatik, yaitu kata amba (bahasa jawa) yang berarti menulis dan tik yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

PENGEBLUR DAUN INDIGO PENGHASIL PASTA PEWARNA ALAMI BAGI UKM PENGRAJIN BATIK DI KECAMATAN GUNUNG PATI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan penelitian yang relevan 1. Membatik Membatik dalam pembelajaran di sekolah termasuk kegiatan yang

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

BAB II BATIK PRING SEDAPUR MAGETAN. II.1 Batik

Form Daftar Har. No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor. Wajan. 12 Wajan khusus batik Wajan batik biasa Canting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

PENGARUH KOMPOSISI MALAM TAWON PADA PEMBUATAN BATIK KLOWONG TERHADAP KUALITAS HASIL PEMBATIKAN

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan

PANDUAN LOMBA CIPTA SENI PELAJAR NASIONAL TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH BIDANG PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

LAPORAN PEMBUATAN KERAJINAN DARI BUBUR KERTAS

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

PENGARUH KONSENTRASI GARAM RED B TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAAN PADA BATIK KULIT KAYU JOMOK MENGGUNAKAN ZAT WARNA NAPTHOL TUGAS AKHIR SKRIPSI

BISNIS USAHA BATIK. : Nurrochim Kelas : NIM : Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan

PENCIPTAAN BATIK MEDAN

KAJIAN BATIK TULIS DI RUMAH INDUSTRI RETNO MULYO BAYAT KLATEN

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA. Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

PENCIPTAAN WIRAUSAHA BARU MELALUI PELATIHAN PRODUKSI BATIK DI KETINTANG BARU KELURAHAN KETINTANG KOTA SURABAYA

Peta Materi KERAJINAN TEKSTIL. Jenis dan Karakteristik. Kerajinan Tekstil. 1. Tapestri 2. Batik 3. Sulam 4. Jahit Aplikas

LAPORAN HASIL PPM JUDUL : PENYULUHAN KETRAMPILAN BATIK TULIS (Pada Ibu PKK Dusun Nayan, Maguwoharjo, Depok Sleman, Yogyakarta)

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERAJINAN BATIK LUKIS DI HOME INDUSTRY BATIK SETYA KARYA SLAMET LAWEYAN SURAKARTA TAHUN Skripsi Oleh: Brian Mustika Sari K

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

ANALISA EFISIENSI PADA USAHA BATIK TRADISIONAL DI KAWASAN X KABUPATEN CIREBON MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN-SIGMA

BAB II METODE PERANCANGAN

NASKAH APA KABAR JOGJA

Panduan Wawancara. Indikator Pertanyaan

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

Keyword: Batik Tulis, Plupuh, Sragen

PENERAPAN TEKNOLOGI IRAT BAMBU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KIPAS PADA MASYARAKAT PENGRAJIN JIPANGAN BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL

PETUNJUK TEKNIS LOMBA CIPTA SENI PELAJAR NASIONAL TAHUN 2016

Transkripsi:

PENGUATAN INDUSTRI BATIK NASIONAL DALAM MENGHADAPI ACFTA DAN MEA Uke Prajogo STIE Malangkucecwara Uke1prajogo@gmail.com Abstrak Diberlakukannya ACFTA pada Tahun 2010 dan MEA pada Tahun 2015 menyebabkan produk batik nasional lokal menghadapi persaingan yang berat. Negara-negara yang juga mengembangkan industri batik seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan China merupakan ancaman serius terhadap eksistensi industri Batik Indonesia. Mengingat Negara-negara tersebut juga mengekspor batik ke Indonesia dalam jumlah yang cukup besar dengan harga yang murah seiring diberlakukannya ACFTA 2010. Untuk memperkecil dampak diberlakukannya ACFTA dan MEA maka industri batik dalam negeri harus terus diperkuat dan dikembangkan eksistensinya secara berkesinambungan. Pembuatan regulasi untuk memperkuat industri batik nasional, pembentukan sentra-sentra batik di kecamatan di beberapa kabupaten terkait potensi masyarakat dan wilayah dengan bantuan pendidikan, pelatihan, dan peralatan produksi yang efisien perlu dilakukan dengan segera. Jika tidak, maka keberadaan ACFTA, dan MEA akan berdampak serius bagi ketahanan ekonomi nasional.kabupaten Ngawi khususnya merupakan salah satu dari daerah di Indonesia yang memiliki batik dengan corak yang khas. Batik Ngawi memiliki corak khas bambu, karena Ngawi berasal dari kata Awi yang artinya bamboo. Selain motif bamboo Batik Ngawi juga memiliki motif khas: Trinil, bunga teh, Bengawan Madiun dan Bengawan Solo, dan padi. Kabupaten Ngawi memiliki jumlah pembatik yang sangat banyak. Jumlah pengrajin batik di Kabupaten Ngawi mencapai 1.350 orang, jumlah tersebut sebagian besar terkonsentrasi pada 2 desa yaitu Desa Banyubiru dan Desa Kedunggudel. Namun demikian potensi batik yang besar di Kabupaten Ngawi tersebut belum dikembangkan secara optimal, karena adanya sejumlah permasalahan teknis dan non teknis dalam proses produksi batik. Permasalahan tersebut terpusat pada 3 aspek yaitu: 1) Kreativitas dan kewirausahaan masyarakat masih rendah, 2) Masih rendahnya produktivitas dan kesejahteraan pengerajin batik, dan 3) Peran koperasi dan UMKM dalam perkonomian di Kabupaten Ngawi daerah masih rendah. Metode yang digunakan adalah: 1) Program pengembangan kreativitas dan jiwa kewirausahaan, 2) Program pemberdayaan pengrajin Batik Ngawi, 3) Program pengembangan koperasi dan UMKM. Kata kunci: Penguatan, Industri Batik, ACFTA, MEA, PENDAHULUAN Pengukuhan UNESCO pada karya Bangsa Indonesia tepatnya pada tanggal 2 Oktober 2009 bahwa batik sebagai warisan budaya takbenda adalah sebuah penghargaan yang tak ternilai. Ditetapkannya batik Indonesia menjadi warisan budaya takbenda UNESCO, merupakan tantangan sekaligus peluang. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada khususnya, harus lebih agresif dan berkesinambungan dalam melakukan pembinaan dan pengembangan agar pengakuan UNESCO bisa tetap dipertahankan. Disamping itu tidak kalah pentingnya bagaimana batik ini mampu meningkatkan devisa dan pendapatan daerah serta pengrajin batik. 66

Negara-negara yang juga mengembangkan industri batik seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan China merupakan ancaman serius terhadap eksistensi industri Batik Indonesia. Mengingat Negara-negara tersebut juga mengekspor batik ke Indonesia dalam jumlah yang cukup besar dengan harga yang murah seiring diberlakukannya ACFTA (Tahun 2010) dan MEA (Tahun 2015). Melihat kondisi tersebut industri batik dalam negeri harus terus diperkuat dan dikembangkan eksistensinya secara berkesinambungan. Kabupaten Ngawi merupakan salah satu dari daerah di Indonesia yang memiliki batik dengan corak yang khas yang dikenal sebagai Batik Ngawi. Kabupaten Ngawi memiliki jumlah pembatik yang sangat banyak. Jumlah pengrajin batik di Kabupaten Ngawi mencapai 1.350 orang, jumlah tersebut sebagian besar terkonsentrasi pada 2 desa yaitu Desa Banyubiru dan Desa Kedunggudel. Namun demikian potensi batik yang besar di Kabupaten Ngawi tersebut belum dikembangkan secara optimal, karena adanya sejumlah permasalahan teknis dan non teknis dalam proses produksi batik. Permasalahan yang dihadapi Pemkab Ngawi, yaitu: 1. Kreativitas dan kewirausahaan pengerajin batik masih rendah Produktivitas para pengerajin batik masih rendah. Hal tersebut dipicu oleh rendahnya kreativitas dan jiwa kewirausahaan pengerajin batik. Tinggi rendahnya kreativitas dan jiwa kewirausahaan masyarakat di suatu daerah akan sangat menentukan produktivitas dan daya saing daerah tersebut. 2. Produktivitas dan kesejahteraan pengrajin batik masih rendah Produktivitas dan kesejahteraan pengrajin batik masih rendah karena minimnya peralatan produksi, minimnya kemampuan desain batik, belum dimilikinya SOP proses produksi batik dan minimnya peralatan dan teknologi pembuatan batik. 3. Peran koperasi dan UMKM dalam perkonomian masih rendah. Peran koperasi dan UMKM dalam perkonomian di Kabupaten Ngawi masih rendah. Padahal koperasi dan UMKM terbukti tangguh ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun 2008 2009, disamping itu peningkatan peran koperasi dan UMKM akan melibatkan banyak peran serta masyarakat. Dengan demikian Program pengembangan ekonomi kerakyatan yang dicanangkan Pemkab Ngawi dapat tercapai TINJAUAN PUSTAKA 67

Menurut Muha (2011) proses pembuatan batik tulis adalah batik yang dikerjakan dengan canting tulis. Batik cap adalah batik yang dikerjakan dengan teknik cap. Namun ada juga batik yang dikerjakan dengan gabungan dua teknik tersebut, yaitu gabungan teknik tulis dengan cap. Batik seperti ini disebut dengan batik kombinasi. Banyaknya proses pengerjakan batik tergantung dari jumlah pewarnaan (celup). Batik monokrom dikerjakan dengan sekali proses (mbabar sepisan). Untuk batik dengan dua warna dikerjakan dengan dua kali proses (mbabar pindo). Sementara batik tiga warna dikerjakan dengan tiga kali proses atau disebut batik tiga negeri sebagai salah satu ciri batik pesisiran. Setiap proses pembatikan pada dasarnya mengalami proses yang sama, sebagai berikut : 1. Pemalaman Batik adalah pekerjaan yang saling berurutan, artinya satu langkah dapat dikerjakan jika langkah sebelumnya telah selesai dikerjakan. Setiap tahap dapat dikerjakan oleh orang yang berbeda. Sepotong mori tidak dapat dikerjakan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama untuk beberapa tahapan. Tahapan-tahapan pemalaman dengan canting tulis adalah sebagai berikut. 1) Membuat Kerangka Membuat kerangka (mola) adalah membuat kerangka pola secara garis besar. Pembuatan pola dengan menggunakan pensil disebut mola. Pembuatan pola dengan pensil hanya untuk batik tulis, sedangkan untuk batik cap tidak dibutuhkan pembuatan pola dengan pensil. Hal itu karena motif hias sudah ada pada permukaan canting cap. Pembuatan pola tanpa melalui pembuatan pola dengan pensil atau membuat pola langsung dengan menggunakan canting disebut dengan istilah ngrujak. Pekerjaan ini hanya dilakukan oleh orang yang sudah mahir (profesional). Dan hasil pekerjaan ini disebut batikan klowongan atau klowongan. Bentuk batik klowongan adalah motif pokok. Canting yang digunakan adalah canting klowongan yang memiliki cucuk ukuran sedang. 2) Ngisen-isen Ngisen-isen adalah melengkapi pola yang masih berbetuk kerangka (klowongan) atau motif pokok dengan motif isen-isen, seperti sawut, ukel, dan sebagainya. Ngisen-iseni menggunakan canting khusus seperti canting cecekan, canting prapatan, atau canting piton. Setiap pekerjaan ngisen-iseni memiliki nama sendiri-sendiri. Pemberian nama pada pekerjaan ngisen-iseni tergantung dari jenis canting yang digunakan. 68

Nama jenis canting diubah menjadi kata kerja dan dijadikan nama pekerjaan, sedangkan nama hasil pekerjaan diambil dari nama canting yang digunakan. Misalnya pekerjaan nyeceki adalah pekerjaan yang menggunakan canting cecekan. Hasil pekerjaannya disebut cecekan. Pekerjaan neloni adalah pekerjaan yang menggunakan canting telon. Hasil pekerjaannya disebut neloni. Pekerjaan mrapati dilakukan dengan canting prapatan. Hasil pekerjaannya disebut prapatan. Kain batik yang telah dikerjakan gambar kerangkanya (mola) dan dilengkapi isen-isennya disebut dengan nama reng-rengan. 3) Nerusi Pekerjaan nerusi merupakan pekerjaan penyelesaian kedua. Nerusi adalah membuat pola dan isen-isen di sebaliknya kain reng-rengan. Caranya adalah batik reng-rengan dibalik, kemudian di bagian belakang tersebut dibatik dengan pola yang sama dengan batikan reng-rengan. Dengan demikian, batikan bagian muka dan belakang kain mori akan sama. Proses ini sangat penting untuk membuat fungsi lilin malam sebagai perintang warna menjadi sempurna karena warna antarpola tidak merembes dan bercampur. 4) Nembok Nembok dilakukan dalam batik dengan proses beberapa kali pewarnaan. Ketika sebuah batikan tidak seluruhnya akan diberi warna karena suatu bagian akan diberi warna lain maka bagian yang tidak akan diberi warna ditutup dengan malam. Pemalaman seperti ini disebut nembok. Cara nembok seperti membatik bagian tertentu dengan canting tembokan. Pekerjaan nembok biasanya menggunakan jenis malam kualitas rendah. 5) Mbliriki Mbliriki adalah proses nerusi, namun untuk bagian-bagian tembokan. Mbliriki memiliki fungsi yang sama dengan nerusi, yaitu membuat batikan dibagian belakangmori, namun berbeda bagian. Hasil pekerjaan mbliriki disebut blirikan. Seperti nembok blirikan juga menggunakan canting tembokan dan caranya seperti nemboki. 2. Teknik dan Istilah Pewarnaan Batik Proses selanjutnya setelah proses pembuatan pola yaitu pemberian warna. Pemberian warna ini pada tempat atau bagian kain terbuka sedangkan pada bagian kain tertutup lilin malam tidak terkena warna atau tidak berwarna. Oleh karena itu jumlah pemberian lilin malam tergantung dari jumlah warna yang digunakan. 69

Pada proses pewarnaan batik dikenal beberapa istilah. Macam-macam istilah pewarnaan tersebut, antara lain medel, celupan warna dasar, menggadung, coletan atau dulitan, dan menyoga. 1) Mordan Mordan adalah pencelupan kain mori sebagai bahan baku batik pada cairan rendaman gamping sebelum proses pembatikan. Dengan menggunakan teknik mordan maka zat-zat kimia lain yang menghalangi meresapnya warna batik pada kain mori dapat dihilangkan sehingga warna menjadi lebih tajam dan tahan lama. 2) Medel Medel adalah memberi warna biru tua pada kain setelah kain dicap klowongan dan di cap tembok atau selesai di tulis. Untuk kain sogan kerokan, medel merupakan warna pertama yang diberikan pada kain. Medel dilakukan secara celupan. Dahulu bahan yang dipakai untuk medel adalah nila dari daun indigofera (daun tom) karena cat pewarna ini mempunyai daya pewarnaan lambat sehingga celupan dilakukan berulang-ulang. Selanjutnya untuk medel dipakai zat pewarna indigo synthetis. Cara pencelupannya sama dengan indigo alam. Medel dengan zat warna naphtol cara pencelupannya lebih cepat. Hal ini karena pencelupan hanya dilakukan satu kali. 3) Celupan Warna Dasar Teknik celupan warna dasar digunakan pada proses membatik yang tidak dilakukan pada kain mori yang masih berwarna putih. Artinya ketika proses pemalaman kain sudah diberi warna dasar. Oleh karena itu batik ini sering disebut batik berwarna. Batik-batik berwarna seperti batik Pekalongan, batik cirebon, dan batik banyumas tidak diwedel, tetapi sebagai gantinya diberi warna yang lain, seperti warna-warna hijau, violet, merah, kuning, orange, dan warna-warna yang lain. Agar warna dasar pada pewarnaan berikutnya tidak berubah atau tidak tertindih warna lain, maka perlu ditutup dengan lilin batik. Oleh karena itu zat warna yang dipakai adalah yang mempunyai ketahanan yang baik, seperti indigosol, naphtol, atau indanthreen. 4) Menggadung Menggadung adalah menyiram kain dengan larutan zat pewarna. Kain diletakkan terbuka rata di atas papan atau meja, kemudian di siram dengan larutan pewarna. Cara pewarnaan ini menghemat zat warna, tetapi hasil warnanya kurang rata sehingga larutan cat itu diratakan 70

dengan disapu-sapu. Pewarnaan batik secara menggadung ini dikerjakan oleh para pembuat batik Pekalongan untuk memberi warna pada kain batik sarung atau batik buketan. 5) Coletan atau Dulitan Pewarnaan dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik setempat dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan di daerah yang diwarnai dengan dibatasai oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak menerobos daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat rapid atau indigosol. Di daerah pantai utara Jawa, seperti Gresik, pewarnaan semacam ini disebut dulitan dan kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Hal ini sudah dikerjakan sejak dahulu. Di daerah Pekalongan, coletan ini banyak digunakan pada batik buketan. 6) Menyoga Menyoga adalah memberi warna coklat pada kain batik. Untuk kain sogan Yogya dan Solo, menyoga merupakan pewarnaan terakhir. Dahulu warna coklat atau warna soga dibuat dari zat pewarnaan tumbuh-tumbuhan, antara lain kulit pohon soga sehingga sampai sekarang mencelup batik dengan warna ini disebut menyoga dan warna coklat pada kain b atik disebut warna soga. Warna soga dapat diperoleh dengan zat-zat warna dari tumbuhan yang disebut soga Jawa dan zat warna soga synthetis, seperti soga Ergan, soga Chroom, soga Kopel, zat warna Napthol, zat warna indigosol, atau kombinasi (campuran)dari beberapa zat warna tersebut. Tahap pewarnaan ini tidak dapat dipisahkan dengan tahap pemalaman. Setiap tahapan diberi warna, seperti pewarnaan satu, pewarnaan dua, pewarnaan tiga dan seterusnya. Di dalam batik pewarnaan dengan satu warna dilakukan sekali proses yang disebut dengan babar sepisan (babar sekali). Pewarnaan dengan dua warna disebut babar pindo (babar dua kali), dan tiga kali pewarnaan disebut babar tiga negeri. Pewarnaan teknik celup adalah mencelupkan seluruh bagian kain batik ke dalam larutan warna. Untuk penggunaan warna dari napthol dibutuhkan dua kali pencelupan. Celupan pertama disebut celupan napthol. Pada celupan pertama warna yang dikehendaki belum muncul. Baru pada celupan kedua warna akan muncul. Pencelupan kedua disebut penggaraman karena yang digunakan adalah zat kimia garam (RC). Celupan kedua berfungsi memunculkan dan menguatkan warna yang dikehendaki. 71

3. Penghilangan Lilin (Pelorodan) Menghilangkan lilin (malam) pada batik dapat bersifat menghilangkan sebagian atau menghilangkan keseluruhan lilin. Menghilangkan sebagian atau setempat adalah melepas lilin pada tempat atau bagian-bagian tertentu dengan cara mengerok dengan alat sejenis pisau. Pekerjaan dengan cara mengerok ini disebut ngerok atau ngerik. Pekerjaan ini dilakukan setelah kain di wedel untuk batik sogan dari Solo atau Yogyakarta. Maksud dari pekerjaan ini ialah membuka lilin klowongan, dimana pada bekas lilin yang dikerok ini nantinya akan diberi warna soga. Penghilangan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan pada pertengahan maupun akhir proses pembuatan kain batik Penghilanagn lilin secara keseluruhan disebut pelorodan. Pada batik Pekalongan proses ini sering dilakukan. Pelorodan yang dilakukan ditengah proses pembatikan biasanya dilakukan untuk memberikan warna lain pada jejak lilin yang dilorod. Pada bagian-bagian pola yang diinginkan, dibiarkan putih dicanting (ditutup) ditutup kembali dengan lilin. Sementara bagian lain yang akan diwarna tertentu dibiarkan tanpa ditutup lilin. Pelorodan pada akhir proses pembuatan batik disebut dengan mbabar atau ngebyok. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan air panas. Lilin akan meleleh dalam air panas sehingga terlepas dari kain. Untuk kain dengan pewarnaan dari bahan alam, air panas diberi kanji. Sementara untuk pelorodan kain batik dengan pewarnaan dengan warna sintetis air panasnya diberi soda abu. Lilin dapat dihilangkan dengan menyeterika. Penghilangan lilin malam dengan seterika dilakukan sebagai berikut. 1) Siapkan meja kerja dengan alas koran bekas. 2) Siapkan pula kertas koran lain dan kertas tisu. 3) Letakkan kain batik yang akan dihilangkan lilin malamnya di atas kertas koran bekas. Di atas kain diletakkan kertas tisu beberapa lembar sesuai kebutuhan. 4) Letakkan lagi (di atas tisu) selembar kertas koran. 5) Setelah seterika panas, letakkan di atas kertas koran paling atas. Gosok-gosokkan seterika beberapa saat. 6) Angkat kertas koran paling atas dan kertas tisu. Dengan pemanasab seterika tersebut, lilin malam akan meleleh dan menempel pada kertas tisu. 72

METODE Metode Pendekatan Program-program Penguatan Industri Batik Nasional Dalam Menghadapi ACFTA dan MEA adalah sebagai berikut: No Tabel 1. Program Penguatan Industri Batik Nasional Dalam Menghadapi ACFTA dan MEA Program 1 Program pengembangan kreativitas dan jiwa kewirausahaan 2 Program pemberdayaan pengrajin Batik Ngawi 3 Program pengembangan koperasi dan UMKM Rencana Kerja. Rencana kerja Program Penguatan Industri Batik Nasional Dalam Menghadapi ACFTA dan MEA adalah sebagai berikut: Tabel 2. Metode Pelaksanaan Penguatan Industri Batik Nasional Dalam Menghadapi ACFTA Dan MEA. No Program dan Jenis Kegiatan 1. Program Pengembangan Kreativitas Dan Jiwa Kewirausahaan Pendidikan kewirausahaan melalui media permainan kewirausahaan bagi anak Usia SD 2. Program Pemberdayaan Pengrajin Batik Ngawi Pembangunan sarana dan prasarana pendukung daya tarik sentra batik. Pembuatan bak celup Pembuatan dan sosialisasi Standard Prosedur Operasional (SOP) pembuatan batik. Pelatihan pengembangan kemampuan desain batik. Pendampingan proses pembatikan untuk perbaikan dan standarisasi kualitas batik Melakukan tinjauan proses terhadap efektifitas dan effesiensi produksi batik Pengadaan mesin obras untuk pengembangan usaha. 3 Program Pengembangan Koperasi Dan UMKM Pembuatan web site Batik Ngawi Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Produksi Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Pemasaran Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Keuangan. 73

HASIL Kualitas Batik Sebelum Pelaksanaan Program Kualitas Batik Setelah Pelaksanaan Program PEMBAHASAN Program pengembangan kreatifitas dan nilai kewirausahaan Kekhasan permainan kewirausahaan yang dikembangkan adalah potensi yang dimiliki permainan kewirausahaan tersebut dalam membentuk karakter berbasis kewirausahaan bagi anak usia SD. Pada setiap permainan kewirausahaan yang dikembangkan dibuatkan booktalk. Dengan adanya book-talk yang menyertai setiap permainan kewirausahaan yang dikembangkan, maka kebermanfaatan permainan kewirausahaan tersebut untuk tujuan pembentukan karakter bangsa berbasis kewirausahaan bagi anak usia SD dapat lebih dimaksimalkan. Book-talk adalah serangkaian pertanyaan, perintah, petunjuk, arahan, atau pertimbangan akan mengarahkan anak dalam menemukan nilai-nilai kewirausahaan ketika bermain menggunakan media permainan kewirausahaan. Dengan bermain melalui media permainan kewirausahaan ini, secara perlahan tetapi pasti, diharapkan pada diri anak akan terbentuk karakter kewirausahaan yang kuat. Selanjutnya, diharapkan mereka akan menjadi anak bangsa yang berakhlak mulia dan berjiwa entrepreneur sehingga mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Tingginya jiwa kewirausahaan masyarakat sangat bermanfaat pada tingkat persaingan yang ketat di era globalisasi saat ini. Dengan demikian daya saing bangsa akan terus 74

meningkat. Peningkatan daya saing bangsa sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini berpotensi memecahkan masalah strategis nasional terkait pengangguran akibat rendahnya jiwa kewirausahaan masyarakat Indonesia. Lebih lanjut, hal ini berdampak pada menurunnya angka kriminalitas, perkelahian massa, kejahatan seksual, munculnya gerakan radikalisme, serta permasalahan sosial lainnya yang sekarang ini sedang marak terjadi di Indonesia. Gambar 1. Permainan Kewirausahaan Gambar 2. Permainan Kewirausahaan Program Pemberdayaan Pengerajin Batik Ngawi Dari hasil pengamatan langsung di lapangan didapati kondisi Kelompok Pengerajin Batik Ngawi sebagai berikut. 1) Pengerajin Batik Ngawi belum memiliki kemampuan membuat desain batik yang bernilai ekonomi tinggi. Harga jual Batik Ngawi di kisaran Rp 250.000,-. Mahalnya harga jual batik tidak diikuti oleh kualitas desain yang memadai berdampak pada rendahnya margin keuntungan pengerajin Batik Ngawi sehingga secara langsung juga mempengaruhi kesejahteraan pengerajin Batik Ngawi. 75

Adapun kegiatan yang telah dilakukan pada terkait peningkatan produktifitas pengerajin Batik Ngawi dipaparkan berikut. 1) Rancang bangun mesin obras yang diserahkan pada kepada mitra. Rancang bangun mesin obras tersebut bertujuan untuk mempercepat proses pengobrasan. Penggunaan mesin obras diharapkan mampu meningkatkan kuantitas produksi Batik Ngawi melalui efisiensi waktu produksi mitra IbM sehingga kuantitas produksi Batik Ngawi mampu meningkat hingga mencapai 200%. 2) Pendidikan dan pelatihan teknik membatik Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan teknis membatik yang dimiliki pengerajin Batik Ngawi, dilakukan pendidikan dan pelatihan membatik dengan SOP Batik. Pada saat ini peserta diberi pelatihan juga terkait desain motif dan pola batik. Dari hasil pelatihan teknik membatik tersebut diprediksikan mampu meningkatkan nilai jual Batik Ngawi hingga mencapai 300%. 3) Untuk mengatasi rendahnya kualitas warna Batik Ngawi dilakukan pelatihan pewarnaan dengan menggunan teknik mordan. Teknik mordan adalah teknik yang dilakukan sebelum proses pembatikan dengan pencelupan kain mori sebagai bahan baku batik pada cairan rendaman gamping. Dengan menggunakan teknik mordan maka zat-zat kimia yang menghalangi meresapnya warna batik pada kain mori dapat dihilangkan, sehingga warna menjadi lebih tajam dan tahan lama. 4) Untuk mengatasi rendahnya teknik penyimpanan pengrajin Batik Ngawi. Dilakukan pelatihan teknik penyimpanan Batik Ngawi. Teknik yang diberikan meliputi: penjemuran batik dengan pewarna alami setiap subuh hal tersebut berguna mempertajam dan meningkatkan daya simpan Batik Ngawi, selama penyimpanan batik harus secara berkala diperbaharui arah lipatannya. 5) Untuk mengatasi rendahnya teknik dokumentasi desain motif Batik Ngawi. Dilakukan pelatihan pengarsipan dan dokumentasi desain motif Batik Ngawi. Setelah mengikuti pelatihan ini para pengerajin Batik Ngawi memiliki arsip yang rapi terkait desain motif yang sudah dihasilkan. 76

Gambar 3. Pelatihan Teknik Membatik Program Pengembangan Koperasi Dan UMKM Untuk mengatasi permasalahan aspek manajemen dilakukan: 1) Pembuatan web site Batik Ngawi 2) Pendidikan dan pelatihan manajemen produksi 3) Pendidikan dan Pelatihan manajemen pemasaran 4) Pendidikan dan pelatihan manajemen keuangan KESIMPULAN 1. Program pengembangan kreativitas dan jiwa kewirausahaan mampu meningkatkan jiwa kewirausahaan anak-anak 2. Program pemberdayaan pengerajin Batik Ngawi mampu meningkatkan kualitas, kuantitas, dan nilai jual batik Ngawi 3. Program pengembangan koperasi dan UMKM, mampu meningkatkan kinerja koperasi batik dan usaha para pengerajin batik Ngawi DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi, 2013, Ngawi dalam Angka 2013, Katalog BPS No: 1102001. 3521 2. Christina, 2012. Pewarna Alami digalakkan di Batik. (Online) (http://www.depkop.go.id/indeks.php) 77

3. Menko Kesra. 2010. Empat Sertifikat UNESCO Bukti Pengakuan Dunia: Batik sebagai Warisan Budaya Indonesia. (Online) (http://www.menkokesra.go.id) 4. Mubarak, Muhammad Husni Mubarok, 2010, Dampak ACFTA terhadap Bisnis Batik di Indonsia. (http://swa.co.id) 5. Muha, 2011. Proses Pembuatan Batik. (Online), (http://sanggarbatikatura.com) 6. Pemerintah Kabupaten Ngawi, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Daerah Tahun 2010 2015. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi No. 11 Tahun 2010. 78