BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

DAFTAR PUSTAKA. Almatsier, S Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

KEPATUHAN LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN DIET HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang sangat besar bagi setiap wanita (Rusli, 2011). Kehamilan dan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. Indonesia merupakan Negara berkembang dimana penduduknya terbesar


BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang semakin sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa di dunia menyandang tekanan darah tinggi, dan jumlah ini cenderung terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang di Inggris, dengan 34% pria dan 30% wanita menyandang tekanan darah tinggi di atas 140/90 mmhg. Pada populasi usia lanjut angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi, dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia diatas 60 tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan penderita tekanan darah tinggi mencapai hampir 1,6 miliar orang di dunia (Palmer, 2007). Hasil riset kesehatan dasar balitbangkes tahun 2007 hipertensi secara menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional 31,7%. Hipertensi ini penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2014). Kasus tertinggi penyakit tidak menular di Jawa Tengah adalah penyakit jantung atau hipertensi dan pembuluh darah. Dari total 1.212.167 kasus yang dilaporkan sebesar 66,51% (806.208) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Peningkatan ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah sejak dini tanpa harus menunggu adanya gejala yang muncul, pola makan yang tidak sehat dan 1

2 kurangnya olahraga juga dapat memicu peningkatan tekanan darah (Dinkes Jateng, 2013). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 dilaporkan jumlah penderita hipertensi pada tahun 2010 terdapat 35.750 kasus dan tahun 2013 terdapat 36.865 kasus di seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo. Di Wilayah Puskesmas Gatak Sukoharjo sendiri angka kejadian hipertensi menduduki peringkat ke-4 sebesar 3418 kasus. Tingginya angka kejadian hipertensi pada lanjut usia dapat dipengaruhi salah factor seperti pelaksanaan diit hipertensi yang masih buruk. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin, kebiasaan minum kopi pada waktu pagi ataupun sore hari merupakan contoh dari kepatuhan diit hipertensi yang buruk. Menurut Julianti (2005) makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan soidum memiliki kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi. Kepatuhan diit hipertensi pada lanjut usia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung seperti tingkat pendidikan, lingkungan keluarga (Niven, 2002). Tingkat pendidikan lanjut usia dapat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan tentang diit hipertensi, meskipun pengetahuan lanjut usia tidak semata-mata dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, namun pengetahuan lanjut usia dapat diperoleh dari informasi anggota keluarga. Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, maka setidaknya pelaksaaan diit hipertensi akan dapat dilakukan dengan baik dan menjadikanya patuh.

3 Data bulan September 2014 terdapat 8.353 orang lansia dari 14 Wilayah kerja Puskesmas. Data dari Kader posyandu Dahlia Desa Wironanggan terdapat 1086 orang lansia terdiri dari 606 lansia perempuan, dan 480 lansia laki-laki. Data anggota posyandu lansia Dahlia sebanyak 284 lansia. Informasi dari Kader posyandu bahwa dari anggota posyandu lansia, penyakit yang paling banyak diderita oleh anggota adalah hipertensi, disusul oleh gout. Hipertensi menduduki peringkat pertama dengan 206 orang lansia. Berdasarkan data tersebut, peneliti melakukan survai awal kepada 10 orang lanjut usia yang menjadi anggota posyandu lansia. Data awal berupa wawancara baik kepada lanjut usia seputar pengetahuan hipertensi. Hasil jawaban dari sepuluh orang lansia mempunyai jawaban yaitu terdapat 7 lanjut masih belum sepenuhnya memahami hiperensi dan 3 lansia memahami hipertensi. Data kepatuhan diit lansia hipertensi sulit dilakukan oleh peneliti secara langsung mengingat tidak memungkinan 24 jam peneliti mendampingi lansia saat melakukan pola makan, baik frekuensi, waktu makan dan jenis makan yang dikonsumsi. Namun menurut anggota keluarga, bahwa lansia mempunya kebiasaan makan pagi sekitar pukul 07.30 WIB dengan menu yang dibeli di pasar seperti nasi sayur dengan lauk tahu yang cenderung mempunyai rasa asin dimaka pembeli tidak dapat mengetahui berapa banyak kandungan garam dalam sayuran

4 tersebut. Demikian juga kebiasaan makanan seperti makanan gorengan, ikan asin masih menjadi menu yang sering dihidangkan. Hal ini tidak terlepas dari menu yang tersaji dalam keluarga yang tidak membedakan atau mengkhususkan menu bagi lansia hipertensi. Dari hasil wawancara tersebut, maka perlunya suatu pendekatan bagi lansia dengan hipertensi untuk lebih memahami akan pentingnya diit hipertensi secara ketat. Salah satu metode pemberian informasi mengenai diit hipertensi adalah dengan pendidikan kesehatan. Adanya pendidikan kesehatan diharapkan lanjut usia lebih mengetahui, mengerti dan memahami dan mau melaksanakan diit hipertensi secara patuh. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan perilaku kepatuhan diit hipertensi pada lanjut usia di Desa Wironanggan Kecamatan Gatak Sukoharjo B. Rumusan Masalah Adakah Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan kepatuhan diit hipertensi pada lanjut usia di Desa Wironanggan Kecamatan Gatak Sukoharjo C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kepatuhan diit hipertensi pada lanjut usia.

5 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan lansia tentang diit hipertensi sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan. b. Mengetahui kepatuhan diit hipertensi lansia sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan. c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan kepatuhan diit hipertensi pada lanjut usia. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Peneliti Menambah pengetahuan tentang pentingnya diit hipertensi dalam perawatan pasien hipertensi yang tepat dan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya. 2. Lanjut usia Mengetahui dampak yang diakibatkan ketidakpatuhan diit hipertensi terhadap tingkat tekanan darah. 3. Kluarga Bahan pertimbangan dan masukan bagi keluarganya akan pentingnya memberi dukungan keluarga dalam pelaksanaan diit hipertensi agar tekanan darah pasien tetap stabil.

6 4. Tempat Penelitian Sebagai masukan bagi masyarakat bahwa sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang diit hipertensi dan merupakan dasar untuk melaksanakan diit hipertensi secara baik dan benar. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan yang dilakukan oleh peneliti : 1. Agrina (2011) Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diit Hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Tnampan Kota Pekan baru. Mengunakan metode deskriptif sederhana dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 60 orang dan tehnik sampling purposive random sampling. Hasil penelitian diketahui sebanyak 34 orang (56,7 %) responden tidak patuh dalam pemenuhan diit hipertensi dan sebanyak 26 orang (43,3%) yang patuh dalam pemenuhan diit Hipertensi. 2. Hermawan,H (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Hipertensi Dengan Sikap Kepatuhan Dalam Menjalankan Diit Hipertensi di Wilayah Pukesmas Andong Kabupaten Boyolali. Penelitian yang digunakan design non exsperiment dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 46 responden dan tehnik sampling yang digunakan purposive sample. Uji hipotesis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian diperoleh x 2 = 7.643 dengan p= 0,006 Kesimpulanya ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan pasien terhadap hipertensi dengan sikap taat diit hipertensi di Andong Kesehatan Klinis dari Boyolali.

7 3. Renika, (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan Diit Penderita Hipertensi di Klinik 24 jam Mardi Mulyo Semarang. Sampel 37 responden dengan mengunakan consecutive sampling. Analisa data mengunakan uji Product Moment Person. Hasilnya Tingkat pengetahuan tentang diit hipertensi termasuk kategori baik sebanyak (45,9%) sebagian besar (64,9%) responden. Hasil analisis Product Momen Pearson diperoleh p-value = 0,001<0,05.