PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

PENDAHULUAN. Oleh Rexona Purba Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanwirul Mikdas, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tidak terlepas dari karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan menulis teks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dalam karya sastra yang lazim bermediumkan bahasa (Ali. Imron, 2009:1). Karya sastra merupakan kreativitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

2013 PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh: Sriani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

TEKNIK MIND MAPPING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN PADA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti sebelumnya telah melakukan observasi awal berupa wawancara

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa Indonesia. Bagi siswa sekolah menengah atas pembelajaran tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. memang telah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tersebut membahas

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. menerapkan model pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pada siswa. Perubahan tingkah tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAPPING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta )

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

Transkripsi:

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING SISWA KELAS X AK 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR TAHUN DIKLAT 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh : ETIK OKTAVIANA A 310 050 027 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran sastra di sekolah diakui masih sangat minim dan kurang aktraktif. Kenyataan ini berdampak pada lemahnya apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap karya sastra. Pembelajaran sastra di sekolah sering dianaktirikan. Guru sering melewati atau tidak mengajarkan sastra. Pembelajaran sastra dianggap tidak penting, menghabiskan waktu, dan tidak dapat mendongkrak nilai ujian nasional. Sebab, soal-soal yang terkait dengan materi sastra sangat sedikit. Salah satu sebab diabaikannya pembelajaran sastra di sekolah adalah langkanya media yang bisa dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran sastra. Sebagai contoh, ketika guru mengajarkan materi menanggapi pembacaan cerpen, puisi, atau drama. Bila media itu tidak ada, pembelajaran menanggapi materi cerpen, puisi, atau drama tidak akan dapat dilaksanakan. Berarti, proses belajar mengajar sastra tidak dapat dilaksanakan. Kelangkaan media juga mengakibatkan pembelajaran sastra hanya difokuskan pada kegiatan yang bersifat hafalan. Bukan kegiatan apresiatif, yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan dan wahana berpikir kritis dan kreatif (Soe, Jawa Post Kamis, 5 Februari 2009) dalam www.google.com. Menurut Iswadi (Lampung Post, Jumat, 12 Agustus 2005) dalam www.google.com pembelajaran sastra di sekolah kini lebih banyak menghafalnya. Sementara pembelajaran menulis sastra dan mengapresiasinya masih sangat 1

2 kurang. Dan, kondisi ini dari tahun ke tahun tidak berubah. Dari paparan tersebut dapat diindikasikan bahwa pembelajaran sastra mengalami kegagalan. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat pembelajaran sastra memberi kontribusi yang besar dalam usaha pembinaan mental serta memperkaya kehidupan ruhaniah manusia. Realitas yang dihadapi di sekolah pembelajaran sastra kurang diperhatikan dan tidak mendapat penanganan dengan baik, baik dari segi waktu, sarana, dan model pembelajaran. Guru menganggap pembelajaran sastra hanya sebagai pelengkap dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran sastra yang merupakan integritas dari pembelajaran Bahasa Indonesia seharusnya diapresiasi dengan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa mampu mengapresiasi karya sastra dengan baik. Pendek kata, pembelajaran sastra sangat penting yang bertujuan menumbuhkan rasa cinta terhadap karya sastra yang dapat diambil manfaatnya sebagai sarana pembentuk kepribadian dan moral. Rahmanto (1998:16) mengungkapkan empat manfaat pembelajaran sastra, yaitu (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan kemampuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa, (4) menunjang pembentukan watak. Sebuah karya sastra dapat membangkitkan daya kreativitas serta imajinasi siswa. Rangsangan dari sebuah karya sastra mengedepankan sebuah kesadaran kreativitas di dalam diri siswa yang akan dibutuhkan oleh cabang ilmu apa pun yang akan dikehendaki. Pengajaran sastra di sekolah menengah pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra yang berharga sehingga merasa

3 terdorong dan tertarik untuk membacanya. Dengan membaca karya sastra diharapkan para siswa memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-nilai, dan mendapatkan ide-ide baru (Semi, 1990:152-153). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok pengajaran sastra adalah mencapai kemampuan apresiasi kreatif. Apresiasi kretif menurut J. Grace (dalam Semi 1990:153) adalah berupa respons sastra. Respons ini menyangkut aspek kegiatan, terutama berupa perasaan, imajinasi, dan daya kritis. Dengan memiliki respons sastra siswa diharapkan mempunyai bekal untuk mampu merespons kehidupan ini secara imajinatif, karena sastra itu sendiri muncul dari pengolahan tentang kehidupan ini secara artistik dan imajinatif dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Tumbuhnya kesadaran siswa akan pentingnya mengapresiasi sastra akan mendorong mereka pada kemampuan melihat permasalahan secara objektif, membentuk karakter, merumuskan watak dan kepribadian. Pendeknya, bila salah satu tujuan pendidikan adalah meningkatkan kualitas kemampuan seseorang, maka tidak bisa tidak, pengajaran sastra mesti diletakkan sama pentingnya dengan pengajaran lainnya. Terlepas dari uraian tentang pembelajaran sastra di atas, pada realitasnya, pembelajaran sastra masih menghadapi banyak kendala. Suryono, salah seorang guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 6 Nganjuk (Jakarta, Kompas, Rabu, 15 September 2004) dalam www.google.com mengungkapkan kebanyakan guru Bahasa Indonesia minim dalam penguasaan model-model pembelajaran terutama dalam hal praktik. Padahal, materi-materi yang perlu dipraktikkan membutuhkan

4 metode pembelajaran yang atraktif. Fenomena serupa terjadi pada SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 18 Maret 2009 pada guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia diketahui bahwa pembelajaran menulis cerpen seolah menjadi momok bagi siswa. Guru kesulitan untuk mencari cara agar siswa belajar secara aktif dan kreatif, guru lebih banyak memberikan teori tentang unsur intrinsik cerpen dan belum berani menugaskan siswa untuk menulis cerpen. Guru hanya menugaskan siswa yang berminat menulis cerpen yang akan dimasukkan ke majalah dinding atau majalah bulanan sekolah. Dari pihak siswa diketahui bahwa kesulitan siswa dalam menulis cerpen disebabkan oleh tidak adanya ide. Enam siswa menyatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang mesti mereka tulis. Lima siswa yang lain mengungkapkan bahwa mereka sudah memiliki ide, tetapi tidak tahu cara menuangkannya dalam sebuah karangan. Di samping itu, mereka merasa tidak bebas karena terbatasnya waktu menulis yang diberikan (wawancara, tanggal 18 Maret 2009 di SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR). Untuk menyingkapi permasalahan tersebut diperlukan satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen. Diharapkan dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran, hasil pembelajaran berupa keterampilan menulis cerpen siswa pun meningkat. Pemetaan pikiran atau biasa dikenal dengan istilah mind mapping adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Berakar dari kesulitan

5 siswa dalam memahami dan menerapkan unsur instrinsik dalam cerpen yang dibuatnya serta kesulitan dalam mengembangkan ide cerita dipilihlah model pemetaan pikiran (mind mapping). Model yang dipopulerkan oleh Tony Buzan ini merupakan model yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis ( Sugiyanto, 2007: 41). Dalam model pemetaan pikiran (mind mapping) tersebut, pertama-tama siswa menuliskan satu kata kunci dari tema yang dipilih di tengah kertas. Tema tersebut kemudian dijabarkan dalam ranting-ranting berupa unsur cerpen yang meliputi alur, penokohan, watak, setting, sudut pandang serta ending cerita yang telah dipilih. Pada dasarnya, dengan model ini, siswa dituntun untuk membuat perencanaan sebelum menulis cerpen. Bila dalam perencanaan tulisan sering dikenal dengan pembuatan kerangka karangan, dalam pemetaan pikiran kerangka karangan tersebut berupa kata kunci yang dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan. Selain lebih menarik, kelebihan lain dari peta pikiran ini adalah siswa dapat menambahkan kata kunci di mana pun jika di tengah kegiatan menulis ia mendapatkan ide baru. Pemetaan pikiran tersebut dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya. Dengan demikian, dalam model ini, siswa dibebaskan untuk menulis apa pun sesuai dengan keinginan serta kreativitas. Di samping itu, simbol serta gambar berwarna yang digunakan berpotensi mengoptimalkan fungsi kerja otak kanan yang memacu kreativitas serta imajinasi sehingga diharapkan siswa tidak kehabisan ide dalam menulis cerpen. Implikasi dari uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah perlu diterapkannya model pemetaan pikiran (mind mapping ) sebagai upaya

6 meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X Ak 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan model pembelajaran mind mapping pada siswa kelas X Ak 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR? 2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran mind mapping untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X Ak 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk. 1. Mendiskripsikan peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan model pembelajaran mind mapping pada siswa kelas X Ak 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR. 2. Mengetahui peningkatan kamampuan menulis cerpen dengan penerapan model pembelajaran mind mapping pada siswa kelas X Ak 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR. D. Indikator Keberhasilan Penelitian ini akan berhasil apabila memenuhi indikator. 1. Adanya peningkatan pada kualitas pembelajaran yang meliputi keaktifan, motivasi dan minat, serta perhatian dan kosentrasi siswa pada pembelajaran menulis cerpen dengan model pembelajaran mind mapping

7 pada tiap siklus. 2. Dalam pembelajaran menulis cerpen dengan model mind maping nilai rata-rata siswa telah mencapai ketuntasan belajar. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pembelajaran sastra khusunya pada aspek model alternatif pembelajaran menulis cerpen. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Pembelajaran menulis cerpen lebih bermakna. Melatih siswa untuk berpikir imajinatif dan kretif. Meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. b. Bagi Guru Meningkatkan kinerja guru. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif kreatif. Mengatasi permasalahan pembelajaran menulis cerpen yang dialami oleh guru. c. Bagi Peneliti Mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti. Mengaplikasikan teori yan telah diperoleh.