PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar sampai pendidikan menengah,bahkan hingga perguruan tinggi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memperjelas suatu keadaan atau masalah. saat kita berada di rumah, di sekolah, di pasar, dan dilain tempat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 4 SMP NEGERI 17 PEKANBARU

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari tidak dipungkiri selalu digunakan aplikasi matematika. Saat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

PEMBELAJARAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA

Transkripsi:

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU RODIAH Kepala Sekolah SD Negeri 008 Bumi Ayu Dumai email: rodiah.dumai@gmail.com ABSTRAK Rendahnya hasil belajar siswa secara umum dikarenakan motivasi siswa dalam belajar masih rendah. belajar yang baik diperlukan proses dan motivasi yang baik karena tanpa motivasi yang baik, maka hasil belajar maksimal tidak tercapai. Dengan kata lain, intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Dari analisis tindakan yang dilakukan dengan menggunakan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 008 Bumi Ayu mengalami peningkatan setelah dilaksanakan strategi pembelajaran otentik. Untuk setiap indikator juga terdapat peningkatan, indikator tersebut adalah minat terhadap persoalan matematika, tekun menghadapi tugas, percaya diri dan kompetisi atau persaingan. Secara pengalaman langsung juga terjadi peningkatan motivasi siswa belajar matematika. Hal ini ditandai dengan keinginan siswa untuk belajar tidak dipaksa lagi tetapi sudah mulai dari kesadaran masing-masing individu. Kata kunci : Pembelajaran Otentik, Motivasi Belajar, Mata Pelajaran Matematika PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terlihat dalam penerapan matematika pada disiplin ilmu yang lain dalam aplikasinya pada perkembangan teknologi. Soedjadi (1994) mengemukakan bahwa salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam penguasaan sains dan teknologi adalah matematika, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya. Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai oleh segenap warga Indonesia. Pentingnya penguasaan terhadap matematika memberikan andil bagi pencapaian tujuan pendidikan secara umum yaitu manusia yang mau berpikir logis, cermat, sistematika serta bersifat objektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan. Dalam mengajarkan matematika di sekolah, perlu diperhatikan pendekatan pembelajaran yang digunakan dan kualitas pembelajaran yang memadai, yaitu pendekatan pembelajaran yang diarahkan untuk membantu siswa menggunakan daya intelektualnya dalam belajar. Kesungguhan dalam belajar sangat tergantung pada motivasi, sebagaimana dinyatakan Hudojo (1990) bahwa jika siswa mempunyai motivasi belajar matematika, maka ia akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih dalam dan mudah dapat mencapai tujuan belajar matematika. Hal ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan, yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Depdiknas,2006) Selanjutnya berbicara tentang matematika maka selamanya tidak akan terlepas dari kemauan dan minat siswa terhadap matematika. Dengan kata lain, motivasi merupakan salah satu faktor tertentu yang ikut andil dalam keberhasilan belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa yang sering dibicarakan baik memalui forum resmi maupun tidak resmi menunjukkan bahwa secara umum motivasi siswa dalam belajar masih rendah. EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 131

Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudirman (2003), menyatakan bahwa belajar yang baik diperlukan proses dan motivasi yang baik karena tanpa motivasi yang baik, maka hasil belajar maksimal tidak tercapai. Dengan kata lain, intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Memahami pentingnya siswa untuk memiliki motivasi belajar, maka guru sebagai pengelolah pembelajaran harus mampu menciptakan suasana / iklim belajar yang menyenangkan bagi siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang di kelolah guru memberikan kesempatan bagi siswa merasa senang dan tidak cepat bosan serta terdorong untuk belajar lebih baik. Berkaitan dengan proses pembelajaran matematika khususnya pada materi pokok himpunan berdasarkan pengalaman penelitian sebagai guru matematika di kelas pada saat kegiatan belajar berlangsung masih banyak siswa yang kurang berkonsentrasi dalam belajar, melamun (cenderung pasif), membicarakan sesuatu diluar kegiatan belajar pada saat proses pembelajaran berlangsung, kurang tekun dalam mengerjakan latihan serta kurangnya keinginan untuk bersaing diantara siswa. Hal ini untuk menunjukan bahwa motivasi siswa dalam belajar matematika belum optimal. Menyadari pentingnya motivasi dan masih rendahnya motivasi siswa kelas VI SD Negeri 008 Bumi Ayu, maka perlu suatu perbaikan dalam pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Selanjutnya, mengingat salah satu penyebab rendahnya motivasi belajar siswa dalam belajar disebabkan ketidaktahuan siswa akan materi yang mereka pelajari serta ketidakmampuan siswa melihat hubungan nyata antara apa yang mereka pelajari dengan dunia nyata yang mereka alami, maka saya telah menerapkan strategi pembelajaran otentik. Penerapan strategi pembelajaran ini mengenalkan siswa ke dunia nyata yang ada disekitar dari materi yang dipelajarinya. Dengan cara demikian siswa tidak hanya belajar konsep, prinsip atau menemukan rumus tetapi mereka diberikan kesempatan secara langsung melihat / merasakan ketertarikan antara materi yang dipelajari dengan nyata. Dengan kondisi belajar yang demikian, diharapkan pada gilirannya akan membawa siswa baik secara individu maupun secara kelompok untuk mengkonstruksi pengalaman belajarnya dengan mengetahui apa yang dipelajari dan manfaat materi yang dipelajari, sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika. Proses pembelajaran sangat terkait dengan interaksi yang diciptakan oleh guru dan siswa. Dengan kata lain, yang lebih berkualitas akan menciptakan proses pembelajaran yang lebih baik. Selanjutnya, interaksi yang direncanakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap motivasi siswa dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik interaksi yang diciptakan oleh guru dalam proses pembelajaran semakin terbuka kemungkinan motivasi siswa dalam belajar lebih baik. Membicarakan tentang motivasi, banyak pakar pendidikan memberikan definisi berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Winkel (1997) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan. Hakim (1992) mendefinisikan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan. Selanjutnya, Nasution (1995) menyatakan bahwa kekuatan pendorong yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan disebut dengan motif. Sedangkan motivasi adalah daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. Dimyati (1994) mengemukakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Kemudian Mc. Donald yang dikutip Sardiman (2003) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan. Paradigma pendidikan di Indonesia dewasa ini berubah seiring dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) yaitu pergeseran paradigma dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input oriented education) ke pendekatan berorientasi (outcome based education). Penilaian yang dikembangkan dalam strategi ini adalah otentik (Authentic Assessment) yang berpatokan pada prinsip-prinsip : 1. Proses penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran 2. Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata 3. Penilaian menggunakan berbagai ukuran, 132 EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015

metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. 4. Penilaian bersifat holistic, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam pelaksanaannya strategi pembelajaran otentik harus memperhatikan ciriciri dari siswa dan guru. Berkaitan dengan ini siswa diharapkan mampu menunjukkan cara berpikir tingkat tinggi, mengembangkan pemahaman dan menerapkan hasil belajar di kelas pada masalah nyata, dan memikul tanggung jawab atas proses dan hasil pembelajarannya serta memanfaatkan peluang-peluang belajar yang diciptakan oleh guru. Metode Penelitian Mengacu pada komponen-komponen pembelajaran otentik, maka perlu di setting langkah-langkah pembelajaran yang menunjukkan terintegrasikannya semua komponen pembelajaran otentik dengan tepat. Sehubungan dengan itu, maka langkah-langkah pembelajaran yang ditetapkan dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut : Kegiatan Awal Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Sehubungan dengan ini maka kegiatan utama guru adalah memotivasi siswa untuk belajar dan menghubungkan kemampuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang ada dipelajari serta menginformasikan kegunaan materi yang dipelajari siswa. Teknik yang dapat ditempuh guru untuk merealisasikan kegiatan diatas adalah dengan menghubungkan apa yang dipelajari siswa dengan pengalaman pribadi siswa atau kondisi nyata yang dialami siswa dilingkungannya yang sering disebut dengan dunia luar kelas (connectedness to the world beyond the classroom). Kegiatan Inti Kegiatan inti pembelajaran pada tahap ini dibagi atas dua fase, yakni fase pengembangan dan fase penerapan. Dalam fase pengembangan, siswa akan mendapatkan sejumlah informasi tentang pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari siswa. Sehubungan dengan itu guru perlu menerapkan materi atau pengetahuan (debth of knowledge) yang perlu dipelajari siswa dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk memahami argumentasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajarinya. Selanjutnya agar proses pembelajaran lebih terfokus pada siswa harus diberdayakan untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Untuk itu guru perlu merencankan pembelajaran dimana siswa dapat berinteraksi secara optimal baik interaksi antara siswa dengan siswa maupun interaksi antara siswa dengan sarana belajar serta guru. Dengan kata lain guru perlu menciptakan iklim pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya percakapan yang substantif (substantive conversation) baik interaksi antara siswa dengan guru. Untuk merealisasikan hal ini maka tahap pengembangan ini siswa belajar dalam tahap pengembangan ini siswa belajar dalam bentuk berkelompok (teman sebangku) dengan menggunakan lembar kerja siswa sebagai sarana belajar. Diakhir setiap fase pengembangan ini, guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi kelas yang bertujuan untuk mengembangkan wawasan siswa tentang apa yang dipelajarinya. Fase kedua pada tahap kegiatan ini adalah menerapkan pengetahuan yang diperoleh kedalam masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari siswa. Tentu dalam hal ini siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi (higher order thinkig) dalam arti kata siswa dapat menyelesaikan soal-soal dalam latihan yang ada di setiap lembar kerja siswa (LKS) Kegiatan Akhir Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan keikut sertaannya secara aktif dalam pembelajaran serta kemajuan (prestasi) yang dicapai siswa untuk mendapat perhatian guru. Sehubungan dengan itu, guru perlu memberikan penguatan sosial (social support for student achievement). Memperlihatkan karakteristik pembelajaran yang telah diterapkan maka perlu disiapkan instrumen penelitian yang diterapkan. Instrumen yang dimaksud adalah perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data penelitian. Adapun perangkat pembelajaran yang diperlukan terdiri dari silabus dan sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS). Sedangkan instrumen pengumpulan data yang diperlukan adalah angket. Selanjutnya mengingat penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang pada hakikatnya adanya siklus perbaikan terhadap pembelajaran maka diperlukan lembar pengamatan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengambil aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk melihat kesesuaian tuntutan aktivitas guru dan siswa yang EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 133

diterapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi aktivitas yang terjadi didalam kelas. Disamping itu, sebagai bahan rujukan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran maka teknik pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran juga perlu dikumpulkan. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan pengamatan terbuka sebagaimana yang dikemukakan diatas, bahwa data utama yang dikumpulkan adalah motivasi belajar siswa. Untuk mengumpulkan data ini perlu disusun angket motivasi dalam bentuk pernyataan yang mengacu pada indikator-indikator yang telah ditetapkan. Adapun pernyataan yang akan disusun dibagi atas dua kategori yakni pernyataan positif dan negatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis dilakukan dua bentuk, yaitu analisis skor angket motivasi belajar matematika pada setiap indikator untuk dua siklus dan analisis skor angket motivasi belajar matematika siswa pada seluruh indikator untuk siklus pertama dan siklus kedua. Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, di olah sesuai dengan teknik analisa data pada BAB III. Hasil analisa data merupakan jawaban untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Dari hasil perhitungan diperoleh Z = 2.50, selanjutnya dari tabel distribusi normal dengan Z = 2.50 diperoleh P = 0.01 < á = 0.05, berdasarkan kriteria pengujian maka H 0 ditolak atau H 1 diterima. Ini berarti skor motivasi siklus siswa kedua meningkat. Jika kita perhatikan hasil analisis data motivasi belajar siswa pada siklus pertama yang disimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi siswa setelah pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada akhir siklus pertama lebih baik di bandingkan pada awal pembelajaran. Kesimpulan yang sama juga diperoleh dari analisis data motivasi belajar siswa pada siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada akhir siklus kedua lebih baik dibandingkan pada awal siklus kedua atau akhir siklus pertama. Berdasarkan kedua pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada akhir siklus kedua atau diakhir kegiatan pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan awal pembelajaran (diawal siklus pertama). Pernyataan ini, diperbuat dengan fakta bahwa semua tanda perkembangan skor motivasi siswa diakhir pembelajaran (diakhir siklus kedua) bertanda plus (+). Artinya semua skor motivasi siswa diakhir pembelajaran lebih tinggi dibandingkan diawal pembelajaran. Sesuai dengan teknik analisa data pada BAB III, pengolaan data juga dapat dilakukan untuk semua indikator. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Data motivasi belajar matematika siswa untuk setiap indikator pada siklus I Indikator X N Z P α H 0 H 1 Kesimpulan 1 22 28 2.830 0.002 0.05 Ditolak Diterima Meningkat 2 20 27 2.01 0.01 0.05 Ditolak Diterima Meningkat 3 20 26 2.55 0.01 0.05 Ditolak Diterima Meningkat 4 21 30 2.31 0.02 0.05 Ditolak Diterima Meningkat Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada siklus pertama, skor motivasi siswa untuk semua indikator meningkat. Begitu juga dengan skor motivasi siswa untuk siklus kedua, juga terdapat peningkatan seperti pada tabel berikut. Tabel 2. Data motivasi belajar matematika siswa untuk setiap indikator pada siklus II Indikator X N Z P α H 0 H 1 Kesimpulan 1 18 24 2.25 0.012 0.05 Ditolak Diterima Meningkat 2 18 25 2.00 0.02 0.05 Ditolak Diterima Meningkat 3 17 25 2.00 0.02 0.05 Ditolak Diterima Meningkat 4 19 26 2.16 0.02 0.05 Ditolak Diterima Meningkat 134 EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015

Analisis hasil tindakan pada setiap indikator untuk sikus I dan siklus II adalah sebagai berikut : 1. Minat Terhadap Persoalan Matematika Dari analisis hasil tindakan tentang indikator ini dinyatakan H 0 diterima dengan á = 0.05. Ini berarti minat siswa setelah mengikuti model pembelajaran otentik dapat meningkat minat siswa terhadap persoalan matematika. 2. Tekun Menghadapi Tugas Dari analisis tindakan tentang indikator ini dinyatakan H 0 diterima dengan á = 0.05. Ini berarti ketekunan siswa menghadapi tugas sesudah mengikuti strategi pembelajaran otentik lebih baik dari sebelumnya baik dari siklus pertama maupun siklus kedua. Oleh karena itu dapat disimpulkan penempatan strategi pembelajaran otentik dapat meningkatkan ketekunan siswa menghadapi tugas. 3. Memiliki Kepercayaan Diri Dari analisis hasil tindakan tentang indikator ini dinyatakan H 0 diterima dengan á = 0.05. Ini berarti kepercayaan diri siswa sesudah mengikuti strategi pembelajaran otentik lebih baik dari pada sebelumnya baik dari siklus pertama maupun siklus kedua. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran otentik dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar matematika. 4. Kompetisi / Bersaing Dari analisis hasil tindakan tentang indikator ini dinyatakan H 0 diterima dengan á = 0.05. Ini berarti kepercayaan diri siswa sesudah mengikuti strategi pembelajaran otentik lebih baik dari pada sebelumnya baik dari siklus pertama maupun siklus kedua. Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran otentik dapat meningkatkan persaingan antar sesama siswa dalam belajar matematika. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data skor angket motivasi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar matematika siswa setelah mengikuti strategi pembelajaran otentik. Adapun indikator tersebut adalah minat terhadap persoalan matematika, tekun menghadapi tugas, percaya diri dan kompetisi / persaingan. Berdasarkan data kualitatif tentang aktivitas siswa dan guru dari lembar pengalaman tidak terlihat peningkatan motivasi belajar matematika siswa pada setiap indikator yaitu minat terhadap matematika, tekun menghadapi tugas, memiliki kepercayaan diri dan bersaing atau kompetisi. Namun secara umum menunjukkan motivasi belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari semakin aktifnya siswa dari setiap pertemuan. Semakin aktifnya siswa, berarti siswa menunjukkan minatnya terhadap persoalan matematika dan mau belajar serius dan merupakan deskripsi prilaku dari indikator minat persoalan matematika. Selain itu percaya diri siswa semakin meningkat, hal ini terlihat dari perkembangan setiap pertemuan siswa semakin mau memberikan tanggapannya dan mempertahankan perdapat disaat persentasi. Adanya kompetisi antar sesama siswa juga semakin berkembang, terlihat dari persaingan siswa untuk tampil persentasi. Pelaksanaan strategi pembelajaran otentik terlaksana dengan baik. Tidak ada langkah yang ada di RPP terlewatkan dalam pelaksanaannya. Hanya saja pada saat materi notasi pembentukan himpunan, notasi irisan, gabungan, elemen, selisih dan komplemen dari suatu himpunan dituliskan oleh peneliti, namun secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik. Kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak semua materi dapat dilaksanakan dengan strategi pembelajaran otentik. Materi-materi yang dapat dipelajari dengan strategi pembelajaran otentik ini adalah materi yang bisa dikaitkan dengan kehidupan nyata seperti materi perbandingan. SIMPULAN Dari analisis tindakan yang dilakukan dengan menggunakan á = 0.05 dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 008 Bumi Ayu mengalami peningkatan setelah dilaksanakan strategi pembelajaran otentik. Untuk setiap indikator juga terdapat peningkatan, indikator tersebut adalah minat terhadap persoalan matematika, tekun menghadapi tugas, percaya diri dan kompetisi / persaingan. Secara pengalaman langsung juga terjadi peningkatan motivasi siswa belajar matematika. Hal ini ditandai dengan keinginan siswa untuk belajar tidak dipaksa lagi tetapi sudah mulai dari kesadaran masing-masing individu. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran, Depdiknas, Jakarta. Dimyati, dkk (1994) Belajar dan Pembelajaran, Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta. EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 135

Hakim, 1992. Belajar Mengajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hudojo Herman, 1990. Strategi Belajar Mengajar, IKIP, Malang. Nasution, K. 1995, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta. Sardiman, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Radja Grafindo Persada, Jakarta. Soedjadi, 1994. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Makalah IKIP Surabaya. Winkel, 1997. Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta. 136 EDUCHILD Vol. 4 No. 2 Tahun 2015