BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

DASAR DASAR KESEHATAN KERJA

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjadikan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

PENERAPAN KEBIJAKAN MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA DI DALAM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

Dasar Manajemen Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan berkeadilan. Sedangkan misinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan perusahaan, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

SUMBER DAYA MANUSIA DAN DESAIN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi. pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENGARUH KOMUNIKASI, KONDISI FISIK TEMPAT KERJA, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN WONOGIRI PADA TAHUN 2009

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Pungvongsanuraks et al., (2014). Dalam penelitiannya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia dilingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak sedikitnya jumlah penduduk serta unsur unsur yang berkaitan dengan jumlah dalam batas tertentu merupakan potensi dalam bidang pembangunan. Bangsa yang sedang membangun melalui pembangunan nasional yang berusaha meningkatkan hasilnya di segala bidang kehidupan. Pembangunan nasional akan lebih bermakna sejauh pembangunan itu mampu mewujudkan tujuan hakiki kebudayaan. Sumber daya manusia sebagai pendukung pembangunan adalah perilaku produktif dari manusia dalam bentuk tindakan nyata, sikap dan fikiran dalam menghadapi hari depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pembangunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembangunan suatu wilayah atau negara perlu diketahui keadaan sumber daya manusia yang ada diwilayah tersebut. Semakin lengkap dan tepat data mengenai sumber daya manusia yang tersedia, semakin mudah dan tepat pula perencanaan pembangunan. Ukuran (measurement) adalah kunci sukses kegiatan Sumber Daya Manusia (Mathis dan Jackson, 2001:105) 9

B. Pengertian Kinerja Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2001:378) Kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Standar kinerja (performance standards) mendefinisikan tingkat yang diharapkan dari kinerja, dan merupakana pembanding kinerja (benchmark), atau tujuan, atau target. Standar kinerja yang realistis, dapat diukur, dipahami dengan jelas, akan bermanfaat baik bagi organisasi maupun karyawannya. C. Keselamatan dan Kesehatan kerja 1. Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahkan dan proses pengelolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta tata cara melakukan pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka,2008:4). Keselamatan kerja merupakan faktar yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat atau kematian. 2. Kesehatan Kerja Tawaka (2008:22) mengartikan Kesehatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan/kedokteran yang mempelajari bagaimana melekukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitative, terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja 10

memperoleh derajat kesehatan yang setingi-tinggi nya baik fisik, mental maupun sosial D. Penyebab Kecelakaan Kerja Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai factor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi. Menurut Tawaka (2008:7) penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Sebeb Dasar atau Asal Mula. Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industry antara lain meliputi faktor : a. Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya. b. Manusia atau para pekerjannya sendiri. c. Kondisi tempat kerja, sasaran kerja dan lingkungan kerja 2. Sebab Utama Sebab utama dari kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja meliputi factor : a. Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (Unsafe Actions) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin dilator belakangi oleh berbagai sebab antara lain : 11

1) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan. 2) Ketidak mampuan untuk bekerja secara normal. 3) Ketidak fungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak. 4) Kelelahan dan kejenuhan. 5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman. 6) Kebingungan dan stress karena prosedur kerja yang baru belum dapat dipahami. 7) Belum menguasai atau belum terampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru. 8) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan. 9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja. 10) Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja. 11) Kurang adanya kepuasan kerja. 12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri. b. Faktor Lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe Conditions) yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan atau tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan, dan system kerja. Lingkungan dalam arti luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesame pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi. 12

c. Interaksi Manusia dan Sasaran Pendukung Kerja. Interaksi manusia dan sasaran pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja.dengan demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desian sistem kerja. E. Penyakit Akibat Kerja 1. Faktor dan potensi bahaya penyebab penyakit akibat kerja. Setiap tempat kerja selalu mengundang berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Pengenalan potensi bahaya ditempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya upaya pengendalian potensi bahaya dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : a. Faktor Teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri. 13

b. Faktor Lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi. c. Faktor Manusia. Dimana manusia merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima, baik fisik maupun psikis. Selanjutnya untuk lebih mempermudah pemahaman tentang adanya potensi bahaya tersebut, menurut Tawaka (2008:25) potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut : a. Potensi bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan dingin), intensitas penerangan kurang memadai, getaran, dan radiasi. b. Potensi bahaya kimia yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengarui tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui jalan pernafasan), ingestion (melalui mulut ke kesaluran percenaan) atau skin contact (melalui kulit). c. Potensi bahaya biologis yaitu potensi bahaya yang ditimbulkan oleh kuman kuman penyakit yang terdapat diudara, yang bersumber dari tenaga kerja yang menderita penyakit - penyakit 14

tertentu, missal : TBC, Hipatitis, Aids, ataupun yang berasal dari bahan bahan yang digunakan dalam proses produksi. d. Potensi bahaya fisiologis yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin. e. Potensi bahaya Psiko-sosial yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek aspek psikologi ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapat perhatian seperti: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai. Kesemuannya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja. f. Potensi bahaya dari proses produksi yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat tergantung dari bahan dan peralatan yang dipakai. 2. Pengaruh potensi bahaya tehadap tenaga kerja Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan kerja dalam waktu tertentu, akan mengalami gangguan gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis, sesuai dengan jenis dan besarnya 15

potensi bahaya yang ada, atau dengan kata lain akan timbul penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja akan timbul apabila potensi bahaya yang memapari tenaga kerja berada dalam waktu dan kadar yang melebihi ambang batas yang diperkenankan. Tergantung pada jenis dan bentuk potensi bahaya yang ada, maka dikenal berbagai pengaruh potensi bahaya terhadap kesehatan tenaga kerja, seperti : a. Secara Fisik Potensi bahaya fisik yang akan menyebabkan gangguan gangguan atau kerusakan pada bagian tubuh tertentu, misalnya : 1) Kebisingan yang melebihi nilai ambang batas, bisa menyebabkan kerusakan pada telinga sehingga timbul ketulian yang bersifat sementara maupun tetap setelah terpapar untuk jangka waktu tertentu dan tanpa proteksi yang memadai. 2) Iklim kerja yang terlalu panas, bias menyebabkan meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui keringat sehingga bias terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat. 3) Getaran yang kuat dan terus menerus bias menyebabkan gangguan atau kerusakan pada otot, tulang dan saraf. 4) Penerangan yang tidak baik (kurang terang, silau) bisa menyebabkan kerusakan dan kelelahan pada mata. 5) Radiasi yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan jaringan tubuh, dan bila berlangsung untuk waktu 16

yang lama dan terus menerus bisa menyebabkan timbulnya kanker. 6) Pelaksanaan pekerjaan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan norma norma ergonomi, bisa menyebabkan kelelahan dengan segala akibatnya, gangguan muskuloskeletal dan bila berlangsung terus menerus untuk waktu yang lama bisa timbul perubahan bentuk tubuh. b. Secara Psikis Adanya potensi bahaya lingkungan kerja yang mempengaruhi tenaga kerja secara psikologis yang menyebabkan rasa tidak aman dan rasa takut dalam melaksanakan pekerjaannya. Keadaan seperti ini menyebabkan penurunan produktivitas kerja, juga akan menyebabkan gangguan psikologis bagi tenaga kerja, misalnya dengan terjadinya konflik dalam diri tenaga kerja yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan timbulnya stress kerja, baik perorangan ataupun kelompok. Hubungan antara manusia di dalam suatu organisasi kerja sangat menentukan keberhasilan tenaga kerja dalam melakukan tugasnnya sehingga perlu dibina dan ditingkatkan, untuk menciptakan suatu ketenangan bekerja dan berusaha di dalam tempat kerja. c. Secara Lokal Potensi bahaya yang mengenai bagian bagian tubuh tertentu akan menyebabkan gangguan atau perubahan pada bagian tersebut. 17

Misalnya : gangguan paru akibat inhalasi debu yang ada dalam udara, sesak nafas sebagai akibat dari inhalasi bahan bahan yang bersifat asfiksian. d. Secara Sistemik Di mana bahaya potensi yang ada akan masuk kedalam aliran darah dan akan menyebabkan kerusakan jaringan atau organ tubuh bagian dalam, sehingga terjadi gangguan kesehatan secara umum misalnya : bahan kimia beracun, bahan dalam bentuk gas, uap, kuman kuman penyakit yang terdapat di udara, bisa masuk kedalam aliran darah tubuh melaluisaluran pernafasan maupun pencernaan, dan bisa menyebabkan gangguan atau perubahan pada bagian organ tubuh sehingga terjadi gejala gejala secara umum. e. Secara Khusus Beberapa jenis bahan berbahaya dapat menyebabkan gangguan khusus pada bagian tubuh tertentu, seperti merusak saraf, merusak jaringan otak, menyebabkan kelainan darah (pembentukan dan pematangan sel sel darah). F. Evaluasi Kinerja Keselamatan Kerja Untuk membandingkan periode kinerja keselamatan kerja satu dengan yang lainnya dan juga untuk mengevaluasi pengaruh program keselamatan kerja tertentu dalam suatu perusahaan atau unit usaha, mungkin dapat digunakan beberapa indek keselamatan kerja. Menurut Tarwaka (2008:19) Pengukuran secara tradisional meliputi: Tingkat Kekerapan Kecelakaan, Tingkat Keparahan Kecelakaan, dan 18

Rerata Hari kerja Hilang di samping pengukuran Tingkat Insiden. Pengukuran - pengukuran tersebut tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi satu unit kinerja keselamatan untuk suatu periode waktu tertentu, tetapi juga dapat digunakan untuk membandingkan antar perusahaan lain yang sejenis. Pengukuran kinerja keselamatan kerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tingkat Kekerapan. Pengukuran ini digunakan untuk menghitung tingkat kekerapan kecelakaan atau cidera yang mengakibatkan cacat sehingga tidak mampu bekerja pada interval waktu tertentu (biasan untuk suatu periode nya untuk periode 1 tahun), yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Jumlah Kecelakaan x 1.000.000 Tingkat Kekerapan Kecelakaan = Jumlah Jam Kerja Pekerja Rumus tersebut digunakan untuk menghitung angka kekerapan atau frekuensi kecelakaan untuk suatu periode per juta jam kerja pekerja. Jadi, jika di perusahaan terjadi 25 kejadian kecelakaan dalam 1 tahun untuk 1.500.000 jam kerja pekerja, maka angka tingkat kekerapan kecelakaan adalah 25 x 1.000.000 / 1.500.000 = 16,67 per juta jam kerja pekerja. 2. Tingkat Keparahan Tingkat Keparahan kecelakaan berhubungan dengan hari kerja yang dihitung berdasarkan jumlah jam kerja selama periode 1 tahun dan 19

diekspresikan dalam unit juta jam kerja, selanjutnya dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : Tingkat Keparahan Cidera = Total Hari Kerja Hilang x 1.000.000 Jumlah Jam Kerja Pekerja Diasumsikan bahwa dalam perusahaan terjadi kasus kecelakaan yang mengakibatkan cidera cacat sebanyak 38 buah dalam 1 tahun. Total hari kerja hilang karena insiden tersebut adalah sebanyak 19.000 hari kerja. Sedangkan jumlah jam kerja pekerja keseluruhan adalah 2.000.000 jam kerja pekerja, maka tingkat keparahan kecelakaan pada perusahaan tersebut adalah 19.000 x 1.000.000 / 2.000.000 = 9.500 hari kerja. 3. Rerata Hari Kerja Hilang Pengukuran ini digunakan untuk menghitung tingkat keparahan untuk masing masing cidera dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Total Hari Kerja Hilang Rerata Hari Kerja Hilang = Jumlah Cidera Cacat Atau Tingkat Keparahan Cidera Rerata Hari Kerja Hilang = Tingkat Kekerapan Cidera 20

Diasumsikan bahwa total hari kerja hilang pada perusahaan untuk 20 kasus cidera adalah sebanyak 1.000 hari kerja, maka rerata hari kerja hilang adalah 1.000 / 20 = 50 hari per cidera. 4. Tingkat Insiden Pengukuran ini dihitung berdasarkan pada 200.000 jam kerja pekerja (senilai dengan 100 pekerja yang bekerja selama 40 jam seminggu untuk 50 minggu dalam 1 tahun). Pengukuran ini tidak hanya digunakan untuk menghitung cidera cacat yang tidak mampu bekerja, tetapi juga dapat digunakan untuk kasus Nondisabling Injury yang menyebabkan sakit akibat kerja, pindah kepekerjaan lain, perawatan kesehatan, pemberhentian kerja dari pekerjaannya. Pengukuran tingkat insiden dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : Jumlah Cidera dan Sakit x 200.000 Tingkat Insiden = Jumlah Jam Kerja Pekerja Atau Jumlah Hari Kerja Hilang x 200.000 Tingkat Insiden = Jumlah Jam Kerja Pekerja Diasumsikan bahwa pada suatu unit usaha terdapat sebanyak 16 kasus cidera dan sakit akibat kerja dalam 1 tahun dari total 800.000 jam kerja pekerja. Maka tingkat kekerapan insiden cidera cacat pada unit kerja tersebut adalah 16 x 200.000 / 800.000 = 4 per 200.000 jam kerja pekerja. 21

G. Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berbagai peraturan perundang-undangan telah diterbitkan dalam upaya pembinaan masyarakat pekerja, khususnya dalam bidang keselamatan kerja, antara lain: 1. Undang - undang dasar 1945 Setiap Warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan a. Layak bagi kemanusiaan manusiawi. b. Manisiawi kondisi kerja selamat dan sehat. 2. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja a. Keselamatan Kerja yang diatur dalam undang undang ini mencangkup semua tempat kerja. b. Syarat keselamatan kerja wajib dipatuhi untuk mengendalikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 3. Undang undang No 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok tentang ketenagakerjaan setiap tenaga kerja mendapat perlindungan atas : a. Keselamatan b. Kesehatan c. Kesusilaan d. Pemeliharaan moral kerja e. Perlakuan sesuai martabat manusia dan f. Moral agama 4. Undang undang No 1 tahun 1970 memuat aturan aturan dasar dan ketentuan ketentuan umum sebagai berikut : 22

a. Pasal 2 dan pasal 3, menyatakan bahwa setiap tempat kerja harus memenuhi syarat syarat keselamatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan b. Pasal 8, mewajibkan kepada pengurus untuk memeriksakan kesehatan tenaga kerja sesuai peraturan perundangan. c. Pasal 9, mewajibkan kepada pengurus untuk memberikan pembinaan kepada tenaga kerja yang meliputi: penyelenggaraan pelatihan K3, menyediakan alat pelindung diri, melakukan upaya upaya pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan K3 dan pemberian P3K bagi setiap tenaga kerja yang bekerja diperusahaannya. H. Undang undang jaminan sosial tenaga kerja Undang undang No. 3 tahun 1992 tentang jaminan social tenaga kerja (jamsostek) dimasudkan untuk menggantikan undang undang No. 2 tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya undang undang kecelakaan No. 33 tahun 1947 dan peraturan pemerintah No. 33 tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek). Undang undang ini mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 17 Februari 1992, seperti didalam konsidera undang undang bahwa dengan semakin meningkatnya peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional dan semakin meningkatnya penggunaan teknologi di berbagai sektor kegiatan industri dapat mengakibatkan semakin tinggi resiko yang mengancam keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, maka perlu upaya perlindungan tenaga kerja. Pemberian perlindungan tenaga kerja adalah meliputi pada 23

saat tenaga kerja melakukan pekerjaan dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja melalui program jaminan sosial tenaga kerja dengan mekanisme asuransi. 1. Pada pasal 6 (1), dinyatakan bahwa ruang lingkup program jamsostek meliputi: jaminan kecelakaan kerja, kematian, hari tua, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. 2. Daftar penyakit yang timbul karena hubungan kerja diatur di dalam keputusan presiden No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja. 3. Penyelenggaraan program jamsostek diatur dengan peraturan pemerintah No. 14 tahun 1993 meliputi: kepesertaan, iuran, besar dan tata cara pembayaran dan pelayanan jaminan social serta sanksi. Selanjutnya melalui peraturan pemerintah No. 28 tahun 2002 dilakukan perubahan ketiga atas peraturan pemerintah No. 14 tahun 1993, khususnya untuk mengubah ketentuan pasal 22 (1). Mengenai jaminan kematian dan lampiran II huruf A angka 3 mengenai besarnya satuan kematian (lumpsum). 4. Petunjuk teknis kepesertaan dan pelayanan jamsostek diatur di dalam peraturan menteri tenaga kerja No. per-05/men/1993. 24