BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

K3 Konstruksi Bangunan

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

Pembangunan nasional diarahkan menuju terwujudnya masyarakat yang maju, adil, makmur dan mandiri dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I No.KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DITEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT MDM DASAR DASAR K3

BAB V PEMBAHASAN. ANTAM Tbk. GMBU Pongkor hal ini Berdasarkan Undang-undang No 1

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

KUISIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

K3 dan Lingkungan. Pertemuan ke-12

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pengertian (Definisi) Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

A. KRITERIA AUDIT SMK3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

DASAR HUKUM - 1. Peraturan Pelaksanaan. Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan. UU No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

Luwiharsih Komisi Akreditasi RS

K3 KONSTRUKSI BANGUNAN. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV HASIL PENELITIAN

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

SISTEM MANAJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PROGRAM INDUK K3RS( KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ) RUMAH SAKIT TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

: Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor : Kep. 24 /DJPPK/V/2006 Tanggal : 17 Mei 2006

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

#2: KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: PER.05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kecelakaan kerja. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun yang paling

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

I. DATA UMUM. Nama responden : Jenis Kelamin : Umur : Masa Kerja : Pendidikan terakhir : Departemen : II. DATA KHUSUS (PERTANYAAN PENELITIAN)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, Pasal 1 ayat 1). Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, Pasal 1 ayat 2). Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, Pasal 1 ayat 3). Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dan Departemen Tenaga kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja (Undang- Undang No.1 Tahun 1970, Pasal 1 ayat 5) Ahli keselamatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-Undang (Undang-Undang No.1 Tahun 1970, Pasal 1 ayat 6). 6

7 2.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu faktor bagi keberhasilan operasional perusahaan tambang. Untuk mewujudkan pelaksanaan kegiatan pertambangan yang aman, Perseroan telah menetapkan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tanggung jawab semua pihak, sehingga Perseroan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, bebas cedera dan melakukan kegiatan operasional sesuai kaidah yang berlaku (Prasarana Bukit Asam, 2013 hal 262). Sejak Juli 2010 Perseroan telah mengintegrasikan semua sistem operasional yang terkait dengan aspek pengelolaan K3 ke dalam Bukit Asam Management System (BAMS). Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) telah diakreditasi oleh badan independen berbasis Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) 05/men/1996 sejak tahun 2007 dan memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001 : 2007 sejak tahun 2008 (Prasarana Bukit Asam, 2013 hal 262) 2.3 Organisasi Pelaksana K3 Untuk memastikan sistem K3 dijalankan dengan sesuai standar, Perseroan mempunyai Departemen K3L dan Komite K3/Safety Committee/Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang memiliki tugas pokok memberikan saran-saran dan pertimbangan, baik diminta maupun tidak, kepada mitra pengusaha/ pengurus satuan kerja yang bersangkutan mengenai masalahmasalah keselamatan dan kesehatan kerja (Prasarana Bukit Asam, 2013 hal 262). 2.4 Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pertambangan Perseroan secara rutin ikut aktif dalam pelaksanaan pertemuan safety comittee baik dengan unit kerja maupun dengan mitra kerja/ kontraktor penambangan. Biasanya dalam 1 tahun perseroan melakukan rapat tersebut sebanyak 3 sampai 4 kali.

8 Kecelakaan kerja dan kebakaran adalah salah satu bentuk dari resiko yang sering terjadi di perusahaan pertambangan. Perseroan inipun memiliki tim penanggulangan kecelakaan dan kebakaran (TPKK) sebagai salah satu bentuk untuk mengantisipasi dan mengatasi resiko kecelakaan kerja. Tim Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran (TPKK) berada di bawah koordinasi Satuan Kerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Unit Pertambangan Tanjung Enim (Prasarana Bukit Asam, 2013 hal 265). 2.5 Tugas Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kecelakaan atau kejadian yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan, menganalisis kecelakaan, dan pencegahan kecelakaan; b. Mengumpulkan data mengenai daerah-daerah dan kegiatan-kegiatan yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan maksud untuk memberi saran kepada Kepala Teknik Tambang tentang tatacara kerja, alat-alat penambangan, dan penggunaan alat-alat deteksi serta alat-alat pelindung diri; c. Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi, pemutaran film, publikasi, dan lain sebagainya; d. Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota Tim Penyelamat Tambang; e. Menyusun statistik kecelakaan dan f. Melakukan evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Keputusan Menteri 555 Pasal 24, tentang tugas bagian keselamatan dan kesehatan kerja)

9 2.6 Kesehatan Kerja Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pegawai dan keluarga dikelola dalam dua kelompok yaitu kesehatan kerja yang bersifat medis dan kesehatan kerja yang bersifat kesehatan lingkungan kerja. Untuk kesehatan kerja yang bersifat medis, Perseroan memiliki unit RS Bukit Asam yang menangani masalah kesehatan pegawai dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada pegawai untuk mempersiapkan pegawai dengan kesehatan yang prima agar dapat ditempatkan sesuai dengan kondisi kesehatan. Pemeriksaan ini dilakukan berkala minimal 1 tahun sekali untuk menjaga tingkat kesehatan pegawai selama bekerja di PTBA. Pemeriksaan biasanya dilakukan bagi pegawai dengan tingkat kerja yang memiliki resiko kerja cukup besar. Keluarga pegawai pun ikut menjadi tanggungan pihak RS Bukit Asam yaitu dengan melayani pemeriksaan dan pengobatan(prasarana Bukit Asam, 2013 hal 266). Kesehatan kerja yang bersifat kesehatan lingkungan dikelola oleh satker K3L-UPTE (Prasarana Bukit Asam, 2013 hal 266-267) dengan melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Pengukuran parameter lingkungan kerja untuk iklim kerja sebanyak 45 titik, getaran body sebanyak 38 titik, radiasi sinar UV sebanyak 26 titik, debu personal sebanyak 60 titik, kadar asbes sebanyak 26 titik, kadar kuarsa sebanyak 32 titik, intensitas kebisingan sebanyak 46 titik. 2. Monitoring sanitasi tempat memasak makanan/ dapur ditiap pemasok jasa boga. 3. Promosi kesehatan pegawai yang dilaksanakan bersama-sama dengan RS Bukit Asam. Seperti yang tercantum dalam KepMen 555 pasal setiap pegawai memiliki hak untuk mendapatkan kesempatan dalam memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai berikut: 1. Para pekerja tambang berhak untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatannya yang menjadi kewajiban perusahaan.

10 2. Pekerja tambang harus diperiksa kesehatannya (pemeriksaan menyeluruh) secara berkala oleh dokter yang berwenang. 3. Pekerja tambang bawah tanah harus diperiksa kesehatannya sekurang-kurangnya dua kali setahun. 4. Pekerja tambang yang bekerja ditempat yang dapat membahayakan paru-paru, harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus. 5. Berdasarkan ketentuan yang berlaku Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapt menetapkan kekerapan pemeriksaan kesehatan pekerja tambang yang menangani bahan berbahaya oleh dokter yang berwenang. Cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan digolongkan dalam kategori sebagai berikut: a. Cidera ringan Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur; b. cidera berat 1) Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3 minggu termasuk hari minggu dan hari-hari libur; 2) Cisera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (Invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas semula dan 3) Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti salah satu di bawah ini : a) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha atau kaki; b) Pendarahan didalam, atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen; c) Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidak mampuan dan d) Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi

11 e) Mati. Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan tersebut (Kepmen 555 pasal 40 tentang penggolangan cidera akibat kecelakaan tambang)