ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

dokumen-dokumen yang mirip
Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

Rencana Strategis (RENSTRA)

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

BAB III Visi dan Misi

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

VISI DAN MISI. "Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 0 rganisasi Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 27) dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut. Untuk menetapkan tujuan dan sasaran pembangunan Peternakan, Perikanan dan Kelautan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, perlu dilakukan analisa isu-isu strategis dengan mempertimbangkan seluruh faktor lingkungan internal yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan, serta faktor lingkungan eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dihadapi. Analisa ini diperlukan sebagai media untuk memastikan pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan melalui penetapan tujuan (goal) dan sasaran (objective) pembangunan yang ingin dicapai serta strateginya dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Proses pengidentifikasian analisis isu-isu 42

lingkungan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen terkait serta dokumen perencanaan lainnya yang mendukung. 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Identifikasi permasalahan terkait pembangunan bidang peternakan, perikanan dan kelautan di Kabupaten Garut dapat digambarkan, sebagai berikut: 3.1 Permasalahan Sektor Peternakan Lingkup kerja bidang peternakan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Garut yang terdiri dari 42 kecamatan. Pembangunan bidang peternakan masih tetap ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para peternak serta memperluas kesempatan kerja dan berusaha. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai usaha tersebut adalah dengan mengutamakan penggunaan potensi lokal dan teknologi tepat guna. Dalam pelaksanaan pembangunan, kegiatan pembangunan bidang Peternakan dibantu oleh 29 UPTD wilayah Kecamatan serta 7 UPTD Kabupaten yang terdiri dari UPTD Rumah Potong Hewan sebanyak 4 unit (RPH Tarogong, Cikajang, Limbangan dan Wanaraja), UPTD Pasar Hewan sebanyak 4 unit (RPH Cibodas, Andir, Limbangan dan Wanaraja), UPTD Bibit Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BT-HMT), UPTD Penanganan Mutu Hasil Ternak (PMHT), UPTD Laboratorium Peternakan, UPTD Pos Kesehatan Hewan dan UPTD Klinik Hewan. Selain terkait dengan pemenuhan pangan, bidang peternakan juga memiliki tugas dalam meningkatnya pengetahuan dan peran serta masyarakat terhadap pelaksanaan kesehatan hewan dan kesehatan 43

masyarakat veteriner. Program yang dilaksanakan diantaranya dengan mendorong pola hidup bersih dan sehat, meningkatkan pemetaan dan pengawasan penyakit hewan menular dan zoonosis serta meningkatkan rasa aman masyarakat terhadap konsumsi Bahan Asal Hwan (BAH) yang memenuhi syarat kesehatan. Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan bidang peternakan selama ini antara lain : Wilayah dan komoditi peternakan yang diusahakan masyarakat peternak pada umumnya belum mengutamakan pada skala usaha ekonomis. Tingkat propesionalisme, pengetahuan dan keterampilan peternak dan petugas, baik dalam proses produksi maupun pasca produksi, serta kemampuan manajemen usaha pemasarannya belum optimal. Potensi lahan pengangonan belum dikelola secara intensif dan terpadu. Ketersediaan sumber pakan hijauan ternak tidak merata diseluruh wilayah serta belum berkesinambungan sepanjang tahun. Kebutuhan permodalan ditingkat kelompok peternak masih sulit terpenuhi, sehingga pengembangan volume usaha berjalan sangat lambat. Belum optimalnya program pembinaan dan pengembangan usaha. Jumlah dan kualitas petugas teknis di lapangan masih kurang seimbang dibandingkan dengan luasnya jangkauan wilayah kerja serta masih kurang didukung oleh ketersediaan sarana transportasi dan fasilitas kerja yang memadai. 3.2 Permasalahan Sektor Perikanan Pembangunan bidang perikanan ditujukan untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan potensi lahan Perikanan melalui penerapan teknologi tepat guna. Meningkatkan produktivitas perikanan baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi masyarakat maupun untuk meningkatkan devisa negara melalui pengembangan komoditi ekspor; meningkatkan 44

pendapatan dan kesejahteraan para petani ikan dan nelayan, memperluas kesempatan kerja dan berusaha, serta memelihara kelestarian sumber hayati perikanan dan ekosistem perairan. Lingkup kerja bidang perikanan meliputi seluruh wilayah Kabupaten Garut yang terdiri dari 42 kecamatan. Dalam pelaksanaan pembangunan, Bidang Perikanan dibantu oleh 29 UPTD Wilayah dan 3 UPTD Kabupaten yang terdiri dari UPTD Balai Benih Ikan, UPTD Balai Benih Ikan Hias, dan UPTD Pasar Ikan. Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan perikanan dan kelautan selama ini adalah sebagai berikut : Usaha perikanan dan budidaya pada umumnya masih dikelola sebagai usaha tani sampingan. Potensi lahan perairan sawah dalam kegiatan instenfikasi budidaya mina padi belum dikelola secara optimal karena terbatasnya penyediaan dan distribusi benih ikan. Masih sering terjadinya alih fungsi kepentingan penggunaan lahan dari lahan usaha tani budidaya perikanan menjadi lahan untuk kepentingan lainnya. Semakin menurunnya kualitas perairan akibat sering terjadinya proses perusakan lingkungan pesisir dan pada bagian hulu Daerah Aliran Sungai. Kelembagaan kelompok tani ikan dan nelayan sebagai wadah belajar bersama serta unit usaha bersama belum dapat berjalan secara optimal. Proses pelaksanaan alih tehnologi dari hasil hasil penelitian menjadi teknologi terapan yang praktis, masih sering terkendala oleh terbatasnya jumlah dan kualitas petugas dilapangan. 45

Masih rendahnya kemampuan aksesibilitas petani ikan dan nelayan terhadap sistem dan mekanisme pasar serta rantai tata niaga hasil perikanan. 3.4 Permasalahan Sektor Kelautan Pembangunan bidang kelautan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir, inventarisasi dan optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya laut, penerapan teknologi tepat guna serta pelestarian sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dicapai melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, pembinaan kelompok usaha nelayan, pengembangan armada penangkapan dan sarana prasarana PPI/TPI, eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya kelautan secara terkendali, pengawasan dan pengamanan sumberdaya kelautan dan konservasi ekosistem pesisir. Lingkup kerja bidang kelautan meliputi 7 kecamatan pantai (Pameungpeuk, Cikelet, Cibalong, Pakenjeng, Mekarmukti, Bungbulang dan Caringin) dan 4 PPI/TPI. Panjang pantai Kabupaten Garut ± 80 km. Pesisir Kabupaten Garut memiliki ekosistem yang cukup lengkap terdiri dari ekososistem estuaria seluas 24 ha, Terumbu karang 525 ha, Padang Lamun 75 ha dan Mangrove 50,9 ha. Di sektor penangkapan, pantai Kabupaten Garut memiliki potensi berupa Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 200 mil laut dengan luas areal penangkapan 28. 560 km 2 dan diestimasi memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 166.667 ton/tahun. Sementara untuk zona teritorial (12 mil laut) memiliki potensi sebesar 10.000 ton/tahun. 46

Beberapa permasalahan umum yang dihadapi dalam pembangunan perikanan dan kelautan selama ini adalah sebagai berikut : Potensi dan pemanfaatan lahan wilayah pesisir belum dikelola secara optimal. Masih sering terjadinya alih fungsi kepentingan penggunaan lahan sepadan pantai untuk dijadikan bangunan dan aktifitas bisnis non perikanan tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan keamananan. Terjadinya kerusakan ekosistem dan sumberdaya pesisir dan lautan akibat keberadaan pemukiman, abrasi, dan eksploitasi yang kurang terkendali. kegiatan usaha perikanan tangkap di laut masih terbatas pada jalur pantai (zona teritorial) karena keterbatasan kapasitas dan jumlah armada penangkapan Kelembagaan kelompok nelayan dan masyarakat pesisir sebagai wadah belajar bersama serta unit usaha bersama belum dapat berjalan secara optimal. Masih rendahnya kesadaran masyarakat nelayan mengenai kewajiban pembayaran retribusi dan lelang (PERDA Provinsi No. 5 Tahun 2005) Belum memasyarakatnya budaya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian sumberdaya alam sebagai daya dukung pembangunan sektor perikanan dan kelautan di masa depan. Masih lemahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai hukum dan tata aturan pemanfaatan sumberdaya kelautan terutama yang terkait dengan UU No. 27 Tahun 2007 mengenai pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Masih terbatasnya sarana prasarana penunjang aktifitas perekonomian di sektor kelautan yang terkait keberadaan pelabuhan dan sarana penangkapan. 47

3.4 Permasalahan Internal Identifikasi permasalahan internal dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi positif dan negatif dari internal organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan. Identifikasi ini dimaksudkan agar pemerintah, dalam hal ini Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, dapat memaksimalkan potensi dirinya dalam upaya mencapai visi dan misi. Identifikasi permasalahan internal terdiri dari dua unsur yaitu kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: Tersedianya aparatur dengan komitmen yang tinggi dan berorientasi pada pencapaian visi dan misi Adanya dukungan anggaran yang berbasis kinerja baik dari pemerintah pusat, provinsi maupun daerah Adanya kelembagaan yang sesuai dengan bidang kewenangan Adanya program pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur Kondisi keamanan dan politik yang relatif stabil dengan terbentuknya kepemimpinan yang baru sebagai hasil pilihan langsung masyarakat Jumlah penduduk usia produktif yang bergerak di sektor usaha peternakan, perikanan dan kelautan cukup tinggi Adanya keinginan dan kesadaran masyarakat untuk meraih kemajuan dan bangkit dari ketertinggalan ekonomi Masih tumbuhnya jiwa gotong royong, kebersamaan dan kerukunan antar warga masyarakat. Sumber daya alam relatif cukup melimpah dan beragam sehingga bisa dimanfaatkan dalam mendukung peningkatan pembangunan sektor peternakan, perikanan dan kelautan 48

Kelemahan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut dalam pembangunan 5 (lima) tahun mendatang dapat diidentifikasi sebagai berikut : Belum semua aparatur memiliki profesionalisme tinggi Rendahnya daya dukung fasilitas pendidikan dan pelatihan bagi aparatur Belum optimalnya akses aparatur terhadap teknologi informasi dan teknologi tepat guna Belum optimalnya pencapaian target PAD Terdapatnya kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan dukungan anggaran yang tersedia Kurangnya jumlah aparatur dan petugas teknis bila dibandingkan cakupan area kerja yang luas Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur wilayah dan sarana prasarana SKPD dalam mendukung pelayanan masyarakat Kondisi geografis beberapa daerah yang relatif sulit dijangkau dan rawan bencana alam Belum optimalnya kemampuan kelembagaan usaha masyarakat dalam mengakses manajemen usaha, permodalan, teknologi tepat guna dan tata niaga pasar Upaya yang dilakukan secara internal dalam mengantisipasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan dilakukan dengan cara: 1. Melakukan perbaikan kinerja secara terus-menerus dalam meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat melalui program pelayanan administrasi perkantoran yang efektif dan efisien; 2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM melalui aktifitas peningkatan disiplin aparatur dan peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur; 49

3. Melaksanakan program dan kegiatan pembangunan sesuai amanat undang-undang secara efektif, efisien dan tepat sasaran dengan mengedepankan prinsip good governance; 4. Meningkatkan fungsi perencanaan, evaluasi dan pelaporan melalui peningkatan pengembangan pelaporan capaian kinerja dan keuangan secara transparan dan akuntabel; 5. Peningkatan Sarana Prasarana aparatur dalam menunjang kinerja organisasi secara efektif dan efisien. 6. Meningkatkan koordinasi dan sinergitas pelaksanaan pembangunan dengan organisasi dan lembaga terkait serta stakeholder di sektor peternakan, perikanan dan kelautan. 3.2. TELAAH VISI MISI BUPATI DAN WAKIL BUPATI TERPILIH Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan disusun salah satunya dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi pembangunan sebagaimana janji politik pimpinan daerah yaitu Bupati dan Wakil Bupati Garut. Visi dan misi Bupati dan Wakil bupati tersebut kemudian menjadi bagian dari visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut periode tahun 2014 2019. RPJMD 2014-2019 merupakan dokumen rencana pembangunan tahap ketigadarirencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu tahapyang diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan daerah secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing perekonomian daerah yang ditopang oleh kuatnya kemandirian dan keunggulan daerah. Pada Tahap Ketiga ini ditujukan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Garut yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kontribusi Kabupaten Garut terhadap pencapaian pembangunan baik dalam konteks provinsi maupun nasional. Pada tahapan ini, fokus pembangunan lebih diorientasikan bagaimana mewujudkan Kabupaten Garut keluar dari status sebagai daerah kantong kemiskinan. 50

Dalam RPJMD Kabupaten Garut Tahun 2014-2019, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang serta isu-isu strategis, maka visi pembangunan Kabupaten Garut tahun 2014-2019 adalah: Terwujudnya Kabupaten Garut yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut: Bermartabat : Memiliki wibawa, harga diri serta diperhitungkan baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional. Nyaman : Memiliki suasana yang tenang dan damai, sehingga setiap program pembangunan bisa dilaksanakan dengan optimal dan kondusif Sejahtera : Hasil pembangunan dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat, sehingga bisa meningkatkan taraf kehidupan mereka dalam pemenuhan kebutuhannya Dalam rangkapencapaian visi yang telah ditetapkan dengan tetap memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkan peluangyang dimiliki, maka ditetapkan 4 (empat) misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan tata kelola pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, prima untuk mewujudkan kehidupan masyarakat bermartabat dan agamis; 2. Mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal; 3. Mewujudkan kualitas infrastruktur yang memadai serta lingkungan yang sehat, aman dan nyaman; 4. Mewujudkan pelayanan publik yang profesional dan amanah serta membangun kehidupan sosial politik yang demokratis dan berbudaya luhur. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Tahun 2014-2019 disusun dengan mengacu dan tidak bisa terlepas dari 51

RPJMD Kabupaten Garut periode 2014-2019 yang merupakan dokumen perencanaan yang lebih tinggi. Dengan begitu, visi dan misi dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan disusun dalam rangka mendukung visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih sebagaimana dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Garut Tahun 2014-2019. Visi dan misi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut terutama disusun dalam rangka mensukseskan visi Bupati yang kedua yaitu Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Lokal. 3.3. TELAAH RENSTRA KEMENTERIAN/LEMBAGA TERKAIT 3.3.1 Renstra Kementerian Pertanian Untuk melaksanakan tugas pembangunan pertanian selama periode 2010-2014, strategi yang ditempuh Kementerian Pertanian mengacu pada penerapan tujuh Gema Revitalisasi, yaitu : (i) Revitalisasi Lahan; (ii) Revitalisasi Perbenihan dan Perbibitan; (iii) Revitalisasi Infrastruktur dan Sarana; (iv) Revitalisasi Sumber Daya Manusia; (v) Revitalisasi Pembiayaan Petani; (vi) Revitalisasi Kelembagaan Petani, serta (vii) Revitalisasi Teknologi dan Industri Hilir. Arah kebijakan Kementerian Pertanian mencakup: 1. Penguatan kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat dan rekruitmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan. 2. Pemantapan swasembada beras, jagung, daging ayam, telur, dan gula melalui peningkatan produksi secara berkelanjutan. 3. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan industri gula 4. Peningkatan produksi susu segar, buah lokal, dan produk-produk substitusi komoditas impor. 5. Penguatan kelembagaan perbenihan dan perbibitan nasional. 6. Pemberdayaan masyarakat petani miskin melalui bantuan sarana, pelatihan, dan pendampingan 7. Pembangunan kawasan komoditas terpadu secara vertikal dan/atau horizontal melalui konsolidasi usaha tani produktif berbasis lembaga ekonomi masyarakat 52

yang berdaya saing tinggi di pasar lokal dan internasional 8. Peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional. Kondisi umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang dilakukan melalui berbagai kebijakan dan standarisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan pada aspek ekonomi, aspek teknis, dan aspek fungsional. Telaah rencana strategis pembangunan sektor peternakan terutama diarahkan pada rencana strategis Kementrian Pertanian melalui Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan. Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam periode tahun 2010-2014, tujuan pembangunan peternakan adalah adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal, dalam rangka : 1. Meningkatkan produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing. 2. Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis. 3. Menyediakan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). 4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Sasaran utama program Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu), meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak dan tersedianya daging sapi/kerbau domestik sebesar minimal 90 persen dari total kebutuhan nasional. Secara lebih rinci, sasaran kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah: a. Penerbitan kebijakan dan NSPK di bidang: perbibitan; budidaya ternak; pakan ternak; pelayanan kesehatan hewan; pelayanan kesmavet dan pascapanen; serta pelayanan publik. b. Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan 53

mengoptimalkan sumber daya lokal. c. Tercapainya peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; d. Tercapainya peningkatan produksi pakan ternak melalui upaya pendayagunaan sumberdaya lokal; e. Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; f. Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan; 1. Terjaminnya dukungan manajemen dan teknis. Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional seperti dituangkan dalam RPJMN 2010 2014 khususnya dalam hal pembangunan Ketahanan Pangan sesuai hasil KTT Pangan 2009. Untuk itu, pemerintah harus menjamin pelaksanaan langkah-langkah mendesak pada tingkat nasional, regional, dan global untuk merealisasikan secara penuh komitmen Millenium Developmet Goal (MDGs) yaitu: pro poor, pro growth, pro job; dan pelestarian lingkungan hidup. Dengan mengacu pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan adalah untuk: (i) menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak; (ii) meningkatkan populasi dan produktifitas ternak; (iii) meningkatkan produksi pakan ternak; (iv) meningkatkan status kesehatan hewan; (v) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan (vi) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Kebijakan ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak akan diarahkan untuk: (i) mengoptimalkan kelembagaan perbibitan dan sertifikasi; (ii) pemwilayahan sumber bibit berbasiskan potensi dan agroekosistemnya; (iii) pengembangan kawasan/sentra sumber bibit; (iv) pelestarian sumber daya genetik secara berkelanjutan; (v) peningkatan penerapan teknologi perbibitan; dan (vi) pengembangan usaha dan investasi perbibitan Dalam aspek populasi dan produktifitas ternak diarahkan untuk : (i) meningkatkan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia dan non 54

ruminansia ; (ii) melaksanakan revitalisasi persusuan; (iii) melaksanakan restrukturisasi perunggasan; dan (iv) pengembangan kelembagaan dan usaha. Pada aspek produksi pakan ternak diarahkan untuk: (i) menambah penyediaan pakan dan air; (ii) mengembangkan teknologi dan industri pakan ternak berbasiskan sumber daya lokal; (iii) meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pakan; serta (iv) pengembangan dan pemanfaatan lahan kehutanan. Pada aspek kesehatan hewan diarahkan untuk : (i) meningkatkan perlind ungan hewan, pengamatan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan; (ii) meningkatkan pelayanan kesehatan hewan; (iii) meningkatkan kualitas dan kuantitas obat hewan; (iv) meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga dokter hewan dan paramedik veteriner. Pada aspek keamanan produk hewan akan diarahkan untuk ; (i) menguatkan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner; (ii) meningkatkan jaminan produk hewan yang ASUH dan daya saing produk hewan; (iii) meningkatkan penerapan kesrawan; (iv) mengoptimalkan pengaturan stock daging; dan (v) mengoptimalkan pengaturan dan pemasaran daging sapi. Selanjutnya, pada aspek peningkatan peran dan fungsi kelembagaan diarahkan untuk : (i) meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan serta SDM peternakan; (ii) meningkatkan pelayanan prima pada masyarakat; (iii) meningkatkan kerjasama internasional; (iv) meningkatkan kualitas perencanaan, evaluasi, data dan informasi; (v) meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam melaksanakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pembangunan peternakan sesuai dengan target empat sukses Kementerian Pertanian yaitu Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan. Dalam mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mengacu pada kesepakatan General Agreement on Tarif and Trade (GATT) yang 55

diwadahi oleh WTO, dengan salah satu kesepakatannya memuat agreement on agriculture, termasuk didalamnya terkait perjanjian Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT) seperti yang tertuang dalam UU No 7 Tahun 2004. Prinsip perjanjian tersebut pada intinya adalah bahwa produk dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan sub sektor peternakan dan kesehatan hewan harus memenuhi persayaratan keamanan (safety), standard mutu (quality), kesejahteraan hewan (animal walfare), ramah lingkungan dan berkelanjutan. Memperhatikan target empat sukses Kementerian Pertanian, salah satunya adalah Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau dan perjanjian GATT tersebut di atas, strategi yang diterapkan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2010 2014 yaitu : 1. Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi. 2. Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal. 3. Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri sehingga menjadi mandiri.. 4. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah. 5. Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor. 6. Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas veteriner. 3.3.2 Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km (World Resources Institute, 1998) dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. 56

Klasifikasi potensi tersebut pada umumnya dibedakan menjad i su mber daya terbaharu kan (renewable resources), seperti sumber daya perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), mangrove, terumbu karang, padang lamun, energi gelombang, pasang surut, angin dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion); dan sumber daya tidak terbaharu kan (non-renewable resources), seperti su mber daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumber daya tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan, dan sebagainya. Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk (a) perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta ton/tahun, (b) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut, (c) budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000 ha, (d) budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air tawar, dan mina padi di sawah, serta (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan pangan. Selain itu juga terdapat potensi dan peluang pengembangan meliputi (1) pengembangan pulau-pulau kecil, (2) pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam, (3) pemanfaatan air laut dalam (deep sea water), (4) industri garam rakyat, (5) pengelolaan pasir laut, (6) industri penunjang, dan (7) keanekaragaman hayati laut. Peluang pengembangan usaha kelautan dan perikanan Indonesia masih memiliki prospek yang baik. Potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan yang berada di bawah lingkup tugas KKP dan dapat dimanfaatkan untuk mendorong pemulihan ekonomi diperkirakan sebesar US$82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar US$15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$1,1 miliar per tahun, potensi budidaya 57

tambak sebesar US$10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tah u n. Untuk mengopti mal kan pemanfaatan potensi su mber daya kelautan dan perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional, diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial yang kondusif. Dalam kaitan ini, koordinasi dan dukungan lintas sektor serta stakeholders lainnya menjadi salah satu prasyarat yang sangat penting. Dalam Renstra Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, pembangunan kelautan dan perikanan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tiga pilar pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Munculnya kesadaran untuk menjadikan pembangunan berbasis sumber daya kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan nasional, tercermin dalam keputusan politik nasional, sebagai mana terimplementasi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang salah satu misinya menyatakan: Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan misi tersebut adalah dengan menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan. 58

Oleh karena itu, sesuai dengan fungsi pembangunan kelautan dan perikanan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh KKP diarahkan untuk mengoptimalkan segenap potensi yang ada dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional tersebut. Vvisi, misi, tujuan, dan sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan sebagaimana dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-2014 ditetapkan bahwa Visi pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-2014 adalah Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015. Untuk mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan tersebut, maka misi yang diemban adalah Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah: 1. Memperkuat kelembagaan dan sumber daya manusia secara terintegrasi. 2. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. 3. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan. 4. Memperluas akses pasar domestik dan internasional. Sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan berdasarkan tujuan yang akan dicapai adalah: 1. Memperkuat Kelembagaan dan SDM secara Terintegrasi: a. Peraturan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global serta diimplementasikan secara sinergis lintas sektor, pusat dan daerah. b. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu berdasarkan data yang terkini dan akurat. c. SDM kelautan dan perikanan memiliki kompetensi sesuai kebutu han. 2. Mengelola Sumber Daya Kelautan dan Perikanan secara Berkelanjutan: a. Sumber daya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan 59

berkelanjutan. b. Konservasi kawasan dan jenis biota perairan yang dilindungi dikelola secara berkelanjutan. c. Pulau pulau kecil dikembangkan menjadi pulau bernilai ekonomi tinggi. d. Indonesia bebas Illegal, Unreported & Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan. 3. Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Berbasis Pengetahuan: a. Seluruh kawasan potensi perikanan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha yang bankable. b. Seluruh sentra produksi kelautan dan perikanan memiliki komoditas unggulan yang menerapkan teknologi inovatif dengan kemasan dan mutu terjamin. c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi. 4. Memperluas Akses Pasar Domestik dan Internasional: a. Seluruh desa memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan. b. Indonesia menjadi market leader dunia dan tujuan utama investasi di bidang kelautan dan perikanan. 3.4. TELAAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) DAN KLHS Dalam perspektif paradigma keterkaitan antarwilayah, perencanaan pembangunan wilayah dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu melalui pendekatan sektoral dan pendekatan wilayah. Pendekatan sektoral dilaksanakan dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut, pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau dianggap seragam. Sedangkan pendekatan wilayah dilakukan bertujuan melihat pemanfaatan 60

ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah, sehingga terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang. Pendekatan wilayah merupakan cara pandang untuk memahami kondisi, ciri, dan hubungan sebab-akibat dari unsur-unsur pembentuk ruang wilayah seperti penduduk, sumber daya alam, sumber daya buatan, sosial, ekonomi, budaya, fisik dan lingkungan serta merumuskan tujuan, sasaran, target pengembangan wilayah. Pendekatan wilayah juga didasarkan pada suatu pandangan bahwa keseluruhan unsur manusia (dan mahluk hidup lainnya) dan kegiatannya beserta lingkungan berada dalam suatu sistem wilayah. Sehingga perencanaan dengan pendekatan wilayah adalah suatu upaya perencanaan agar interaksi manusia dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk mengupayakan kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan. Aspek penataan ruang menjadi sangat penting dimana rencana tata ruang merupakan satu-satunya instrumen pengendalian terhadap pemanfaatan ruang yang ada di daerah. Sesuai UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, tujuan RTRW adalah untuk menjaga agar pemanfaatan ruang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Hal tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya UU Penataan ruang dan turunannya termasuk yaitu PP No 15 tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, ternpat rnanusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktus ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan 61

fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, Penyelenggaraan 'penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pcngaturnn, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten meliputi (1) Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan pedesan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya, (3) penetapan kawasan strategis kabupaten, (4) arahan pemanfaatan ruang wilayah yang berisi indikasi program utaman jangka menengah lima tahunan, (5) ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif dan arahan sanksi. Rencana tata ruang wilayah kabupaten dapat ditinjau kembali dalam hal (1) perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar, dan (2) perubahan batas terirorial. Perencanaan pembangunan sektor peternakan, perikanan dan kelautan kabupaten Garut harus selaras dengan rencana tata ruang wilayah sebagaimana diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011 2031. Dalam perda tersebut telah ditetapkan rencana tata ruang kawasan bagi pengembangan sektor peternakan, perikanan dan kelautan. 3.4.1 Tata Ruang Kawasan Peternakan Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara khusus diperuntukan untuk kegiatan peternakan atau terpadu dengan komponen usaha tani (berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi dan berakses dan hulu sampai hilir. Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa kawasan untuk pengembangan peternakan dengan luas kurang lebih 42.000 62

(empat puluh dua ribu) hektar termasuk di dalamnya lahan pengangonan seluas 2.084 (dua ribu delapan puluh empat) hektar meliputi: a. kawasan sub sektor hulu (off farm); b. kawasan sub sektor budidaya (on farm); dan c. kawasan sub sektor hilir (off farm). Kawasan sub sektor hulu (off farm) sebagaimana dimaksud meliputi: (1) Kawasan hijauan makanan ternak (HMT) terletak di 28 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy;Kecamatan Singajaya;Kecamatan Cihurip;Kecamatan Cikajang;Kecamatan Banjarwangi;Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug;Kecamatan Cisurupan;Kecamatan Sukaresmi;Kecamatan Samarang;Kecamatan Pasirwangi:Kecamatan Karangtengah;Kecamatan Balubur Limbangan;Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong. (2) Kawasan industri pengolahan pakan ternak terletak di 13 kecamatan meliputi Kecamatan Caringin; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikajang;Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Balubur Limbangan;Kecamatan Malangbong; Kecamatan Cisurupan;Kecamatan Cibalong; dan Kecamatan Garut Kota. Kawasan sub sektor budidaya (on farm) meliputi: (1) Kawasan pengembangan Sapi potong pembibitan terletak di 13 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Balubur Limbangan; dan Kecamatan Selaawi. 63

(2) Kawasan pengembangan Sapi potong penggemukan terletak di 17 kecamatan meliputi Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Tarogong Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan; Kecamatan Sukawening; Kecamatan Karangtengah; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan Leuwigoong; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kersamanah; Kecamatan Cibiuk; Kecamatan Kadungora; dan Kecamatan Malangbong. (3) Kawasan pengembangan sapi perah terletak di 14 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Talegong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; dan Kecamatan Pasirwangi. (4) Kawasan pengembangan kerbau pembibitan terletak di 23 Kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Leles; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Balubur Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong. (5) Kawasan pengembangan domba pembibitan terletak di seluruh kecamatan (6) Kawasan pengembangan domba pembesaran terletak di seluruh kecamatan (7) Kawasan pengembangan kambing pembibitan terletak di 23 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Banjarwangi; 64

Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Samarang dan Kecamatan Pasirwangi. (8) Kawasan pengembangan kambing pembesaran terletak di seluruh kecamatan (9) Kawasan pengembangan kambing persusuan terletak di Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cihurip; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan; Kecamatan Kersamanah; dan Kecamatan Malangbong. (10) Kawasan pengembangan ayam buras backyard farming terletak di seluruh kecamatan (11) Kawasan pengembangan ayam ras pembesaran terletak di 26 Kecamatan meliputi Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; Kecamatan Pasirwangi; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Tarogong Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Sucinaraja; Kecamatan Pangatikan; Kecamatan Sukawening; Kecamatan Karangtengah; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan Leuwigoong; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kersamanah; Kecamatan Cibiuk; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Balubur Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong. (12) Kawasan pengembangan ayam ras petelur terletak di 23 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Caringin; Kecamatan Talegong;Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pamulihan; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Cisompet; Kecamatan Peundeuy; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cihurip; Kecamatan 65

Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Cigedug; Kecamatan Cisurupan; Kecamatan Sukaresmi; Kecamatan Samarang; dan Kecamatan Pasirwangi. (13) Kawasan pengembangan itik terletak di 10 kecamatan meliputi Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Leles; Kecamatan Leuwigoong;. Kecamatan Cibiuk;. Kecamatan Kadungora;. Kecamatan Bungbulang;. Kecamatan Mekarmukti;. Kecamatan Balubur Limbangan;. Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong. (14) Kawasan pengembangan aneka ternak terletak di seluruh kecamatan. (15) Kawasan aneka ternak terletak di seluruh kecamatan. Kawasan sub sektor hilir (off farm) meliputi: (1) Pasar hewan terletak di 10 kecamatan meliputi Kecamatan Bayongbong; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Talegong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Wanaraja; dan Kecamatan Balubur Limbangan. (2) Rumah Potong Hewan (RPH) terletak di 12 kecamatan meliputi Kecamatan Caringin; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Samarang; Kecamatan Tarogong Kidul; Kecamatan Banyuresmi; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Wanaraja; Kecamatan Cibalong; dan Kecamatan Balubur Limbangan. (3) Industri pengolahan hasil ternak terletak di 8 kecamatan meliputi Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Karangpawitan; Kecamatan Malangbong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Leles; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banyuresmi; dan Kecamatan Cikelet. (4) Lahan pengangonan terletak di 20 kecamatan meliputi Kecamatan Cisewu; Kecamatan Talegong; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Singajaya; Kecamatan Cikajang; Kecamatan Banjarwangi; Kecamatan Cilawu; Kecamatan Cisurupan; 66

Kecamatan Tarogong Kaler; Kecamatan Garut Kota; Kecamatan Leles; Kecamatan Cibatu; Kecamatan Kadungora; Kecamatan Balubur Limbangan; Kecamatan Selaawi; dan Kecamatan Malangbong. 3.4.2 Tata Ruang Kawasan Perikanan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 29 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Garut Tahun 2011 2031, kawasan perikanan adalah kawasan yang memiliki fungsi perikanan. Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud meliputi: a. perikanan budidaya; b. perikanan tangkap; c. prasarana perikanan; dan d. budidaya laut. Kawasan Perikanan budidaya sebagaimana dimaksud memiliki luas kurang lebih 26.645 (dua puluh enam ribu enam ratus empat puluh lima) hektar terdiri atas (a) kawasan budidaya air tawar yang terletak di seluruh kecamatan serta (b) kawasan budidaya payau yang terletak di enam kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Mekarmukti; dan Kecamatan Caringin. Kawasan Perikanan tangkap sebagaimana dimaksud meliputi(a) perikanan tangkap di perairan umum yang terletak di 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Banyuresmi dan Kecamatan Leles. Kawasan perikanan tangkap di perairan laut terletak di 7 (tujuh) kecamatan meliputi Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Bungbulang; Kecamatan Mekarmukti; dan Kecamatan Caringin. Kawasan pengembangan Prasarana perikanan meliputi pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang berada di kecamatan Cikelet dan Pembangunan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang terletak di 4 (empat) 67

Kecamatan yaitu Kecamatan Caringin; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Pakenjeng; dan Kecamatan Cibalong. Kawasan Pengembangan Budidaya laut sebagaimana dimaksud meliputi: (a) Pengembangan rumput laut dengan luas kurang lebih 340 (tiga ratus empat puluh) hektar meliputi 5 (lima) kecamatan terletak di Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Caringin; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pakenjeng; dan Kecamatan Cibalong; (b) pengembangan tambak udang dengan luas kurang lebih 1.000 (seribu) hektar terletak di 3 (tiga) kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk; dan Kecamatan Cikelet. (c) Pengembangan kawasan hutan mangrove sepanjang kurang lebih 50 (lima puluh) kilometer terletak di (7) Kecamatan meliputi Kecamatan Cibalong; Kecamatan Pameungpeuk; Kecamatan Cikelet; Kecamatan Pakenjeng; Kecamatan Mekarmukti; Kecamatan Bungbulang; dan Kecamatan Caringin. 3.4.3 Tata Ruang Kelautan pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan merupakan salah satu kebijakan penataan ruang Kabupaten Garut. Lingkup wilayah RTRW Kabupaten adalah wilayah administrasi Kabupaten dengan luas kurang lebih: ruang daratan dengan luas 307.407 (tiga ratus tujuh ribu empat ratus tujuh) hektar; dan ruang pesisir dan laut, sepanjang 4 (empat) mil dari garis pantai. Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan dilaksanakan dengan strategi meliputi: a. mengembangkan perikanan tangkap; b. mengembangkan budidaya perikanan; c. mengoptimalkan fungsi hutan bakau; d. mengembangkan budidaya laut; 68

e. mengendalikan pencemaran di kawasan pesisir dan laut; dan f. merehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan kawasan perlindungan bencana pesisir. 3.5. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS Dalam rangka mewujudkan sinergitas perencanaan pembangunan yang komprehensif dan terintegrasi, berdasarkan peraturan perundangan yang telah ditetapkan mengamanatkan bahwa Rencana Pembangunan SKPD mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi Kepala Daerah yang penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi dan Nasional serta dokumen perencanaan pembangunan lainnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penentuan isu-isu strategis Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut harus mempertimbangkan isu-isu strategis dalam dua dokumen yang lebih tinggi yaitu Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 dan Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014-2019. Dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, terdapat 17 (tujuh belas) isu strategis yaitu: (1) Pertumbuhan penduduk dan persebarannya. (2) Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan. (3) Pengangguran dan ketenagakerjaan. (4) Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. (5) Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar dan strategis (6) Kualitas lingkungan hidup untuk mendukung terwujudnya Jabar Green Province. (7) Kualitas demokrasi (8) Kecepatan dan ketepatan penaganan bencana serta adaptasi masyarakat terhadap bencana 69

(9) Pemerintahan daerah yang efektif dan efisien. (10) Pelestarian nilai nilai dan warisan budaya lokal (11) Pengembangan Industri Wisata Jawa Barat (12) Penanggulangan penduduk miskin. (13) Pasar global dan Asean China Free Trade Area (ACFTA) (14) Pencegahan dan Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) (15) Alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian dan penertiban okupasi lahantidur (HGU) (16) Ketahanan Pangan (17) Keamanan dan ketertiban daerah Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 terdapat 25 (duapuluh lima) isu strategis yaitu: (1) Pelayanan publik yang professional dan amanah; (2) Tata kelola pendidikan berkualitas dan terjangkau; (3) Pelayanan kesehatan yang prima; (4) Kehidupan masyarakat yang agamis; (5) Infrastruktur yang berkualitas; (6) Lingkungan yang sehat, aman dan nyaman; (7) Kehidupan sosial politik yang demokratis dan berbudaya luhur. (8) Pengentasan desa tertinggal (9) Penanggulangan bencana alam; (10) Pengelolaan Keuangan Daerah (11) Penanganan dan pengelolaan asset perusahaan daerah; (12) Aspirasi masyarakat terhadap pembentukan wilayah otonomi baru. (13) Peningkatan Daya Beli masyarakat. (14) Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. (15) Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). (16) Pengurangan penganguran dan perluasan kesempatan berusaha. (17) Pengurangan penduduk miskin diperkotaan dan diperdesaan. 70

(18) Masterplan Percepatan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI). (19) Peningkatan ketahanan pangan dan energi. (20) Peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian, perikanan dan kehutanan. (21) Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. (22) Pengembangan budaya dan destinasi wisata. (23) Peluang pasar global (diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015). (24) Peningkatan realisasi investasi daerah (PMA dan PMDN). (25) Pengembangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dengan memperhatikan berbagai permasalahan utama pembangunan daerah yang tercantum dalam RPJMD Kabupaten Garut serta isu strategis pembangunan provinsi Jawa Barat dalam RPJMD Provinsi serta dengan mempertimbangkan kondisi aktual yang terjadi dimasyarakat, maka dirumuskan 15 (lima belas) isu strategis pembangunan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 sebagai berikut: (1) Peningkatan kualitas dan kompetensi sumberdaya aparatur; (2) Peningkatan sarana prasarana dalam mewujudkan pelayanan prima pada masyarakat; (3) Peningkatan keterampilan dan kemampuan usaha masyarakat peternakan, perikanan dan kelautan; (4) Peningkatan populasi dan produksi komoditas peternakan; (5) Peningkatan produksi perikanan budidaya; (6) Peningkatan produksi perikanan tangkap; (7) Peningkatan kesejahteraan peternak, pembudidaya ikan dan nelayan; (8) Peningkatan kualitas, kuantitas dan daya saing produk hasil peternakan, perikanan dan kelautan; (9) Pengembangan kawasan/klaster peternakan dan perikanan; 71