Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Mikroskopis Batuan dari Sungai Aranio Kalimantan Selatan dengan Metode Petrografi

IDENTIFIKASI KEDALAMAN DAN KANDUNGAN KROMIT DI DESA KIRAM KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

ISSN Volume 04, No. 1, Edisi April PolhaSains

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

Identifikasi Bijih Besi dengan Metode Geolistrik di Tanah Laut Deddy Yuliarman, Sri Cahyo Wahyono *, Sadang Husain

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

BAB I PENDAHULUAN. energi primer yang makin penting dan merupakan komoditas perdagangan di

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB IV DATA DAN ANALISIS

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

Karakterisasi Kaolin Lokal Kalimantan Selatan Hasil Kalsinasi

Metodologi Penelitian

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

STUDI ANALISIS KARAKTERISASI DAN MIKROSTRUKTUR MINERAL SEDIMEN SUMBER AIR PANAS SULILI DI KABUPATEN PINRANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak. Hal ini dapat dilihat dari morfologi Pulau Jawa yang sebagian besar

PENENTUAN POLA SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR PANTAI BATAKAN KALIMANTAN SELATAN DENGAN METODE GEOLISTRIK

BAB III PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN SIFAT FISIS LUMPUR SIDOARJO. (a)

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1)

Bab III Metodologi Penelitian

Analisa Mineral Magnetik Pasir Sisa Pendulangan Intan di Cempaka, Kota Banjarbaru Berdasarkan Nilai Suseptibilitas Magnetik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

III. METODE PENELITIAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

3 Metodologi penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR

LEMBAR DESKRIPSI PETROGRAFI

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli hingga September 2012 di

IDENTIFIKASI MINERAL MAGNETIK ABU TERBANG (FLY ASH) DAN ABU DASAR (BOTTOM ASH) SISA PEMBAKARAN BATUBARA PLTU ASAM-ASAM

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

IDENTIFIKASI MATERIAL PASIR DESA SAMBERA MARANGKAYU MENGGUNAKAN XRF DAN XRD

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Resin akrilik telah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

3 Metodologi Penelitian

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi parameter-parameter seperti komposisi batuan asal, iklim, tatanan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

Ciri Litologi

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K

Transkripsi:

Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar Sudarningsih 1, Totok Wianto 1, Dewi Amelia Widiyastuti 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi mineral dan struktur secara mikro dari permukaan batuan yang terdapat di Sungai Aranio, Kabupaten Banjar. Penelitian dilakukan dengan melakukan uji mineralogi dengan alat x-ray difractometer(xrd) dan foto dengan alat scanning electron microscope(sem) terhadap empat sampel batuan yang telah diambil dari Sungai Aranio. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa pada sampel 1A komposisi mineralnya adalah magnesiohornblende 27 %, albite, calcian 30 %, kuarsa 17 %, Phillipsite-K 14 % dan muscovit (mika) 12 %. Pada sampel 1B mineralnya adalah magnesiohornblende 14 %, albite, calcian 29 %, kuarsa 21 %, Phillipsite-K 15 %, muscovit (mika) 12 % dan chlorite-serpentine 13 %. Sampel 2A memiliki komposisi mineral yaitu magnesiohornblende 20 %, albite, calcian 13 %, kuarsa 28 %, muscovit (mika) 8 % dan chlorite-serpentine 31 %, sedangkan pada sampel 2B terdapat mineral yaitu magnesiohornblende 28 %, kuarsa 42 %, chlorite-serpentine 21 %, muscovit (mika) 4 % dan amfibol 5 %. Hasil pada foto SEM memperlihatkan struktur batuan telah menjadi struktur yang mengalami laminasi dengan dua sampel kenampakan kristal mineralnya masih terlihat dan dua sampel sudah berubah dan banyak terdapat clay atau tanah dan strukturnya adalah struktur foliasi. Dapat disimpulkan bahwa batuan yang berasal dari Sungai Aranio, Kabupaten Banjar telah mengalami pemalihan yang berasal dari batuan beku yang keras. Kata kunci : Batuan, mineralogi, struktur, XRD, SEM. PENDAHULUAN Berdasarkan peta geologi lembar Banjarmasin skala 1:250.000 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi PPPG Bandung, daerah Kabupaten Banjar termasuk Desa Aranio tersusun oleh hampir sebagian besar batuan metamorf, tetapi terdapat juga batuan lain yaitu batuan beku dan batuan sedimen. Batuan di bumi ini ada yang tersusun dari satu macam mineral dan ada yang tersusun oleh beberapa macam mineral. Mineral yang menyusun batuan ini ada yang masih alami seperti waktu batuan terbentuk, tetapi ada juga yang sudah mengalami metamorfisme atau perubahan menjadi mineral lain. Perubahan mineral ini biasanya dikarenakan adanya pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi, sehingga mineral dasar akan berubah menjadi mineral lain yang lebih stabil. Perubahan mineral ini biasanya juga akan merubah batuannya, dari batuan beku akan berubah menjadi batuan 1) Staf Pengajar dan 2) Mahasiswa Program Studi Fisika FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru 42

Sudarningsih, dkk, Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan... 43 sedimen atau batuan metamorf (Sapiie dkk, 2006). Sungai Aranio yang termasuk dalam administrasi Kabupaten Banjar memiliki banyak potensi batuan. Berdasarkan peta geologi batuan yang ada tersebut sebagian besar adalah batuan malihan, tetapi tidak diketahui jenisnya. Komposisi mineral atau mineralogi batuan dan struktur mikro atau struktur secara mikroskopis yang terdapat dari Sungai Aranio, Kabupaten Banjar merupakan kajian yang dilaksanakan. Batuan dari daerah Aranio, Kabupaten Banjar belum pernah diteliti secara khusus dan belum diketahui kandungan mineral dan struktur pada permukaan batuannya, maka dilakukan studi tentang struktur dan mineralogi batuan tersebut dengan X-Ray Difraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi mineral yang terkandung dalam batuan yang terdapat di Sungai Aranio Kabupaten Banjar menggunakan X-Ray Difraction (XRD) dan struktur mikro permukaan batuan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). METODE PENELITIAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Palu geologi berfungsi untuk pemukul sampel batuan. 2. Global Positioning System (GPS) berfungsi untuk mengetahui titik koordinat di lapangan. 3. Plastik sampel berfungsi sebagai tempat sampel batuan. 4. Lumpang berfungsi sebagai tempat sampel batuan yang dihancurkan. 5. Kaca Preparat berfungsi sebagai tempat sampel yang sudah dihancurkan. 6. Sample Holder berfungsi sebagai tempat sampel batuan uji 7. X-Ray Difractometer berfungsi sebagai alat uji mineralogi. 8. Scanning Electron Microscope berfungsi sebagai alat foto untuk sampel batuan. Batuan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. dengan posisi (03 0 30,867 LS dan 114 0 59,899 BT, 03 0 30,973 LS dan 114 0 59,939 BT).

44 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (42 48) PROSEDUR PENELITIAN (1) Pengambilan sampel Sampel batuan yang di jadikan bahan penelitian diambil berdasarkan titik-titik lokasi dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). (statis). Proses interpretasi data dilakukan dengan komputer yang ada, yaitu menganalisis spektrum yang timbul dan muncul di layar komputer dan membandingkannya dengan data pada file powder difraction yang ada. (2) Preparasi Sampel a. Preparasi Sampel XRD Tahap pertama pekerjaan yang dilakukan yaitu membuat sampel batuan padat menjadi sampel bubuk dengan cara penggerusan. Penggerusan dilakukan dengan menggunakan lumpang. Tingkat kehalusan butir yang disyaratkan adalah berkisar antara 5-10 um atau sekitar 200 mesh. b. Preparasi Sampel SEM Proses preparasi sampel untuk pengujian SEM diawali dengan memotong batuan hingga berbentuk balok dengan ukuran ± 0,3 x 0,3 x 0,2 cm dan dilapisi dengan emas dalam fine coat. (3). Pengolahan Data a. Data XRD Pada pengolahan data ini, sampel yang diuji berada pada kondisi diam b. Pengolahan Data SEM Sampel batuan yang sudah selesai dipreparasi diletakkan pada Scanning Electron Microscope, dengan menggunakan pengujian gambar atau image high vaccum mode yaitu mengatur vacuum mode, posisi X dan Y, dan filament saturation position menggunakan mouse, kemudian mengatur set biasnya, contrast dan brightness. Selanjutnya mengatur fokusnya secara otomatis dan mengubah-ubah perbesarannya. Ketika gambar atau foto yang diinginkan sudah maksimum maka gambar kemudian disimpan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi mineral hasil analisa X-Ray Difraction terhadap 4 sampel batuan dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan hasil foto Scanning Electrón Microscope dapat dilihat pada Gambar 1 hingga Gambar 8.

Sudarningsih, dkk, Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan... 45 Tabel 1. Komposisi Mineral Pada Sampel Batuan Dari Sungai Aranio, Kabupaten Banjar. Keterangan * Berdasarkan perbandingan bahan yang berbentuk Kristal Gambar 1. Foto SEM dengan perbesaran 500 X untuk sampel 1A Gambar 2. Foto SEM dengan perbesaran 1000 X untuk sampel 1A

46 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (42 48) Gambar 3. Foto SEM dengan perbesaran 500 X untuk sampel 1B Gambar 4. Foto SEM dengan perbesaran 1000 X untuk sampel 1B Gambar 5. Foto SEM dengan perbesaran 500 X untuk sampel 2A Gambar 6. Foto SEM dengan perbesaran 1000 X untuk sampel 2A Gambar 7. Foto SEM dengan perbesaran 500 X untuk sampel 2B Gambar 8. Foto SEM dengan perbesaran 1000 X untuk sampel 2B PEMBAHASAN Dari hasil uji mineralogi dengan alat X-Ray Difractometer (Table 1) didapatkan bahwa sampel batuan 1A (Gambar 1) memiliki komposisi mineral yaitu magnesiohornblende 27 %, albite, calcian 30 %, kuarsa 17 %, phillipsit-k 14 % dan muscovite (mika) 12 % serta memiliki permukaan yang masih alami dan belum banyak mengalami perubahan karena pengaruh dari luar. Sampel batuan 1B (Gambar 4) memiliki komposisi yang sama dengan sampel 1A yaitu

Sudarningsih, dkk, Analisa Struktur dan Mineralogi Batuan... 47 magnesiohornblende 14 %, albite, calcian 29 %, kuarsa 21 %, phillipsit-k 15 % dan muscovit (mika) 8 % dan ditambah adanya mineral chloritserpentin sebanyak 13 % serta permukaaannya telah banyak berubah dan bercampur dengan clay atau tanah. Komposisi mineral untuk sampel 2A (Gambar 5) adalah magnesiohornblende 20%, albite, calcian 13 %, kuarsa 28 %, chloritserpentin 31 % dan muscovit (mika) 8 % tetapi keterdapatan clay atau tanah pada sampel batuan ini tidak sebanyak pada sampel 1B, sedangkan untuk sampel 2B (Gambar 7) memiliki komposisi mineral yaitu magnesiohornblende 28 %, kuarsa 42 %, chlorite-serpentin 21 %, muscovit (mika) 4 % dan ditemukan adanya mineral amfibol 5% serta permukaan batuan yang tidak dipengaruhi oleh clay atau tanah. Komposisi mineral yang terdapat pada ke empat sampel batuan tidak jauh berbeda, dimana mineral magnesiohorblende, quartz, dan muscovit (mika) selalu ada dan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak dibandingkan mineral lainnya. Pada beberapa sampel ditemukan adanya kandungan chlorite-serpentine dan amfibol yang merupakan mineral yang biasa terdapat pada batuan malihan (metamorf). Sampel 1A dan 2B terlihat struktur dari permukaan batuan yang masih alami, dimana kristal dan pecahannya masih terlihat jelas, sebaliknya untuk sampel 1B dan 2A terlihat struktur pada permukaan batuan yang sudah banyak berubah. Secara umum struktur dari keempat sampel batuan merupakan laminasi dan struktur foliasi. Dari hasil uji mineralogi XRD dan foto SEM diketahui sampel batuan yang diambil dari Sungai Aranio, Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan merupakan batuan yang telah mengalami pemalihan. Batuan ini telah banyak mengalami pelapukan akibat panas,air dan tekanan yang mempengaruhinya. KESIMPULAN 1. Komposisi mineral batuan yang berasal dari Sungai Aranio Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan adalah magnesiohornblende, albite, calcian, quartz, muskovit (mika), phillipsite-k, chloriteserpentine, dan amphibol. 2. Sampel 1A memiliki mineral magnesiohornblende 27 %, albite, calcian 30 %, kuarsa 17 %, Phillipsite-K 14 % dan muscovit (mika) 12 %. 3. Sampel 1B mineralnya adalah magnesiohornblende 14%,

48 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2012 (42 48) albite, calcian 29 %, kuarsa 21 %, Phillipsite-K 15 %, muscovit (mika) 8% dan chloriteserpentine 13 %. 4. Sampel 2A memiliki komposisi mineral magnesiohornblende 20 %, albite, calcian 13 %, kuarsa 28 %, muscovit (mika) 8 % dan chlorite-serpentine 31 %, sedangkan pada sampel 2B terdapat mineral yaitu magnesiohornblende 28 %, kuarsa 42 %, chloriteserpentine 21 %, muscovit (mika) 4 % dan amfibol 5 %. 5. Dari komposisi mineral ini diketahui batuan yang ada merupakan batuan malihan atau batuan metamorf 2. Struktur mikro dari permukaan batuan memperlihatkan struktur foliasi dan batuan telah mengalami laminasi. DAFTAR PUSTAKA Asmuni. 2007. Karakterisasi Pasir Kuarsa (SiO2) Dengan Metode XRD. Universitas Sumatera Utara. Medan http://library.usu.ac.id/download/ fmipa/kimia-asmuni.pdf Diakses tanggal 4 Desember 2009 Meratus, Kalimantan Selatan, dan Implikasi Tektoniknya. www.hagi.or.id/download/jgeofi sika/2005_2/2005_2_1.pdf Diakses tanggal 13 Juli 2009. Batuan Metamorf http://wingmanarrows.wordpress.c om. Diakses tanggal 13 Juli 2010 Karit. L., H. Permana, A. Kadarusman, N.D.Hananto dan Y. Sudrajat. 2004. Penelitian Geologi dan Geofisika Bawah Permukaan Kompleks Pegunungan Bobaris Meratus Kalimantan Selatan. Pusat Penelitian Geoteknologi. Bandung. Jurnal Geofisika Mikroskop dan Teknologi Nano (1) http://www.lemigas.esdm.go.id Diakses tanggal 6 Januari 2009 Sapiie, B., Magetsari, N.A., Harsolumakso, A.H. & Abdullah, C.I., 2006. Geologi Fisik. ITB. Bandung. Sikumbang, N., Heryanto, R., 1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Kalimantan 1:250.000. P3G. Bandung. Wiryolukito, Ardy, 2008. Pelatihan Teknik Difraksi Sinar-X dan Pengukuran Tekstur. Laboratorium Teknik Metalurgi ITB. Bandung. Gaol, K.L., Permana. H., Kadurasman, A., Hananto, N.D., Wardana, D.D, dan Sudrajat, Y., 2005. Model Gaya Berat Bobaris-