II. TINJAUAN PUSTAKA. Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Wereng Batang Cokelat

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

TINJAUAN PUSTAKA Keragaman Iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Wereng Batang Cokelat Seleksi Tanaman Inang oleh WBC

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk dalam genus Oryza, yang terbagi menjadi 25 spesies dan semuanya

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA v

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

Srie Juli Rachmawatie, Tri Rahayu Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta

Penggunaan Polinomial Newton dan Advance Exponential Smoothing Untuk Peramalan Serangan Wereng Batang Coklat Pada Komoditas Padi Di Kabupaten Boyolali

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. famili Gramineae (Cahyono, 2006). Tanaman padi memiliki taksonomi sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN POPULASI DAN PEMBENTUKAN MAKROPTERA TIGA BIOTIPE WERENG BATANG COKELAT Nilaparvata lugens Stål PADA SEMBILAN VARIETAS PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

III. BAHANDAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

commit to users I. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

PADA EMPAT VARIETAS TANAMAN PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

Hama penghisap daun Aphis craccivora

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

HASIL DAN PEMBAHASAN

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

BIOMA, Juni 2015 ISSN: Vol. 17, No. 1, Hal. 9-15

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Kepinding Tanah Scotinophora coarctata, Fabricius (Hemiptera : Pentatomidae)

RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SERANGAN HAMA WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugens Stall.)

TINJAUAN PUSTAKA. Wereng Cokelat, Nilaparvata lugens (Stal) (Hemiptera: Delphacidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JENIS DAN KEPADATAN POPULASI SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI SAWAH FASE VEGETATIF DI DESA TALAWAAN KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN HAMA TANAMAN PADI PADA TIGA SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN DI DESA SITU GEDE, KECAMATAN BOGOR BARAT, KOTA BOGOR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan keanekaragaman agroklimat. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT SERANGAN WERENG BATANG COKLAT

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung


I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

Budidaya Tanaman Padi (Oryza sativa) Berbasis Teknologi untuk Mencapai Swasembada Pangan di Kabupaten Bangka Barat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

tunda satu bulan (lag 2) berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus sampai dengan November 2012 di

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Padi. L.) merupakan tanaman pangan golongan Cerealia

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. KEBERADAAN OPT PADI

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN DAMPAK KERAGAMAN IKLIM TERHADAP DISTRIBUSI DAN PERUBAHAN STATUS HAMA TANAMAN PADI DI PANTAI UTARA JAWA BARAT DEDI HUTAPEA

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sesuai Dengan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Sasaran

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stall) Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total pada tanaman padi (hopperburn) sebagai akibat dari hilangnya cairan tanaman yang dihisap oleh WBC dari jaringan xylem maupun phloem (Pathak dan Khan, 1994). Pada awalnya, gejala hopperburn muncul pada ujung daun yang terlihat menguning kemudian berkembang meluas ke seluruh bagian tanaman (daun dan batang) (Sogawa, 1982). Hama WBC dapat mengakibatkan kehilangan hasil dan berpotensi menyebabkan puso pada tanaman padi sawah akibat dari serangan yang dilakukannya. Potensi kehilangan hasil padi sawah per batang akibat dari serangan WBC (nimfa dan imago) diperkirakan bisa mencapai 70 persen. Pada tahun 2011, kejadian puso secara nasional di Indonesia pada padi sawah akibat serangan WBC mencapai 34.932 hektar (Baehaki dan Mejaya, 2011). Penyebaran populasi WBC tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terdapat di negara-negara lain, yaitu : Bangladesh, Brunei Darussalam, China, Fiji, India, Jepang, Korea, Malaysia, Nepal, Papua New Guinea, Philippina, Kepulauan Solomon, Sri Langka, Taiwan, Thailand, Vietnam (Dyck dan Thomas, 1979), Kepulauan Caroline dan Mariana (Mochida dan Okada,1979). Hama WBC juga dilaporkan terdapat di Australia,Hongkong, Kamboja, Laos, Myanmar, Pakistan, Singapura (Catindig dkk., 2009).

14 Perkembangan hidup WBC diawali dari telur, kemudian nimfa, dan selanjutnya serangga dewasa (imago). Telur WBC biasanya diletakkan secara berkelompok di dalam jaringan tanaman di bagian bawah tanaman padi sawah, atau pada pelepah daun, tetapi juga diletakkan di dalam jaringan helaian daun (Mochida dan Okada, 1979 ; Baco, 1984). Satu kelompok telur WBC berisi 2 35 butir (Baco, 1984). Menurut observasi di International Rice Research Institute (IRRI), satu kelompok telur WBC berisi 4 10 butir (Pathak dan Khan, 1994). Pada helaian daun, telur WBC diletakkan pada tulang daun terutama pada bagian pangkal daun (Baco, 1984). Di wilayah tropis, stadium telur WBC berlangsung selama 7 11 hari dengan rata-rata selama 10 hari (Mochida dan Okada, 1979). Kemudian menurut hasil penelitian Baco (1984), kisaran stadium telur WBC berlangsung selama 6 10 hari dan penetasan biasanya berlangsung pada pagi hari. Selanjutnya, menurut hasil penelitian Yaherwandi dkk. (2009) di rumah kaca stadium telur WBC pada varietas IR 64 rata-rata berlangsung selama 8 hari. Perkembangan nimfa WBC mempunyai 5 (lima) instar, dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan penampakan mesonotum dan metanotum, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Stadium nimfa, dari instar I sampai dengan instar V berlangsung selama 10 15 hari (Mochida dan Okada, 1979), kemudian berdasarkan hasil penelitian Baco (1984) dapat berkisar selama 9 14 hari, sedangkan hasil penelitian Yaherwandi dkk. (2009) stadium nimfa WBC berlangsung selama 14 hari.

15 Keterangan : ms = mesonotum mt = metanotum Gambar 2. Perbedaan penampakan setiap instar nimfa WBC. (Sumber : Mochida dan Okada, 1979). Imago (dewasa) WBC baik betina maupun jantan dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan bentuk sayapnya, yaitu imago brakhiptera dan makroptera. Wereng batang coklat jenis brakhiptera mempunyai bentuk sayap berukuran kecil dan sayap belakangnya tidak berkembang sempurna (rudimenter), sedangkan WBC jenis makroptera mempunyai sayap depan dan belakang berbentuk normal. Imago WBC makroptera dapat bermigrasi, beradaptasi, dan berkembang pada tanaman inang yang banyak maupun sedikit (Pathak dan Khan, 1994). Satu ekor imago WBC betina, di rumah kaca (green house) mampu bertelur sebanyak 100 200 butir (Mochida dan Okada, 1979). Sedangkan menurut hasil penelitian Baco (1984), satu ekor imago WBC betina mampu bertelur rata-rata 243 butir. Laporan lain menyebutkan bahwa pada varietas IR 64 satu ekor imago WBC betina mampu bertelur rata-rata 19 butir per hari dan pada varietas IR 42

16 rata-rata 42 butir per hari (Yaherwandi dkk., 2009). Kemudian, periode masa peneluranwbc berlangsung selama 9 10 hari (Baco, 1984). Namun demikian, periode peneluran ini juga dipengaruhi oleh kondisi suhu lingkungan, jika berada pada suhu 20 o C masa peneluran WBC imago betina berlangsung selama 21 hari tetapi jika pada suhu 30 o C masa penelurannya berkurang 3 hari, sehingga berlangsung selama 18 hari (Pathak dan Khan, 1994). Periode pre-oviposisi (sebelum masa peneluran) WBC rata-rata berlangsung selama 3 atau 4 hari untuk brakhiptera betina, dan untuk makroptera betina berlangsung 3 4 (Mochida dan Okada, 1979). Selanjutnya, lama hidup WBC membutuhkan waktu selama 14 15 hari (Baco, 1984) ; 10 20 hari pada musim hujan dan 30 50 hari jika pada musim kemarau (Pathak dan Khan, 1994). 2.2 Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Terdapat dua spesies tanaman padi yang dibudidayakan oleh manusia, yaitu Oryza sativa dan Oryza glaberrima. Pertanaman O. sativa dapat dijumpai di negara-negara Asia (termasuk Indonesia), Amerika Utara dan Selatan, Uni Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Sedangkan pertanaman O. glaberrima hanya dapat dijumpai di negara-negara Afrika Barat (Ministry of Science & Technology of India, tanpa tahun ; Khush, 1997). Oryza sativa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di wilayah tropis dan subtropis pada garis lintang 45 o LU 45 o LS yang memiliki rata-rata curah hujan 200 mm per bulan (1.500 2.000 mm per tahun), suhu berkisar 19 27 o C, ph tanah 4,0 8,0, dan ketinggian tempat 0 1.500 m dari permukaan laut, serta

17 memerlukan penyinaran matahari yang penuh (BPP Teknologi, 2000). Yoshida (1981) mengemukakan bahwa suhu optimum untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman padi dari tahap benih (persemaian) sampai panen berkisar 20 35 o C, kemudian dikemukakan juga bahwa penyinaran matahari penuh (100%) pada fase vegetatif, reproduktif, dan pematangan bulir berkontribusi menghasilkan produksi padi yang tinggi. Oryza sativa diklasifikasikan ke dalam: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Poales : Poaceae atau Gramineae : Oryza : sativa (Ministry of Science & Technology of India, tanpa tahun). Sampai dengan tahun 2010 varietas O. sativa di Indonesia tercatat sudah 73 varietas, yang terdiri dari varietas non-hibrida, hibrida, padi tipe baru (PTB), dan ketan (Suprihatno dkk., 2010). Serangga hama utama yang dapat dijumpai menyerang tanaman padi di pertanaman antara lain adalah : lalat hydrelia (Hydrellia philippina), penggerek batang (Scirpophaga incertulas), wereng hijau (Nephotettix virescens), wereng batang coklat (Nilaparvata lugens), ganjur (Orseolia oryzae), ulat pelipat daun (Cnaphalocrosis medinalis), hispa (Dicladispa armigera), ulat pemotong padi (Mythimna separata), walang sangit

(Leptocorisa acuta) (Pathak dan Khan, 1994 ; Ministry of Science & Technology of India, tanpa tahun). 18 2.3 Ketahanan Tanaman terhadap Hama Painter (1951) mengelompokkan mekanisme ketahanan (resistensi) tanaman terhadap serangga hama ke dalam tiga jenis, yaitu: non-preferensi, antibiosis, dan toleran. Istilah non-preferensi oleh Kogan dan Ortman (1978 dalam Samsudin, 2011) diganti dengan istilah antixenosis. Kategori antixenosis dan antibiosis merupakan reaksi oleh serangga hama akibat dari tanaman yang diserangnya, sedangkan toleran merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh tanaman terhadap infestasi atau kehadiran populasi serangga hama dan kerusakan akibat serangan hama (Smith, 1999). Painter (1951) menjelaskan bahwa tanaman yang memiliki ketahanan antixenosis akan terhindar dari serangan hama akibat senyawa allelokimia yang dikeluarkan oleh tanaman (antixenosis kimiawi) atau akibat struktur/morfologi tanaman atau bagian tanaman (antixenosis fisik), kemudian ketahanan antibiosis akan mengakibatkan pertumbuhan abnormal dan kematian terhadap hama. Sedangkan ketahanan toleran mengakibatkan tanaman dapat mentolerir serangan hama karena tanaman antara lain memiliki ketegaran batang, mampu memperbaiki kembali jaringan tanaman yang rusak akibat hama. Menurut Sodiq (2009), terdapat tiga bentuk interaksi serangga dengan tanaman, yaitu (a) tanaman sebagai tempat berlindung, berkembangbiak, dan menjadi sumber makanan bagi serangga, (b) serangga sebagai organisme yang dapat

membantu perkembangbiakan tanaman (sebagai penyerbuk dan penyebar organ perkembangbiakan tanaman), dan (c) serangga sebagai vektor patogen tanaman. 19