II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penghisap Polong (Riptortus linearis Fabr.) Telur R. linearis berbentuk bulat dengan diameter telur 1,0-1,2 mm.

TINJAUAN PUSTAKA. Hama Pengisap Polong Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah


II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Thrips termasuk ke dalam ordo Thysanoptera yang memiliki ciri khusus, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

Gambar 1. Nimfa Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003) Gambar 2. Imago betina Helopeltis spp Sumber: Atmadja (2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

BAB III METODE PENELITIAN

Hama penghisap daun Aphis craccivora

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepik hijau (N. viridula L.) sudah lama dikenal sebagai hama penting tanaman

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Boleng (Cylas formicarius (Fabr.))

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

TINJAUAN PUSTAKA. bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Blackman dan Eastop (2000), adapun klasifikasi kutu daun

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Hama Kedelai Cara Pengendalian

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepik hijau termasuk dalam famili Pentatomidae, subordo Heteroptera, ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. Dapat diklasifikasikan

STATUS HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis DAN CARA PENGENDALIANNYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Telur Brontispa longissima berwarna coklat, berbentuk pipih dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

EFEKTIVITAS JAMUR Penicillium spp UNTUK PENGENDALIAN HAMA Lepidiota stigma PADA TANAMAN TEBU OLEH : NURYATININGSIH, SP.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

Transkripsi:

8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera Super family : Coreoidea Family : Alydidae Genus : Riptortus Species : Riptortus linearis (Fabricius, 1775) Imago R. linearis datang ke pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga. Selanjutnya, imago betina akan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4 47 hari (Prayogo & Sudarsono, 2005). Metamorfosis R. linearis adalah paurometabola, yaitu terdiri dari telur, nimfa, dan imago. Telur R. linearis berbentuk bulat dan berwarna coklat. Stadium nimfa terdiri dari 6 instar. Nimfa instar I dan II berbentuk mirip semut gramang, berwarna kekuning-kuningan, aktif bergerak dan mencari makan. Nimfa instar III dan IV berbentuk seperti semut rangrang, berwarna coklat, aktif bergerak tapi tidak seaktif instar I dan II. Instar V dan VI berwarna hitam agak abu-abu, mirip semut hitam. Lama perkembangan R. linearis dari telur hingga imago membutuhkan waktu 64,48 hari (Mawan & Amalia, 2011). Imago bertubuh

9 panjang dan berwarna kuning kecoklatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi tubuhnya. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk abdomennya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang 13 14 mm (Prayogo & Sudarsono, 2005). Riptortus linearis memiliki tipe mulut menusuk dan mengisap. Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya (Prayogo & Sudarsono, 2005). Tanda serangan dapat dilihat dari bekas tusukan mulut pada kulit polong dan biji. Jika serangan terjadi pada saat polong masih dalam proses pengisian penuh, maka polong menjadi kempes dan mengering (Asadi, 2009). Suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap lamanya masa inkubasi telur dan lamanya periode nimfa. Peningkatan suhu lingkungan dari 20 C menjadi 35 C menyebabkan penurunan masa inkubasi telur dari 12,75 menjadi 4,13 hari dan total lamanya periode nimfa dari 35,47 menjadi 11,52 hari (Talekar et al., 1995). Hal ini tentunya menyebabkan R. linearis menjadi hama penting di daerah-daerah bersuhu tinggi, termasuk Indonesia sebagai negara tropis karena perkembangan serangga yang begitu cepat. 2.2 Jamur Entomopatogen Jamur yang berasosiasi dengan serangga dikenal dengan entomogenous fungi atau jamur serangga (entomopatogen). Jamur entomopatogen dapat menginfeksi serangga dan hidup di dalam serangga inang. Mekanisme infeksi oleh jamur entomopatogen pada serangga, diawali dengan menempelnya propagul jamur pada tubuh serangga, lalu propagul berkecambah dan menghasilkan struktur untuk

10 melakukan penetrasi ke tubuh inang (misalnya tabung kecambah, appresorium, atau lapisan ekstraseluler). Sebelum mampu mencapai hemosol, jamur menghasilkan toksin untuk melawan mekanisme pertahanan tubuh serangga. Setelah mencapai hemosol, jamur membentuk blastospora dan memperluas infeksi ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terinfeksi akan mati akibat kekurangan nutrisi, gangguan fisik atau invasi jamur pada organ, dan toksin yang dihasilkan jamur (Inglis et al., 2001). Gejala infeksi jamur tampak dari adanya pertumbuhan miselium pada kutikula serangga dewasa atau larva. Miselium akan terus bertumbuh, kemudian membungkus seluruh permukaan tubuh serangga dan masuk ke bagian internal tubuh serangga serta mengolonisasi hemosol. Selanjutnya, pertumbuhan miselium akan diikuti oleh perkembangan spora atau konidia jamur yang dapat menginfeksi serangga lain (Sembel, 2010). 2.3 Jamur Aspergillus Jamur dari genus Aspergillus umumnya adalah jamur-jamur saprofit yang sering dijumpai pada tanah dan substrat organik atau anorganik. Konidianya yang merupakan spora aseksual bersifat hidrofobik dan biasanya dapat terbawa di udara. Konidia ini mudah berkecambah dalam berbagai kondisi karena termotoleran dan dapat berkecambah pada suhu berkisar 12 50 C (Bhabhra & Askew, 2005). Publikasi pertama jamur Aspergillus sekitar 300 tahun yang lalu oleh seorang pendeta dan ahli botani bernama Antonio Micheli. Jamur ini selanjutnya disebut Aspergillus karena kemiripan struktur aseksualnya dengan aspergillum yang

11 digunakan untuk memercikkan air suci dalam liturgi umat Kristiani (Gibbons & Rokas, 2013) (Gambar 1). Gambar 1. Struktur jamur Aspergillus mirip dengan aspergillum (Sphenothalami, 2013). Ciri utama jamur dari genus Aspergillus adalah bentuk struktur bantalan spora yang mirip dengan aspergillum. Stuktur ini merupakan karakter mikroskopik Aspergillus paling penting dalam taksonomi jamur ini. Pada saat tertentu, miselium sel-sel terdiferensiasi menjadi struktur menggembung berbentuk huruf T atau L dan membentuk foot cells (sel kaki) yang menghasilkan konidiofor tunggal yang tegak lurus. Sel kaki ini sering sulit untuk ditemukan, namun struktur ini memperkuat bukti bahwa isolat yang ditemukan merupakan spesies Aspergillus (Machida & Gomi, 2010). Aspergillus biasa dijumpai di tanah-tanah daerah beriklim tropis, kompos, bagian tanaman yang membusuk, tempat penyimpanan biji, dll. Genus Aspergillus dicirikan dengan adanya konidiofor tegak yang pada ujungnya terdapat vesikel. Vesikel ini tertutup oleh fialid (terkadang disebut sterigmata) dan metula. Fialid

12 dan metula ini bertumbuh serempak, lalu menghasilkan rangkaian konidia (Gambar 2) (Domsch et al., 1993). Gambar 2. Struktur jamur Aspergillus sp.(bunemann & Williams, 2008).