Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung. Eka Deviani.

dokumen-dokumen yang mirip
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM UPAYA PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering

BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

BAB III PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : dapat dilaksanakan secara maksimal.

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah pada saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 45 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 45 TAHUN 2005 T E N T A N G

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan dan lingkungan hidup merupakan dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB III PENUTUP. karena adanya hambatan-hambatan sebagai berikut: informasi bahwa akan adanya penertiban.

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH R A N C A N G A N PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR :...TAHUN... TENTANG

Pasal 48 yang berbunyi :

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. (Skripsi) Oleh BEKI ANTIKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 4 PERATURAAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penegakan Hukum Administratif Lingkungan Hidup

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

SILABI A. IDENTITAS MATA KULIAH

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

PERSPEKTIF HUKUM. Dr. IMA MAYASARI, S.H., M.H

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR -3 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. diyakini merupakan agenda penting masyarakat dunia saat ini, antara lain ditandai

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI

Transkripsi:

Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung Eka Deviani Dosen Bagian Hukum Administrasi Negara FH Universitas Lampung Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penegakan hukum lingkungan terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung, dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam penegakan hukum terhadap AMDAL reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian dokumen dan wawancara ditemukan bahwa penegakan hukum lingkungan yang dilakukan di Bandar Lampung adalah mencakup penegakan hukum pidana (code penal), perdata dan administrasi. Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah faktor Hukum, faktor Aparat (Pemerintah) dan faktor Ekonomi. Kata Kunci : AMDAL, reklamasi pantai, dan faktor penghambat. I. PENDAHULUAN Pelaksanaan penimbunan pantai Teluk Lampungbersifat reklamasi, berarti mengembalikan pantai pada kondisi pantai semula yaitu dengan ketentuan penimbunan atau reklamasi pantai maksimum sampai batas terluar atau sampai kedalaman 2,5 m LWS, atau sesuai dengan rekomendasi Perumpel II Panjang dan atau Badan Pertanahan Nasional (BPN) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penimbunan tersebut pada prinsipnya merupakan pengembalian areal daratan semula sebelum terjadi abrasi pantai. Pelaksanaan reklamasi pantai pada kawasan Teluk Lampun dilakukan sejalan dengan Program Pemerintah, untuk mengembalikan kondisi pantai, menciptakan pantai baru yang serasi, menunjang pembangunan pariwisata dan perekonomian daerah. Reklamasi pantai pada dasarnya akan menimbulkan dampak perubahan garis pantai dan lingkungan yang akan berpengaruh terhadap keselamatan lalu lintas kapal maupun kepentingan instansi terkait lainnya. Oleh karena reklamasi pantai secara langsung akan menimbulkan perubahan lingkungan, maka pemberian izin reklamasi pantai harus dilengkapi dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang merupakan produk akhir dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Dalam kenyataan masih banyak perusahaan-perusahaan baik yang bergerak di bidang pariwisata ataupun bisnis melakukan reklamasi pantai tanpa memiliki RKL dan RPL. 324

Hal ini terlihat dengan adanya beberapa Surat Keputusan Gubernur mengenai pemberian izin reklamasi pantai terhadap perusahaanperusahaan yang ada tidak dilengkapi dengan RKL dan RPL. Jadi RKL dan RPL yang merupakan produk akhir dari Amdal hanya sebagai alat kelengkapan admintrasi, karena dalam hal ini yang terjadi izin penimbunan pantai dahulu baru RKL dan RPL, yang seharusnya RKL dan RPL dahul dan izin-izin lain selanjutnya izin penimbunan. Fungsi RKL dan RPL yang merupakan produk akhir dari Amdal terhadap reklamasi pada dasarnya adalah untuk mengendalikan perusakan lingkungan akibat adanya reklamasi pantai. Oleh karena itu pemberian izin penimbunan terhadap reklamasi pantai harus dilengkapi RKL dan RPL. Berdasarkan hal tersebut maka penegakan hukum perlu diterapkan baik penegakan hukum pidana, perdata maupun administrasi, terhadap perusahaanperusahaan yang menjalankan usahanya dengan melakukan reklamasi pantai tanpa dilengkapi RKL dan RPL. Dengan acuan penegakan hukum tersebut adalah UU RI No.32 Th.2009 tentang perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup, PP RI No.27 Th.1999 tentang analisis dampak lingkungan hidup, Kepres RI No.10 Th.2000 tentang pengendalian dampak lingkungan. Penegakan hukum tersebut diperlukan agar para pengusaha tidak sewenang-wenang melakukan reklamasi pantai tanpa memikirkan dampaknya terhadap perusakan lingkungan pantai. Pelaksanaan penimbunan atau reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung selain mempunyai dampak negatif, juga mempunyai dampak positif, diantaranya terdapat banyak investor yang akan menanamkan modalnya untuk mendirikan perusahaan di Bandar Lampung terutama di daerah Teluk Lampung, sehingga menyebabkan tersedianya banyak lapangan pekerjaan bagi warga setempat yang ingin bekerja pada perusahaan yang melakukan penimbunan/reklamasi pantai yaitu sehingga mereka tidak menganggur. Selain itu dampak positif dari penimbunan/reklamasi pantai yaitu meningkatkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Lampung, karena banyak investor/pengusaha yang menanamkan modalnya serta mendirikan perusahaan di Bandar Lampung. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut permasalahan dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penegakan hukum lingkungan terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung? 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam penegakan hukum terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung? II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian normative dan empiris. Pendekatan yuridis, ditujukan untuk mengkaji keterkaitan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup antara satu dengan yang lain dalam hubungannya dengan 325

penegakan hukum lingkungan. Pendekatan empiris dilakukan dengan cara melihat atau mempelajari kenyataan-kenyataan hukum dalam bentuk perilaku, pendapat, perasaan, sikap secara nyata. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1.Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung a. Penegakan Hukum Pidana Didalam rangka penegakan hukum lingkungan dilihat dari sudut hukum pidana, maka perlu pemrakarsa dalam hal ini pengusaha dapat dikenakan denda atau kurungan bilamana melakukan kegiatan tidak memenuhi salah satu syarat perizinan dalam hal ini termasuk proses AMDAL. Konsultan AMDAL dapat dikenakan sanksi pidana apabila studi AMDAL (data dan informasi) yang disampaikan tidak berdasarkan studi yang benar/palsu, (misal AMDAL fiktif). Hal ini dibuktikan dengan kesaksian ahli di pengadilan. Dipertegas dalam UU RI No.32 Th.2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terhadapa sangsi pidana/ketentuan pidana pada Bab XV pasal 97 s/d 120. b. Penegakan Hukum Perdata Keterkaitan pengelolaan lingkungan hidup terhadap masalah penegakan hukum AMDAL Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung dilihat dari sudut hukum perdata, mengacu pada ajaran mengenai perbuatan melawan hukum pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt). Menurut Pasal 1365 KUHPdt, perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian itu, untuk mengganti kerugian. Unsur-unsur Pasal 1365 KUHPdt yang harus dibuktikan ialah: a. Perbuatan tersebut harus melawan hukum; b. Pelaku harus bersalah c. Ada kerugian d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan dengan kerugian. Selanjutnya penggunaan hukum pidana dan hukum administrasi dalam rangka penegakan hukum di bidang AMDAL Reklamasi Pantai ini terutama bertujuan agar tercapai ketertiban kehidupan masyarakat secara keseluruhan, sedangkan hukum perdata bertujuan untuk memberikan perlindungan kepentingan warga masyarakat secara individual dalam hubungan dengan warga masyarakat. c. Penegakan Hukum Administrasi Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang AMDAL dan Kepala Bidang Konservasi, Rehabilitasi Lingkungan Hidup dan Mitra Lingkungan Bapedalda Provinsi Lampung, maka terhadap perusahaan yang tidak/belum 326

memiliki izin AMDAL tetapi sudah melakukan penimbunan/reklamasi pantai dan sudah menjalankan usahanya dapat dikenakan sanksi administrasi. Jika terjadi pelanggaran peraturan, misalnya mengenai izin AMDAL dalam rangka penimbunan/reklamasi pantai, maka langkah represif untuk memaksakan kepatuhan dilakukan melalui penerapan sanksi administrasi, beberapa jenis sanksi administrasi sebagai sarana penegakan hukum lingkungan adalah : a. Paksaan pemerintah (bestuursdwang) b. Uang paksa (publiekrechtelijke dwangsom) c. Penutupan tempat usaha (slutting van een inrichting) d. Penghentian kegiatan mesin perusahaan (buitengebruikstelling van een roastel); e. Pencabutan izin (Muhammad Akib, 2000 : 72). Dipertegas dalam UU No.32 Th. 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup terhadap sanksi administrative pada Pasal 76 s/d 83 3.2. Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Reklamasi Pantai Di Bandar Lampung. Faktor penghambat penegakan hukum terhadap pelaksanaan reklamasi pantai yang telah lama dilaksanakan yaitu sejak tahun 1983, disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor hukum yakni kurang tegasnya penerapan sangsi oleh instansi terkait dalam penyelenggaraan reklamasi pantai terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya yang ditentukan di dalam surat keputusan pemberian izin penimbunan pantai merupakan kendala penyelenggaraan reklamasi pantai. Tidak adanya peraturan yang dalam hal ini Perda yang secara khusus mengatur tentang reklamasi pantai, sehingga penegakan hukum AMDAL reklamasi pantai terhadap perusahaan yang tidak memiliki izin AMDAL serta melakukan pencemaran dan perusakan lingkungan akan sulit ditegakkan. Apabila perkara pencemaran dan perusakan lingkungan hidup diselesaikan melalui Peradilan Tata Usaha Negara, maka kemungkinan pengajuan gugatan pencabutan izin ke PTUN akan menemui kendala, antara lain karena panjangnya alur penyelesaian sengketa dan tidak jelasnya tenggang waktu pengajuan gugatan bagi pihak ke tiga. Selain faktor hukum, faktor aparat pemerintah yang dalam hal ini yaitu koordinasi antar instansi yang terkait dalam penyelenggaraan reklamasi pantai belum mantap karna secara teknis kewenangan ada pada masing-masing instansi pemberi izin dengan berbagai keterbatannya. Faktor ekonomi juga menyebabkan hukum tidak dapat ditegakkan sebagaimana mestinya. Mislanya apabila perusahaan tersebut ditutup atau di cabut izin usahanya, maka dalam hal ini akan mengakibatkan puluhan bahkan ratusan buruh akan menganggur 327

(kehilangan pekerjaan) dan perusahaan akan menderita kerugian yang sangat besar sehingga keadaan ekonomi akan memburuk. Selain faktor-faktor penghambat penegakan hukum AMDAL reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung, berdasarkan hasil penelitian di lapangan terdapat pula faktor-faktor penghambat dalam penyelenggaraan reklamasi pantai antara lain : 1. Luasnya pantai yang direklamasi oleh perusahaan, merupakan kendala dalam penyelenggaraan reklamasi pantai, apalagi bila tidak ditunjang dengan dana yang cukup besar serta peralatan yang canggih dan lengkap maka sebagian masyarakat akan terhambat. 2. Adanya sebagian masyarakat yang masih belum bersedia meninggalkan lokasi yang akan di timbun, karena alasan dekat dengan tempat usaha. 3. Hambatan lain yang dihadapi selama ini lebih banyak menyangkut pemindahan rumah, misalnya sudah dibayar kemudian kembali ketempat asalnya. Dalam soal reklamasi tidak ada istilah ke tempat asalnya, yang ada adalah sistem kerja sama dengan pihak terkait dengan menggunakan pendekatan. Oleh karena itu daerah-daerah reklamasi yang bermasalah dihindari dahulu, terutama yang menyangkut ganti rugi. IV. SIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa dalam rangka penegakan hukum lingkungan dilihat dari sudut hukum pidana, maka pemrakarsa dalam hal ini pengusaha dapat dikenakan denda atau kurungan bilamana melakukan kegiatan tidak memenuhi salah satu syarat perizinan dalam hal ini termasuk proses AMDAL. Sedangkan perusahaan yang tidak/belum memiliki izin AMDAL tetapi sudah melakukan penimbunan/reklamasi pantai dan sudah menjalankan usahanya dapat dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan UU No.32 Th. 2009 Terhadap sanksi administrasi. 2. Faktor-faktor penghambat dalam rangka penegakan hukum terhadap AMDAL reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung adalah meliputi Faktor Hukum, Faktor Aparat (Pemerintah) dan faktor Ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Akib, Muhammad, 2000. Justicia Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan (Kajian dari Aspek Hukum Lingkungan Administrasi). Fakultas Hukum Universitas Lampung. Arief, Barda Nawawi. 2000. Hukum Penegakan Lingkungan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Citra Aditya Bakti. Bandung. 328

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2000. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Mamudji, Sri dan Soerdjono Soekanto. 1995. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mechsan, Sudirman. 1997. Justicia. Reklamasi Pantai Untuk Keperluan Pembangunan dan Kaitannya Dengan Pendaftaran Tanah. Fakultas Hukum. Universitas Lampung. Nurhalim, H. 1999. Pengertian dan Dasar-Dasar AMDAL Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pekan Baru, 28 Juni s.d 7 Juli 1999 Silalahi, Daud. 1995. Penelitian Aspek-Aspek Hukum Tentang Ketentuan AMDAL Dalam Pembangunan Industri. Bahan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. Soemartono, R.M. Gatot P. 1996. Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta. Laporan Akhir Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan Kawasan Arteri Pusat Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 1996/1997. Pemda Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintahan Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Harian Radar Lampung, Senin 20 Agustus 2001. 329