RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 64/PUU-XIII/2015 Industri Pelayaran Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

I. PEMOHON - Magda Safrina, S.E., MBA... Selanjutnya disebut Pemohon

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XII/2014 Frasa Membuat Lambang untuk Perseorangan dan Menyerupai Lambang Negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 66/PUU-X/2012 Tentang Penggunaan Bahan Zat Adiktif

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

KUASA HUKUM Adardam Achyar, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Agustus 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

Kuasa Hukum: Fathul Hadie Utsman sebagai kuasa hukum para Pemohon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 20 Oktober 2012.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 63/PUU-XII/2014 Organisasi Notaris

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 19/PUU-XIII/2015 Batas Waktu Penyerahan/Pendaftaran Putusan Arbitrase Internasional

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 4 / PUU-X / 2012 Tentang Penggunaan Lambang Negara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 50/PUU-XI/2013 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XII/2014 Alasan Pemberatan Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 56/PUU-XIII/2015 Kualifikasi Pemohon dalam Pengujian Undang-Undang dan Alasan yang Layak dalam Pemberian Grasi

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 5/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang Notaris dan Formasi Jabatan Notaris

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 75/PUU-XII/2014 Status Hukum Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 dan Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 12/PUU-XIII/2015 Pembiayaan dan Pengelolaan Setoran Dana Pembiayaan Ibadah Haji

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 58/PUU-XIV/2016 Pengampunan Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XI/2013 Tentang Pemberhentian Oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 116/PUU-XIII/2015 Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Atas Pemutusan Hubungan Kerja

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 11/PUU-XIII/2015 Hak dan Kesejahteraan Guru Non-PNS yang diangkat oleh Pemerintah.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XIII/2015 Kewajiban Pelaku Pembangunan Rumah Susun Dalam Memfasilitasi Terbentuknya PPPSRS

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 56/PUU-X/2012 Tentang Kedudukan Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 102/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

I. PEMOHON Bastian Lubis, S.E., M.M., selanjutnya disebut Pemohon.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 46/PUU-XII/2014 Retribusi Terhadap Menara Telekomunikasi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 61/PUU-XIII/2015. Penempatan TKI di Luar Negeri

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 40/PUU-X/2012

I. PEMOHON Kasmono Hadi, S.H, sebagai Pemohon.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 49/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 20/PUU-XIV/2016 Perekaman Pembicaraan Yang Dilakukan Secara Tidak Sah

Transkripsi:

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 64/PUU-XIII/2015 Industri Pelayaran Nasional I. PARA PEMOHON Capt. Ucok Samuel Bonaparte Hutapea, A.Md., S.H., S.E., M.Mar, II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (UU 17/2008). KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON Pemohon adalah perseorangan warga negara yang berencana untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran yang merasa dirugikan dengan berlakunya ketentuan Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. 1

V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA MATERIIL - Pasal 1 angka 21, angka 22 dan angka 28 UU 17/2008 angka 21 : Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. angka 22 : Terminal untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. angka 28 : Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegia tan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya. - Pasal 158 ayat (2) huruf c UU 17/2008 Kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia. - Pasal 223 ayat (1) UU 17/2008 Perintah penahanan kapal oleh pengadilan dalam perkara perdata berupa klaim pelayaran dilakukan tanpa melalui proses gugatan. - Pasal 341 UU 17/2008 Kapal asing yang saat ini masih melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri tetap dapat melakukan kegiatannya paling lama 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 - Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. - Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. 2

VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Mengenai industri pelayaran tidak akan terlepas dari asas cabotage yang merupakan prinsip utama, asas ini pertama kali ditetapkan dalam Inpres 5/2005 yang bertujuan untuk mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan industri pelayaran nasional. Dengan penerapan asas cabotage ini berlakulah ketentuan bahwa kapal yang melakukan pengangkutan di Indonesia harus berbendera Indonesia dan diawaki oleh kru/awak kapal berkebangsaan Indonesia; 2. Menurut Pemohon Pasal 1 angka 21, angka 22 dan angka 28 UU 17/2008 telah menimbulkan ketidakpastian hukum dan berpotensi menyebabkan kerugian kepada Pemohon serta pelaksanannya bertentangan dengan semangat yang termuat dalam UU 17/2008 mengenai asas cabotage. Pemohon berencana untuk membeli saham perusahaan pertambangan yang memiliki terminal khusus dan keberadaan pemegang saham asing yang memiliki lebih dari 50% saham berpotensi untuk merugikan Pemohon, hal ini disebabkan keuntungan dalam kegiatan kepelabuhan/terminal yang seharusnya diberdayakan untuk mendukung industri pelayaran nasional menjadi milik asing; 3. Ketidakpastian hukum atas penerapan Pasal 158 ayat (2) huruf c UU 17/2008 disebabkan akibat tidak adanya ketentuan peralihan yang mensyaratkan kewajiban bagi pemegang saham asing pada perusahaan pelayaran nasional pemilik kapal yang berdiri sebelum UU 17/2008 ini diundangkan yang total saham yang dimiliki oleh pemegang saham asing tersebut adalah lebih dari 50% (lima puluh persen) untuk melakukan divestasi atas saham yang dimilikinya; 4. Pasal 223 ayat (1) UU 17/2008 telah menimbulkan ketidakpastian hukum dan berpotensi melanggar perlindungan terhadap harta benda Pemohon baik dalam praktek profesionalnya sebagai pemerhati bidang maritim, juga sebagai perwakilan yayasan yang membidangi kemaritiman, termasuk juga dalam rencana pendirian/pembelian saham perusahaan pelayaran oleh Pemohon; 5. Pasal 341 UU 17/2008 telah menimbulkan ketidakpastian hukum sebab tidak ditafsirkan bahwa jangka waktu yang sama juga diperlukan bagi perusahan pelayaran nasional pemilik kapal yang mayoritas sahamnya dimiliki asing untuk menyesuaikan komposisi sahamnya menjadi maksimum sebesar 49%. Hal ini menyebabkan pemegang saham asing tersebut merasa tidak wajib untuk melakukan divestasi dan atasnya berpotensi merugikan Pemohon sebab Pemohon berencana untuk mendirikan suatu perusahaan pelayaran dan Pemohon harus bersaing dengan perusahaan pelayaran dengan permodalan yang jauh lebih kuat dan besar daripada Pemohon (dan warga Negara/pemegang saham NKRI lainnya); 1. Mengenai industri pelayaran tidak akan terlepas dari asas cabotage yang merupakan prinsip utama, asas ini pertama kali ditetapkan dalam Inpres 5/2005 yang bertujuan untuk mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan industri pelayaran nasional. Dengan penerapan asas cabotage ini berlakulah ketentuan bahwa kapal yang melakukan 3

pengangkutan di Indonesia harus berbendera Indonesia dan diawaki oleh kru/awak kapal berkebangsaan Indonesia; 2. Ketidakpastian hukum atas penerapan Pasal 158 ayat (2) huruf c UU 17/2008 disebabkan akibat tidak adanya ketentuan peralihan yang mensyaratkan kewajiban bagi pemegang saham asing pada perusahaan pelayaran nasional pemilik kapal yang berdiri sebelum UU 17/2008 ini diundangkan yang total saham yang dimiliki oleh pemegang saham asing tersebut adalah lebih dari 50% (lima puluh persen) untuk melakukan divestasi atas saham yang dimilikinya; 3. Ketiadaan ketentuan tersebut dapat diinterpretasikan oleh pemegang saham asing pada perusahaan pelayaran nasional pemilik kapal dimana kepemilikan sahamnya lebih dari 50% adalah tidak wajib/tidak perlu untuk melakukan divestasi terhadap sahamnya sebab tidak ada ketentuan dalam UU 17/2008 maupun peraturan pelaksanaannya untuk melakukan divestasi tersebut; 4. Hal yang mengakibatkan masih ada perusahaan pelayaran yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh asing, baik oleh warga negara asing maupun badan hukum asing. Sehingga akan menjadi lebih sulit bagi perusahaan pelayaran nasional untuk bersaing dengan perusahaan tersebut dan pada akhirnya menyebabkan iklim yang tidak kondusif dan dapat menghambat kemajuan pelaku usaha nasional dalam bidang pelayaran sebab pelaku usaha berkewarganegaraan Indonesia atau badan hukum Indonesia menjadi sulit dan enggan untuk masuk ke dalam usaha pelayaran karena khawatir akan kalah bersaing dengan perusahaan pelayaran yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh asing tersebut dikarenakan tidak imbangnya modal atau kekuatan dari pelaku usaha berkewarganegaraan Indonesia/perusahaan pemilik kapal nasional; 5. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, sungguh jelas bahwa akibat dari penerapan Pasal 158 ayat (2) huruf c UU 17/2008 telah menimbulkan ketidakpastian hukum dan menyebabkan pelaksanaannya justru bertentangan dengan semangat yang termuat dalam UU 17/2008 mengenai asas cabotage. Lebih lanjut, ketidakpastian hukum atas ketentuan dalam Pasal 158 ayat (2) huruf c UU 17/2008 tersebut berpotensi melanggar hak konstitusional Pemohon dalam praktik profesionalnya dan juga dalam rencana pendirian perusahaan pelayaran milik Pemohon. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Uji Materiil Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan bahwa frasa warga Negara Indonesia pada Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945sepanjang tidak dimaknai frasa warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 3. Menyatakan bahwa frasa warga Negara Indonesia pada Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan 4

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 4. Menyatakan bahwa Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak dimaknai frasa kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia serta telah menyesuaikan komposisi sahamnya sesuai dengan undang-undang ini ; 5. Menyatakan bahwa Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia serta telah menyesuaikan komposisi sahamnya sesuai dengan undang-undang ini ; 6. Menyatakan bahwa kata tanpa dalam frasa tanpa melalui proses gugatan dalam Pasal 223 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945; 7. Menyatakan bahwa kata tanpa dalam frasa tanpa melalui proses gugatan dalam Pasal 223 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 tidak memiliki kekuatan hukum mengikat; 8. Menyatakan bahwa Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 17 Tahun bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak dimaknai frasa Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya yang dapat didirikan oleh badan usaha patungan dengan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 9. Menyatakan Menyatakan bahwa Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya yang dapat didirikan oleh badan usaha patungan dengan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 5

10. Menyatakan bahwa Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 17 Tahun bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak dimaknai frasa Terminal untuk kepentingan sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya yang dapat didirikan oleh badan usaha patungan dengan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 11. Menyatakan bahwa Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 17 Tahun tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa Terminal untuk kepentingan sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya yang dapat didirikan oleh badan usaha patungan dengan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 12. Menyatakan bahwa Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 17 Tahun bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak dimaknai frasa Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya dan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 13. Menyatakan bahwa Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 17 Tahun tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya dan mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia ; 14. Menyatakan bahwa Pasal 341 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak dimaknai frasa: Formatted: Indent: Left: 0.31", Space After: 0 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.39" Formatted: Indent: Left: 0.31", Space After: 0 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.39" Formatted: Indent: Left: 0.31", Space After: 0 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1", Tab stops: Not at 0.39" Kapal asing yang saat ini masih melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri tetap dapat melakukan kegiatannya paling lama 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku, dan, 6

Badan hukum Indonesia pemilik kapal yang merupakan usaha patungan harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang-Undang ini paling lambat 1 Januari 2016; Badan hukum Indonesia yang mendirikan Terminal Khusus harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang-Undang ini paling lambat 1 Januari 2016; Badan hukum Indonesia yang mendirikan Terminal untuk Kepentingan Sendiri harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang- Undang ini paling lambat 1 Januari 2016; Badan Usaha Pelabuhan harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang-Undang ini paling lambat 1 Januari 2016. 15. Menyatakan bahwa Pasal 341 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa: Kapal asing yang saat ini masih melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri tetap dapat melakukan kegiatannya paling lama 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku, dan, Badan hukum Indonesia pemilik kapal yang merupakan usaha patungan harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang- Undang ini paling lambat 1 Januari 2016; Formatted: Indent: Left: 0.56", Line spacing: single, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 0.39" Badan hukum Indonesia yang mendirikan Terminal Khusus harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang-Undang ini paling lambat 1 Januari 2016; Badan hukum Indonesia yang mendirikan Terminal untuk Kepentingan Sendiri harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang- Undang ini paling lambat 1 Januari 2016; Badan Usaha Pelabuhan harus menyesuaikan komposisi sahamnya berdasarkan Undang-Undang ini paling lambat 1 Januari 2016. Formatted: Space After: 0 pt, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 0.39" 16. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; atau Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon Putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono). 7

Catatan Perbaikan: Terdapat penambahan norma yang diuji : Pasal 1 angka 21, angka 22 dan angka 28, Pasal 223 ayat (1), Pasal 341 Perubahan pada petitum: Petitum permohonan awal Menerima dan mengabulkan Permohonan Uji Materiil Pemohon untuk seluruhnya; Menyatakan Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849) bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak dimaknai frasa Perusahaan pelayaran nasional pemilik kapal harus menyesuaikan komposisi sahamnya sesuai dengan Undang-Undang ini paling lambat 3 tahun sejak undang-undang ini berlaku ; Menyatakan Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai frasa Perusahaan pelayaran nasional pemilik kapal harus menyesuaikan komposisi sahamnya sesuai dengan Undang-Undang ini paling lambat 3 tahun sejak undang-undang ini berlaku ; Atau; Menyatakan Ketentuan Peralihan sebagaimana diatur pada Pasal 341 UU Pelayaran berlaku juga terhadap Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849). Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya atau Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Petitum Perbaikan Permohonan sebagaimana tercantum diatas. 8

Tanggal disusun : 23 Juni 2015 Tanggal ACC : Mengetahui, Panitera Muda II Pengolah Data Perkara Dan Putusan Muhidin NIP. 19610818 198302 1 001 Ria Indriyani NIP. 19780216 200604 2 002 9