ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB II. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

BAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan

BAB III LANDASAR TEORI

BAB II TEORI PENDUDUKUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA SISTEM PROTEKSI JARINGAN DWDM JAKARTA PEKANBARU MENGGUNAKAN SERAT OPTIK SKRIPSI

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

BAB III MEKANISME KERJA

ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA LOCAL AREA NETWORK

UNIVERSITAS INDONESIA JUDUL

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

Synchronous Optical Networking SONET


BAB I ANALISA PENGARUH TIPIKAL SISTEM PROTEKSI ASON TERHADAP OCUPANCY KAPASITAS PADA PERANGKAT OSN 9500 HUAWEI DI PT. INDOSAT

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PROTEKSI MS-SP RING DI PERANGKAT ALCATEL LUCENT RING 2 (JAVA BACKBONE) PT. MORA TELEMATIKA INDONESIA

BAB II. Ethernet over Synchronous Digital Hierarchy (SDH) 2.1. Deskripsi. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN SERAT OPTIK DWDM (DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) UNTUK LINK MEDAN LANGSA (Studi Kasus di PT.

Topologi Jaringan Transport Optik

BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG

ROMARIA NIM :

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

PERENCANAAN PENAMBAHAN AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK (ASON) PLANNING ADDITION AUTOMATIC SWITCHING OPTICAL NETWORK(ASON)

Rosmadina¹, -². ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN POWER BUDGET

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya.

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu

ANALISA KINERJA JARINGAN TULANG PUNGGUNG (BACKBONE) MENGGUNAKAN SERAT OPTIK DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan.

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON)

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

PERANCANGAN JARINGAN LAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR SINGKATAN...

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK

RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI BACKBONE BAWAH LAUT BERBASIS SERAT OPTIK JALUR 40G UNTUK JALUR SURABAYA BANJARMASIN

STUDI ANALISIS PERANGKAT SISTEM SWITCHING TELEPHONE TRAINER B4620 (Untuk Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA. BANDWIDTH VoIP O L E H WISAN JAYA

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

A I S Y A T U L K A R I M A

TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PROTEKSI SNCP (SUBNETWORK CONNECTION PROTECTION) PADA JARINGAN TELEKOMUNIKASI BACKBONE. SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER DI SMK DARUSSALAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus. dapat memberikan kualitas layanan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING BUTTERFLY

SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.)

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB II WIDE AREA NETWORK

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX OSN 9500 Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

BAB III LANDASAR TEORI

STUDI PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

TUGAS AKHIR. PEMODELAN DAN OPTIMASI PADA JARINGAN INTERNET PROTOCOL Over SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (IP Over SDH) NORA WAHYUNI

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE

ANALISIS PENGARUH HALF RATE DAN FULL RATE TERHADAP TRAFFIC CHANNEL DAN SPEECH QUALITY INDICATOR PADA JARINGAN GSM PT.

ANALISIS KINERJA TRAFIK VIDEO CHATTING PADA SISTEM CLIENT-CLIENT DENGAN APLIKASI WIRESHARK

BAB I PENDAHULUAN. di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi. Jaringan ini tentunya harus memiliki bandwidth yang lebar,

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY

TUGAS AKHIR TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA YOVI HAMDANI

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY. Fratika Arie Yolanda NIM :

MPLS. Sukamto Slamet Hidayat

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Evaluasi Sistem Proteksi Jaringan SDH

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) DENGAN BERBAGAI LAJU KANAL

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN LATENCY PADA DYNAMIC WAVELENGTH ROUTER SALURAN TRANSMISI OPTIK WILLY V.F.S

STUDI KELAYAKAN IMPLEMENTASI GENERALIZE MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING

ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III. Perencanaan Upgrade Kapasitas. dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps yang

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLEXER PADA ISDN (INTEGRATED SERVICE DIGITAL NETWORK) Oleh MAISARAH HARAHAP

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON)

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING BATCHER- BANYAN

Transkripsi:

ANALISIS JARINGAN TRANSPORT BACKBONE LINK MEDAN SUBULUSALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SDH DENGAN SERAT OPTIK Reni Risca T,Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA e-mail: reni.risca@yahoo.co.id, naemah@usu.ac.id Abstrak Synchronous Digital Hierarchy (SDH) adalah protokol multiplexing standard yang berfungsi mentransfer bit-bit digital melalui serat optik menggunakan Light Amplification by Stimulate Emition of Radiation (LASER) atau Light Emiting Diode (LED). SDH merupakan salah satu pendukung dalam jaringan transport atau perencanaan sebuah desain jaringan Metropolitan Area Network (MAN). Tujuan dari paper ini yaitu menganalisis jaringan transport backbone mulai dari daerah Medan sampai daerah Subulusalam menggunakan teknologi transmisi SDH dengan serat optik dengan cara mengukur parameter Probabilitas Ring dan Link Power Budget dengan menggunakan beberapa alat bantu analisis seperti OTDR dan Power Meter. Link tersebut mencapai target ketersediaan (Availability) yang diinginkan yaitu 99.88 % dengan nilai total sambungan 85 splice dan nilai total redaman dari hasil pengukuran sebesar 60.4 db serta nilai total level margin sebesar 30.5 db. Kata Kunci: SDH, backbone, fiber optik 1. Pendahuluan Saat ini perkembangan telekomunikasi sangat pesat. Hal ini disebabkan karena kebutuhan telekomunikasi yang semakin luas dan menuntut pelayanan yang semakin baik. Oleh sebab itu operator penyedia layanan telekomunikasi bergerak dengan selalu meningkatkan pelayanan dalam kualitas suara dan data. SDH yang diimplementasikan pada jaringan fiber optik memberikan solusi sistem transport yang secara signifikan mampu menambah ketersediaan bandwidth sekaligus juga mengurangi jumlah perangkat yang digunakan dalam suatu jaringan. Penggunaan SDH dalam manajemen jaringan terbukti lebih fleksibel untuk diterapkan pada jaringan telekomunikasi karena dalam SDH terdapat integrasi berbagai tipe perangkat yang berbeda beda sehingga mampu memberikan keleluasaan baru dalam perancangan jaringan. Dari latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk melakukan analisis pada jaringan transport daerah Medan sampai daerah Subulusalam. 2. Konsep Transmisi SDH SDH merupakan sebuah transport atau pembawa untuk trafik Plesynchronous Digital Hierarchy (PDH) dan ATM cell melalui jaringan transmisi yang biasanya berbasis optik. Pada hal ini SDH dapat dilihat sebagai layer (lapisan) bawah yang berfungsi sebagai pembawa untuk layer diatasnya. Konsep pembagian layer ini sangat penting dan juga merupakan salah satu ciri yang membedakan SDH dengan Sistem transport lainnya. Konsep dari layering telah membawa proses rekonstruksi dari frame standar menjadi lebih modern dan membentuk konsep "layer network" pada dunia telekomunikasi. Dengan adanya konsep layering pada transmisi digital, maka keseluruhan fungsi transmisi akan dibagi-bagi menjadi beberapa fungsi disetiap layer-nya, dimana fungsi pada setiap layer terpisah satu dengan lainnya. Implementasinya pada transmisi SDH dengan adanya penggunaan overhead di setiap layer-nya dan berfungsi mengatur alokasi data informasi (trafik) pada disetiap layer-nya. -101- copyright @ DTE FT USU

Dengan adanya pengaturan tersebut, akan meningkatkan efesiensi dari proses transmisi, dimana pada setiap layer secara keseluruhan akan bertanggung jawab atas fungsinya masingmasing tanpa harus mempengaruhi layer-layer lainnya. Hal ini memungkinkan bahwa overhead pada suatu layer dapat diakses tanpa harus membongkar overhead pada layer lainnya terlebih dahulu. Gambar 1 menunjukan secara berurutan layer arsitektur dari SDH. dilakukan dengan berbagai cara dari berbagai jenis Container yang akan digunakan. Gambar 2 adalah proses multipleksing dari berbagai jenis Container. Gambar 2. Struktur proses multipleksing SDH Keterangan Gambar : Gambar 1. Arsitektur Layer dari SDH Pada aliran circuit berupa fisik yaitu kabel dari pelanggan dan masuk ke virtual circuit yang berisi gabungan dari kabel kabel pelanggan tersebut kemudian data masuk ke path layer. Disinilah awal mula pengiriman data dari satu backbone pelanggan ke backbone pelanggan yang lain. Data tersebut masuk ke multiplex section layer yang akan memultiplex jalur jalur (path) tersebut sehingga menghasilkan STM N. Kemudian jika dibutuhkan data akan masuk ke regenerator section layer yang berupa repeater atau penguat sinyal karena backbone pada umumnya jika jarak jauh maka sinyal akan melemah. Tetapi jika tidak dibutuhkan maka data tersebut langsung ke physical medium layer yang berupa kabel serat optik.[4] 3. Proses Multiplexing SDH Sinyal dari STM-n berasal dari proses multipleksing yang melewati beberapa tahap dalam proses, dimulai dengan proses memappingkan sinyal dari sebuah Container dan beberapa proses multipleksing sampai terbentuk sinyal STM-n. Tahapan dari proses multipleksing dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini. Dari gambar tersebut disimpulkan bahwa dalam pembentukan sinyal STM-n dapat a. Container ( C ) Container adalah struktur informasi yang akan membentuk Virtual Container pada payload. Jenis container dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1 Jenis Container Container Bit-rate (Mbit/s) C-11 1,544 C-12 2.048 C-2 6,311 C-3 34,368 atau 44,736 C-4 139,264 b. Virtual Container (VC-n) Virtual Container merupakan gabungan antara container dengan POH (Path Overhead). VC dibedakan menjadi 2 tingkatan: 1. Lower Order Virtual Container (n = 1, 2, 3) Komponen ini terdiri atas sebuah container-n (n = 1. 2, 3) dengan lower Order Virtual Container POH yang sesuai untuk level ini. 2. High Order Virtual Container (n = 3, 4) Komponen ini tersusun atas sebuah container-n (n = 3, 4) c. Tributary Unit (TU-n) Merupakan struktur informasi yang menyediakan adaptasi antara LO-VC dengan HO-VC. -102- copyright @ DTE FT USU

d. Tributary Unit Group (TUG- n) Sebuah TUG merupakan gabungan satu atau beberapa TU. Sebelum digabungkan kedalam HO-VC e. Administrative Unit (AU- n) AU merupakan struktur informasi yang menyediakan adaptasi antara HO dan LO kedalam STM-N. f. Synchronous Transport Module (STM- N) STM adalah struktur informasi yang mendukung hubungan section layer dan terdiri dari payload informasi dan SOH (Section Overhead) untuk manajemen sistem. Laju data dasar dari STM adalah 155,520 Mbit/s dan jalur data STM-N adalah kelipatan N dari 155,520 Mbit/s. Sebagai contoh STM4 yang memiliki kecepatan sebesar 4 x 155,520 Mbps = 622,08 MBps. Beberapa type STM lainnya adalah STM16 dan STM64. [4] 4. Sistem Proteksi SDH Skema proteksi pada sistem SDH ada bermacam-macam, yang umum dipakai pada PT. Telkom selaku penyedia jasa jaringan berbasis media transmisi serat optik adalah MSP 1+1, MSP I:n dan SNCP sebagai sistem proteksi transmisi pada jaringan backbone. Setiap macam proteksi link tersebut mempunyai karakteristik, mekanisme, kelebihan dan penggunaan yang berbeda beda sesuai dengan topologi jaringan yang digunakan. I. MSP 1+1 Pada MSP 1+1 berarti satu kanal digunakan sebagai operational (working link) yaitu kanal yang membawa trafik dan working kanal ini akan diproteksi oleh sebuah kanal lain yang khusus digunakan sebagai kanal cadangan (protection link). Sehingga jika jalur pengirim dan penerima ada 2, 4 atau 5 maka channel backup nya (proteksi) juga ada 2, 4 atau 5. tambahan, namun bersifat low priority atau biasa disebut juga dengan extra traffic atau occasional traffic, sehingga jika terjadi kegagalan pada salah satu working channel maka extra traffic yang ada pada protection channel tersebut akan dihentikan dan trafik pada working channel yang mengalami gangguan akan dialihkan ke protection channel tersebut. Sehingga jika jalur pengirim dan penerima ada 2, 4 atau 5 maka channel backup nya (proteksi) hanya satu. III. Subnetwork Connection Protection (SNCP) Sistem proteksi SNCP merupakan path proteksi yang dapat digunakan pada struktur jaringan yang berbeda-beda, seperti pada jaringan mesh, ring, point-to-point dan sebagainya. Sistem proteksi SNC ini dapat bekerja pada Low order dan High order path SDH. Pada sisi transmiter terdapat bridge dimana trafik akan ditransmisikan dalam 2 arah, yaitu working dan proteksi link melalui bridge tersebut.[1] 5. Peta Jaringan Transport Backbone menggunakan teknologi SDH dengan Serat Optik Pada peta jaringan serat optik dapat dilihat jalur transport backbone yang dilalui oleh serat optik link Medan - Subulusalam. Gambar 3 menunjukkan peta jaringan transport backbone serat optik Sumatera Utara jalur Barat. Adapun Konfigurasi jaringan Ring 1B terbagi atas dua jalur yaitu Jalur Barat dan Jalur Timur. Namun pada paper ini hanya membahas Ring jalur barat antara Medan Subulusalam. Dimana Ring 1B jalur Barat meliputi daerah Medan - PuloBrayan - Kabanjahe - Sidikalang- Subulusalam - Bakongan - Blang Pidie - Meulaboh - Calang - Lamno - Banda Aceh. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. II. MSP I:n MSP I:n berarti ada sebuah kanal yang digunakan sebagai proteksi dari n kanal operational (working channel) yang tiap kanal yang operating membawa trafik yang berbeda. Lain halnya dengan MSP 1+1, pada kanal proteksi MSP I:n ini bisa juga membawa trafik Gambar 3. Peta Ring 1B Medan Subulusalam -103- copyright @ DTE FT USU

Garis berwarna hitam menunjukkan media transmisi pada jalur Timur yang terhubung dengan beberapa kota sebagai sublink. Sedangkan jaringan serat optik yang dibahas berada pada jalur Barat dengan keterangan garis berwarna Merah yang merupakan media transmisi optik link Medan Subulusalam. Sedangkan Berastagi hanya sebagai sublink yang ditandai dengan simbol lingkaran hitam. 6. Analisis Topologi Jaringan Serat Optik link Medan Subulusalam Topologi jaringan merupakan bentuk jalur pengkabelan yang diimplementasikan pada jaringan. Topologi jaringan serat optik yang menghubungkan kota Medan dengan Subulusalam dapat dilihat pada Gambar 4. 7. Probabilitas Availability Jaringan Jalur Barat antara Medan Subulusalam Availability merupakan persentasi dari probabilitas ring, dimana mengacu pada kualitas kinerjanya. Probabilitas yang dihasilkan memungkinkan untuk menghitung angka keandalan (reliability) dan ketersediaan (availability). Sistem availability (A) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 1 : A = x 100 % (1) Dimana : A = Availability Jaringan MTBF = Mean time between failures yaitu perkiraan waktu antara terjadinya gangguan. MTTR = Mean time to repair yaitu perkiraan waktu untuk perbaikan setelah terjadinya gangguan (asumsi 2 4 jam). Dari persamaan 1 didapat : Gambar 4. Topologi Jaringan Serat Optik Link Medan Subulusalam Secara topologi, jalur Medan Subulusalam termasuk pada jalur topologi ring barat antara Medan Aceh. Topologi ring merupakan topologi umum yang digunakan dalam jaringan SDH yang memiliki tingkat kehandalan yang tinggi yang dapat diimplementasikan dalam memenuhi kebutuhan akan proteksi pada level yang diinginkan. Sistem proteksi ini yang akan memback up jaringan apabila terjadi gangguan pada kabel serat optik. Jumlah sambungan yang digunakan pada perancangan ini ada 85 splice (sambungan) dan jumlah sambungan tersebut didapat dari hasil bagi antara jarak pemasangan kabel Medan - Subulusalam dengan kapasitas maksimal panjang kabel serat optik yaitu 3000 meter.[2] a) Availability jaringan Medan Pulau Brayan adalah 99,93 % b) Availability jaringan Pulau Brayan Kabanjahe adalah 99,89 % c) Availability jaringan Kabanjahe Sidikalang adalah 99,86 % d) Availability jaringan Sidikalang Subulusalam adalah 99,86 % Sehingga rata rata Availability untuk jaringan Medan - Subulusalam 99.88 % 8. Link Power Budget Power budget merupakan suatu hal yang sangat menentukan apakah suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan baik atau tidak. Perhitungan dan analisis power budget merupakan salah satu metode untuk mengetahui performansi suatu jaringan. Dalam perhitungan link power budget yang dihitung yaitu jumlah sambungan yang digunakan, redaman dan level margin Medan Subulusalam. -104- copyright @ DTE FT USU

Dalam perhitungan link power budget yang harus dihitung : Link budget = Slope x jarak kabel (2) (2.1) Total Loss Perhitungan = ( Jarak x redaman/km) + (Jumlahs Sambungan x 0,15) + (Jumlah Conector x Loss Conector) (3) Total loss Pengukuran = Jarak x Redaman/km Level Margin = Redaman Nominal Redaman Total (4) Optikal PowerBudget = Total link loss pengukuran Level Margin (5) N = ( L sist / L f ) 1 (6) dimana : L sist = Panjang link transmisi L f = Panjang maksimum serat optik Gambar 5. Hasil Pengukuran OTDR Medan Puba ( Pulau Brayan ) Dari hasil analisis perhitungan didapat nilai total loss redaman link Medan Subulusalam sebagaimana ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengukuran Link Budget Medan Subulusalam Dari hasil pengukuran OTDR didapat nilai total redaman link Medan Subulusalam. Seperti yang ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengukuran OTDR Link Medan Subulusalam 9. Analisis Hasil Pengukuran OTDR OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengukur dan mengetest serat optik. OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss, reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi ini pada layer tampilan. Salah satu contoh pengukuran OTDR adalah sublink Medan Pulau Brayan. Gambar 5 menunjukan hasil Pengukuran OTDR Medan Puba ( Pulau Brayan ). Event merupakan gambaran kondisi kabel serat optik, jarak digambarkan pada sumbu X dan redaman pada sumbu Y.[2] 10. Kesimpulan Dari hasil analisis jaringan transport backbone link Medan Subulusalam menggunakan teknologi SDH dengan serat optik, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis Availability untuk link Medan Subulusalam mencapai target ketersediaan yang diinginkan Management Network Backbone yaitu 99.88 %. Yang menyatakan efektifnya kinerja jaringan tersebut yaitu diatas 95 %. 2. Total sambungan link Medan Subulusalam adalah 85 splice dengan Nilai total redaman sebesar 60.4 db dan nilai total level margin -105- copyright @ DTE FT USU

yang diperoleh dari perhitungan sebesar 30.5 db. 3. Nilai total daya dari hasil pengkuran OTDR link Medan Subulusalam adalah total attenuation 2.74 db, total reflection 94.98 db, total Slope 3.44 db/km, total Link Budget 95.1 db dengan total jarak 249.8 km. 11. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis serta keluarga besar penulis, Ibu Naemah Mubarakah ST, MT, selaku dosen pembimbing, juga Bapak Ir. M. Zulfin, MT, Bapak Maksum Pinem ST, MT, Bapak Ir Sihar Panjaitan,MT selaku dosen penguji penulis yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta teman-teman penulis yang sudah memberikan dukungan selama pembuatan makalah ini. 10. Daftar Pustaka [1] Roddy,Dennis dan Jhon,Coolen.Komunikasi Elektronika.Jakarta:Erlangga, 1999. [2] Panduan Penyambungan dan Pengukuran Kabel Serat Optik.Divlat.PT. TELKOM Medan Sumatera Utara. [3] William Stallings. Dasar Dasar Komunikasi Data. Salemba Teknika, 2001. [4] http://www.lontar.ui.ac.id/pdf/analisa sistem proteksi jaringan transmisi optik/m. Giri Indrawardana. 2008. 12 September 2012-106- copyright @ DTE FT USU