BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

HUBUNGAN OPTIMISME YANG TIDAK REALISTIK TENTANG MASA DEPAN DENGAN PROKRASTINASI SAAT MENYUSUN SKRIPSI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

PREDIKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Amrul Aysar Ahsan Dosen Psikologi IAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan lulusan sekolah menengah atas sedang menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

PENDAHULUAN. sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

Prokrastinasi Akademik Mahasantri Ma had Al Jami ah IAIN Kerinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi, manusia dituntut untuk menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting (Husetiya, 2006). Agama Islam juga memiliki pandangan mengenai waktu, yang tertulis dalam ayat-ayat Al-Quran. Berbagai falsafah dan ajaran agama berusaha menggambarkan arti penting dari waktu. Misalnya, falsafah Barat time is money, waktu adalah uang dan falsafah dari Arab al waqtu kash shoif, yang berarti waktu ibarat pedang. Hal ini tidak berlebihan karena aspek waktu sering dijadikan tolak ukur sebuah keberhasilan dalam aktivitas manusia, terlebih pada era globalisasi pada saat ini. Masyarakat Indonesia terkenal dengan tradisi kedisiplinan yang kurang. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan mengulur-ngulur waktu baik dalam menjalankan suatu tugas maupun menghadiri sebuah pertemuan. Kebiasaan ini telah menjadi fenomena umum dimasyarakat Indonesia sehingga melahirkan istilah umum untuk kebiasaan tersebut yaitu jam karet (Hayyinah, 2004). Kebenaran dari pernyataan Thomas Huxley yang mengatakan bahwa hasil yang paling penting dari semua pendidikan adalah kemampuan seorang individu untuk membuat dirinya mau melakukan sesuatu yang harus dilakukan disaat ketika sesuatu itu memang harus dilakukannya, tidak peduli apakah hal itu disukai atau tidak

2 disukai untuk dilakukan terlihat pada salah satu fenomena yaitu adanya kenyataan bahwa banyak mahasiswa diperguruan tinggi cenderung untuk mengalami hambatan dalam menyelesaikan studinya ketika mereka memasuki masa penulisan skripsi (Anggraeni dkk, 2008). Hasil wawancara pada lima orang mahasiswa UIN Suska Riau pada tanggal 10 maret 2013 didapati hasil bahwa diikalangan mahasiswa, prokrastinasi berkaitan dengan tugas penulisan skripsi. Kecenderungan mahasiswa yang melakukan perilaku prokrastinasi akademik terlihat pada adanya penundaan untuk memulai mengerjakan tugas skripsi, terlambat mengerjakannya dan mengalihkan terhadap aktivitas lain yang lebih menyenangkan, serta tidak menjadikan tugas skripsi sebagai prioritas utama yang harus diselesaikan. Terhambatnya proses penyelesaian skripsi tidak selalu dikaitkan dengan tingkat intelegensi tetapi dapat juga disebabkan karena takut gagal, perfeksionis dan ketidakmampuan memanagemen waktu dengan baik oleh mahasiswa pada saat menyusun skripsi (Solomon dan Rothblum, 1984). Kebanyakan mereka tergolong lancar dalam menyelesaikan teori mata kuliah sesuai dengan standar waktu yang ada, dan mulai tidak lancar setelah memasukkan judul synopsis dan mengerjakan proposal (Anggraeni dkk, 2008). Kecenderungan mahasiswa untuk membuang banyak waktu dalam mengerjakan skripsinya juga ditunjukkan oleh kenyataan banyaknya mahasiswa yang tidak segera mendaftarkan judul sinopsis skripsi walaupun mahasiswa-mahasiswa

3 tersebut telah mengambil mata kuliah yang menjadi syarat untuk mengajukan judul sinopsis. Suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan dalam dunia psikologi disebut dengan istilah prokrastinasi (procrastination). Prokrastinasi dapat berupa penundaan dalam menyelesaikan tugas pekerjaan baik dikehidupan sehari-hari ataupun tugas akademik penyelesaian skripsi. Jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik disebut prokrastinasi akademik (Ghufron dan Risnawita, 2011). Knaus (dalam Aggraeini dkk, 2008) mengemukakan bahwa prokrastinasi adalah kebiasaan menunda aktivitas yang tidak ada gunanya bagi dirinya maupun orang lain atau penundaan aktivitas yang relevan sampai hari berikutnya. Burka dan Yuen mengemukakan bahwa prokrastinasi terjadi pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai pekerja atau pelajar. William dalam Burka dan Yuen memperkirakan bahwa 90% mahasiswa dari perguruan tinggi telah menjadi seorang prokrastinator, 25% adalah orang suka menunda nunda kronis dan mereka adalah pada umumnya berakhir mundur dari perguruan tinggi (Tondok, 2008). Solomon dan Rothblum (1984) melakukan penelitian di salah satu Universitas di Amerika Serikat dengan jumlah subjek sebanyak 322 orang. Data prokrastinasi tugas akademik terungkap bahwa 46% subjek penelitian melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan skripsi (Tondok, 2008). Mahasiswa dengan prokrastinasi pasif biasanya melakukan prokrastinasi dikarenakan ketidakmampuan mereka dalam mengerjakan skripsi. Referensi buku

4 dan pengetahuan yang kurang tentang teori juga menghambat mahasiswa dalam pengerjaan skripsi. Hal ini menyebabkan mahasiswa tersebut menjadi beranggapan bahwa mereka tidak akan mampu untuk menyelesaikan skripsi. Menurut Erikson dalam tahap masa dewasa, individu mempunyai kemantapan dalam pembentukan kepribadian (Alwisol, 2004). Individu tidak lagi mengalami kekacauan identitas, namun dipandang telah mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan peran sebagai individu dewasa. Individu yang memasuki masa dewasa mempunyai sifat-sifat; 1) kemampuan memutuskan secara bebas sesuatu yang akan dikerjakan, 2) kepercayaan kepada teman sebaya dan orang dewasa yang memberi nasehat mengenai tujuan dan cita-cita, 3) kemantapan pilihan pekerjaan/aktivitasaktivitas yang lebih bermanfaat. Keadaan ini tidak seperti pada tahap masa remaja yang masih mengalami keraguan dan kekacauan identitas. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kekacauan identitas, yaitu: a) faktor eksternal meliputi: faktor-faktor non sosial dan faktor-faktor sosial, yaitu adanya kehadiran individu lain waktu mengerjakan skripsi yang dapat mengganggu proses pengerjaan skripsi; b) faktor internal, meliputi fisik dan psikologis. Faktor fisik yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol stimulus dari luar, sehingga menyebabkan terjadinya prokrastinasi. Sedangkan faktor psikologis menunjuk pada sifat kepribadian individu. Menurut Ferrari (dalam Hartono dan Purnamasari, 2007), pola kepribadian atau trait dalam diri individu dapat menjadi penentu respon individu menghadapi situasi yang mengharuskan untuk mengerjakan skripsi. Pola kepribadian individu terbentuk dari keadaan kondisi fisik maupun psikis individu. Faktor

5 optimisme terjadi pada faktor psikis individu yaitu ketika prokrastinasi menyusun skripsi terjadi karena adanya keyakinan irasional dan distorsi kognitif dalam diri individu. Keyakinan irasional dan distorsi kognitif dalam diri individu saat menyusun skripsi dimaknai oleh Seligman (2008) sebagai kondisi pesimistik, manakala kegagalan dirasa akan bersifat menetap, merebak keberbagai aspek kehidupan, dan disebabkan oleh kesalahan diri sendiri. Sebaliknya, individu yang optimis akan melihat kegagalan sebagai tantangan, sesuatu yang bersifat sementara dan dapat diatasi, tidak mempengaruhi banyak aspek kehidupan dan lebih disebabkan oleh lingkungan luar. Menurut Segerestrom (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012) optimisme adalah cara berfikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berfikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Seligman (2008) mendeskripsikan individu-individu yang memiliki sifat optimism akan terlihat pada dimensi-dimensi tertentu. Dimensi-dimensi tersebut yaitu: 1) Permanen, menggambarkan bagaimana individu melihat suatu peristiwa terjadi, apakah bersifat tetap atau sementara, 2) Pervasif, menunjukkan dimensi ruang dari suatu peristiwa, apakah berlaku spesifik untuk suatu kejadian saja atau berlaku umum untuk semua kejadian, dan 3) Personalisasi merupakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Menurut Seligman (2008 ) optimisme adalah suatu kerangka bagaimana seseorang memandang keberhasilan dan kegagalan mereka berdasarkan explanatory

6 style yang mengatribusikan kejadian-kejadian positif yang terjadi pada diri seseorang dengan sebab-sebab internal yang sifatnya permanen dan pervasif, artinya bahwa apabila ditimpa suatu kejadian yang positif, maka seseorang akan mengenggapnya disebabkan oleh dirinya sendiri, yang akan terjadi menetap dan akan berlaku untuk semua kejadian dimasa yang akan datang. Seligman (2008) juga menginterpretasikan kejadian-kejadian buruk sebagai faktor yang sifatnya eksternal, temporal dan tidak untuk semua aktivitasnya dimasa yang akan datang artinya apabila dihadapkan pada kejadian buruk disebabkan oleh sesuatu yang berada diluar kemampuannya, akan bertahan sementara dan akan berlaku untuk semua aktivitasnya dimasa yang akan datang. Optimisme terkait dengan harapan yaitu apa yang diharapkan dimasa yang akan datang karena harapan berkaitan dengan pandangan individu pada masa depan dan apa reaksi yang akan dilakukan untuk mendapatkannya. Optimisme dan pesimisme dapat didefinisikan sebagai harapan positif dan negatif (Sugerestonrm, 2001; Chang, 1998 dalam Elfida 2002). Raikkonen (dalam Elfida 2002) mengatakan bahwa orang yang optimis adalah orang yang mengharapkan hasil-hasil yang positif. Mereka bertahan pada usaha yang mengarah pada tujuan. Sebagai konsekuensinya, mereka mampu menanggulangi stress dan tantangan sehari-hari secara efektif. Sebaliknya, orang pesimis cenderung menghindari usaha, menjadi pasif dan berpotensi mengalami putus asa dalam pencapaian tujuan. Individu yang optimis akan berusaha menggapai pengharapan dengan pemikiran yang positif, yakin akan kelebihan yang dimiliki. Individu optimisme biasa

7 bekerja keras menghadapi stress dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdo a, dan mengakui adanya faktor keberuntungan dan faktor lain yang turut mendukung keberhasilannya. Individu optimis ingin melakukan segala sesuatunya dan tidak ingin memikirkan ketidak berhasilan sebelum mencobanya. Namun, Luthans (2006) mengatakan bahwa dalam kasus tertentu, optimisme dapat menimbulkan hal negatif atau gangguan fungsional. Mahasiswa dengan optimisme tinggi lebih mungkin bisa mencapai apa yang ia inginkan, bila dibanding dengan orang pesimis (Seligman, 2008). Optimisme yang rendah menyebabkan banyak mahasiswa melakukan prokrastinasi. Prokrastinasi dilakukan bukan hanya karena ketidak mampuan yang rendah namun karena optimisme yang rendah. Berdasarkan uraian latar belakang diatas menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik disebabkan oleh salah satu faktor yaitu faktor optimisme. Oleh karena itu peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Optimisme Dengan Prokrastinasi Akademik Dalam Penyelesaian Skripsi Pada Mahasiswa UIN Suska Riau. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara optimisme dengan prokrastinasi akademik dalam penyelesaian skiripsi pada mahasiswa UIN Suska Riau?.

8 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara optimisme dengan prokrastinasi akademik dalam penyelesaian skiripsi pada mahasiswa UIN Suska Riau. D. Keaslian Penelitian Penelitian prokrastinasi yang diteliti sebelumnya oleh Hartono dan Santi Esterlita Purnamasari (2007) dengan judul hubungan optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dengan prokrastinasi saat menyusun skripsi mahasiswa. Penelitian dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala dengan jumlah responden seluruh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dan minimal tahun masuk kuliah 2003 (diluar cuti akademik). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dengan prokrastinasi mahasiswa saat menyusun skripsi dan hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara optimisme yang tidak realistik tentang masa depan dengan prokrastinasi mahasiswa saat menyusun skripsi. Penelitian tentang prokrastinasi juga dilakukan oleh Siti Noor Fatmah Lailatushifah (2004) dengan judul peran efikasi diri, optimisme dan dukungan dosen pembimbing terhadap stres mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Penelitiannya dilakukan di Fakultas Psikologi UGM dengan jumlah responden 73 mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dan telah melaksanakan proses bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi. Hasil analisis menunjukkan (1) ada korelasi negatif yang sangat

9 signifikan antara efikasi diri dengan mengontrol optimisme dan dukungan dosen pembimbing dan stres mahasiswa yang menyusun skripsi; (2) Tidak ada korelasi yang signifikan antara optimisme dengan mengontrol efikasi diri dan dukungan dosen pembimbing, dan stres mahasiswa yang menyusun skripsi; dan (3) Ada korelasi negatif yang signifikan antara dukungan dosen pembimbing dengan mengontrol efikasi diri dan optimisme, dan stres mahasiswa yang menyusun skripsi. Perbedaan antara kedua penelitian diatas dengan penelitian yang peneliti lakukan terdapat pada subjek, dimana jumlah subjek peneliti berjumlah 270 dan salah satu variabel penelitiannya yang mana peneliti menggunakan variabel optimisme. E. Manfaat Penelitan Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. Manfaat Ilmiah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembanganilmu Psikologi Positif dan Psikologi Kepribadian mengenai hubungan optimisme dengan prokrastinasi akademik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang optimisme yang berhubungan dengan prokrastinasi akademik dalam penyelesaian skripsi pada mahasiswa.

10 b. Bagi mahasiswa Memberikan pengetahuan secara tidak langsung kepada mahasiswa tentang prokrastinasi akademik serta keterkaitannya dengan optimisme. c. Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti tentang prokrastinasi akademik.