KOMPOSISI KIMIA DAGING DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

KOMPOSISI KIMIA DAGING DOMBA LOKAL AKIBAT PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT DARI BERBAGAI LIMBAH PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI

Komposisi Kimia Otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris Domba Lokal Jantan yang Dipelihara di Pedesaan pada Bobot Potong yang Berbeda

YIELD GRADE DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN KOMPLIT SERTA BOBOT POTONG YANG BERBEDA

PENGARUH PAKAN KOMPLIT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA PENGGEMUKAN DOMBA LOKAL JANTAN SECARA FEEDLOT TERHADAP KONVERSI PAKAN

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG, PERANAKAN ETAWAH DAN KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang, Kampus Drh. Soejono Koesoemowardojo, Tembalang, Semarang

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

KOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

PENGARUH JUMLAH (3 DAN 6 PER HARI) FREKUENSI PEMBERIAN KONSENTRAT TERHADAP KOMPOSISI TUBUH KERBAU JANTAN

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

YIELD GRADE DAN RIB EYE MUSCLE AREA KAMBING KACANG JANTAN DENGAN BERBAGAI KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

Gambar 1. Domba Penelitian.

KADAR HEMATROKRIT, GLUKOSA DAN UREA DARAH SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Materi

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

FEED COST PER GAIN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR JERAMI PADI DAN LEVEL KONSENTRAT BERBEDA

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

PENGARUH RASIO PROTEIN KASAR DAN ENERGI TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN KUALITAS FISIK DAGING PADA DOMBA LOKAL

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN KOMPLIT DARI BERBAGAI LIMBAH PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Penggunaan Ampas Bir dalam Ransum untuk Meningkatkan Kualitas Daging Domba

KELI NCI LOKAL. Oleh Bambang Hariadi, Kartiarso dan ~achmat 'Herman Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian pengaruh penambahan kolin klorida pada pakan terhadap kadar

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

Transkripsi:

KOMPOSISI KIMIA DAGING DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA (Chemical Composition of Lamb Meat Reared on Feedlot System with Different Protein and Energy Levels) E. PURBOWATI 1, C.I. SUTRISNO 1, E. BALIARTI 2, S.P.S. BUDHI 2 dan W. LESTARIANA 3 1 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang 2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRACT The objective of the research was to study chemical composition of lamb of feedlot system with different protein and energy levels and different slaughter weight. Twenty four males local lamb, aged around 3 5 months with body weight of 8.7 15.5 kg (CV = 15.01%) were set in a generalize randomly (completely) block design with 4 treatments: R1 (CP 14.48% and TDN 50.46%), R2 (CP 17.35% and TDN 52.61%), R3 (CP 15.09% and TDN 58.60%), and R4 (CP 17.42% and TDN 57.46%). The group of sheep with light weight was slaughtered at the slaughter weight (SW) of 15 kg, the group of sheep with the average weight was slaughtered at the SW of 20 kg, and the group of sheep with the heavy weight was slaughtered at the SW of 25 kg. The ANOVA was used to analyze data and any differences among groups were further tested using Duncan Multiple Range Tests (DMRT). The result showed chemical composition of lamb meat on different protein and energy levels and different slaughter weight were not significant (P > 0.05), except moisture contents on different protein and energy levels was significant (P < 0.05). Moisture content of lamb meat in R3 (74.38%) was higher (P < 0.05) than R1 (71.33%) and R2 (71.92%), but not significant (P > 0.05) with R4 (72.71%). Average of ash, protein, cholesterol, vitamin A were 0.89%, 16.84%, 7.32%, 87.62 mg/100 g meat, and 571.29 µg/100 g meat, respectively. The conclusion of the research showed that chemical composition of lamb meat reared on feedlot system with crude protein 15 17% and TDN 52 58%, and SW 15 25 kg were same relatively, except moisture content of lamb meat with CP 15.09% and TDN 58.60% was highest. Key Words: Lamb, Protein-Energy Levels, Slaughter Weight, Lamb Meat, Chemical Composition ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia daging domba yang digemukkan secara feedlot dengan kadar protein dan energi pakan serta bobot potong berbeda. Dua puluh empat ekor domba lokal jantan umur 3 5 bulan dan bobot badan awal 8,7 15,5 kg dengan rancangan kelompok lengkap teracak umum dibagi dalam 4 (empat) perlakuan pakan komplit, yaitu R1 (protein kasar/pk 14,48%, total digestible nutrients/tdn 50,46%), R2 (PK 17,35%, TDN 52,61%), R3 (PK 15,09%, TDN 58,60%) dan R4 (PK 17,42%, TDN 57,46%). Pengelompokan domba berdasarkan BB awal (ringan/b1 = 10,73 ± 1,37 kg, sedang/b2 = 12,76 ± 0,54 kg dan berat/b3 = 14,91 ± 0,36 kg). Kelompok B1 dipotong pada bobot potong (BP) 15 kg, B2 pada BP 20 kg, dan B3 pada BP 25 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi kimia daging antar perlakuan pakan dan bobot potong tidak berbeda nyata (P > 0,05), kecuali kadar air daging pada perlakuan pakan berbeda nyata (P < 0,05). Kadar air daging pada R3 (74,38%) lebih tinggi (P < 0,05) daripada R1 (71,33%) dan R2 (71,92%), tetapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan R4 (72,71%). Rata-rata kadar abu, protein, lemak, kolesterol, dan vitamin A adalah 0,89%, 16,84%, 7,32%, 87,62 mg/100 g daging, dan 571,29 µg/100 g daging. Kesimpulan penelitian ini adalah komposisi kimia daging domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan komplit berkadar protein kasar 15 17% dan TDN 52 58% serta bobot potong 15 20 kg relatif sama, kecuali kadar air daging dengan PK 15,09% dan TDN 58,60% tertinggi. Kata Kunci: Domba, Protein-Energi Pakan, Bobot Potong, Daging, Komposisi Kimia 468

PENDAHULUAN Hasil utama yang diharapkan dari pemeliharaan domba adalah dagingnya. Daging merupakan salah satu bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi dan sumber vitamin larut dalam lemak. Hal ini karena daging mengandung semua asam amino essensial, nilai biologisnya tinggi dalam memacu pertumbuhan, mudah tercerna (dapat tercerna sekitar 95 100%) dan mudah terserap (SOEPARNO, 1995a). Kelebihan daging sebagai sumber protein hewani yang lain adalah susunan asam aminonya paling sesuai untuk kebutuhan manusia (ALMATSIER, 2001). Kualitas daging dapat ditentukan berdasarkan perubahan komponen-komponen kimianya seperti kadar air, protein, lemak dan abu. Sifat kimia daging bervariasi tergantung species hewan, umur, jenis kelamin, pakan serta lokasi dan fungsi bagian-bagian otot dalam tubuh (ROMANS et al., 1994). Selain itu, bobot tubuh ternak ruminansia juga mempunyai hubungan yang erat dengan berat komponen-komponen kimianya, tetapi pertumbuhan pasca pubertas pada umumnya menghasilkan komposisi karkas yaitu air, lemak, protein dan abu yang konstan (SOEPARNO, 2005). Pada prinsipnya, program nutrisi dilakukan dengan mempertimbangkan energi, protein, rasio energi/protein, pembatasan pakan termasuk nutrien energi, formulasi ransum, kualitas protein, lemak pakan, konsumsi pakan dan produksi daging (SOEPARNO, 1995b). Hasil penelitian SOEPARNO dan DAVIES yang dilaporkan SOEPARNO (2000) menyatakan bahwa pakan dengan aras energi dan protein atau rasio protein/energi yang berbeda dapat menghasilkan komposisi kimia dan produksi daging yang berbeda pula. Peningkatan aras energi pakan dapat meningkatkan perlemakan karkas atau tubuh, menurunkan kadar air daging dan meningkatkan kadar protein daging (SOEPARNO, 2000). Penurunan aras energi pakan pada protein seimbang dapat menurunkan konsumsi pakan dan deposisi lemak, efek yang sama akan ditemukan bila aras energi relatif sama dan jumlah protein ditingkatkan (YAMASHITA et al. disitasi oleh SOEPARNO, 1995b). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (air, abu, protein, lemak, kolesterol dan vitamin A) daging domba dengan pakan komplit berkadar protein dan energi serta pada bobot potong yang berbeda. Manfaat hasil penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang komposisi kimia (air, abu, protein, lemak, kolesterol dan vitamin A) daging domba dengan pakan komplit berkadar protein dan energi serta pada bobot potong yang berbeda. MATERI DAN METODE Materi penelitian berupa domba Lokal jantan dengan umur 3 5 bulan dan bobot badan (BB) 8,7 15,5 kg (CV = 15,01%) sebanyak 24 ekor. Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun pakan komplit adalah jerami padi dan konsentrat yang terdiri dari dedak padi, gaplek, bungkil kedelai, tepung ikan, tepung daun lamtoro, molases serta ultra mineral produksi Eka Farma Semarang. Domba dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok Umum ke dalam 4 (empat) perlakuan pakan komplit, yaitu R1 = 14,48% protein kasar (PK) dan 50,46% total digestible nutrients (TDN), R2 = 17,35% PK dan 52,61% TDN, R3 = 15,09% PK dan 58,60% TDN dan R4 = 17,42% PK dan 57,46% TDN. Pengelompokan domba berdasarkan bobot badan awal (ringan/b1 = 10,73 ± 1,37 kg, sedang/b2 = 12,76 ± 0,54 kg dan berat/b3 = 14,91 ± 0,36 kg). Kelompok B1 dipotong pada bobot badan (BB) 15 kg, B2 pada BB 20 kg, dan B3 pada BB 25 kg. Komposisi dan kandungan nutrien pakan komplit pada Tabel 1. Pakan komplit tersebut dibentuk pelet. Cara pembuatan ransum komplit bentuk pelet adalah semua bahan pakan digiling, masing-masing bahan pakan ditimbang sesuai dengan proporsinya, dicampur, ditambah air sebanyak 50%, kemudian dicetak dengan mesin pelet dan setelah itu dijemur. Pakan diberikan sebanyak 6% dari bobot badan ternak dan pemberiannya dilakukan dua kali sehari yaitu setiap pagi (pukul 7:00) dan sore (pukul 16:00) hari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum pemberian pakan dan air minum di pagi hari dilakukan penimbangan sisanya. Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah ransum yang diberikan. 469

Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrien pakan komplit Uraian R1 R2 R3 R4 Komposisi bahan pakan (% BK) --------------------- (%) ------------------------ Jerami padi 25,00 25,00 25,00 25,00 Tepung ikan 1,00 1,90 3,60 5,30 Bungkil kedelai 11,70 16,20 15,15 19,20 T. daun lamtoro 1,00 2,10 3,50 5,00 Dedak padi 50,50 46,50 10,75 5,50 Gaplek 5,00 2,30 34,00 34,00 Molases 3,80 4,00 6,00 4,00 Mineral 2,00 2,00 2,00 2,00 Kandungan nutrien Bahan kering 90,73 90,82 89,01 90,11 Abu 16,71 16,42 13,48 14,35 Protein kasar 14,48 17,35 15,09 17,42 Lemak kasar 5,02 4,62 1,84 1,30 Serat kasar 13,98 10,58 9,58 10,89 Bahan ekstrak tanpa nitrogen 49,81 51,03 60,02 56,04 Total digestible nutrients a 50,46 52,61 58,60 57,46 a Dihitung dari koefisien cerna nutrien pakan dalam % dengan rumus = protein tercerna + serat kasar tercerna + bahan ekstrak tanpa nitrogen tercerna + 2,25 x lemak kasar tercerna (HARTADI et al., 2005) Pemotongan domba sesuai dengan bobot potong yang telah ditentukan dilakukan secara halal setelah dipuasakan terhadap pakan selama 24 jam. Tujuan pemuasaan domba sebelum pemotongan adalah untuk memperkecil variasi bobot potong akibat isi saluran pencernaan dan untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan. Air minum diberikan secara ad libitum. Pemotongan ternak dimulai dengan memotong leherhingga vena jugularis, oesophagus, dan trachea terputus (dekat tulang rahang bawah) agar terjadi pengeluaran darah yang sempurna. Kemudian ujung oesophagus diikat agar cairan rumen tidak keluar apabila ternak tersebut digantung. Kepala dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantis. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpo-metacarpal dan sendi tarso-metatarsal. Ternak tersebut digantung pada tendo-achiles pada kedua kaki belakang, kemudian kulitnya dilepas. Karkas segar diperoleh setelah semua organ tubuh bagian dalam dikeluarkan, yaitu alat reproduksi, hati, limpa, jantung, paru-paru, trachea, alat pencernaan, empedu, dan pankreas kecuali ginjal. Karkas segar ini dipotong ekornya, kemudian dibelah secara simetris sepanjang tulang belakangnya dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) sampai sakral (Ossa vertebrae sarcalis) sehingga diperoleh karkas segar kiri dan kanan. Sampel daging untuk pengujian komposisi kimia merupakan campuran daging yang diambil dari karkas sebelah kanan, pada otot Longissimus dorsi (LD) yang diambil pada bagian loin, otot Biceps femoris (BF) yang diambil pada bagian paha, dan Tricep bracii (TB) yang diambil pada bagian pundak. Variabel yang dianalisis meliputi kadar air, kadar lemak, kadar abu, kadar protein, dan kadar kolesterol (AOAC, 1980) serta kadar vitamin A (LESTARIANA dan MADIYAN, 1988). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi dan apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan (STEEL dan TORRIE, 1991). 470

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia daging domba dengan perlakuan pakan komplit yang berbeda Komposisi kimia daging dengan perlakuan pakan komplit yang berbeda pada Tabel 2. Kadar abu, protein, lemak, kolesterol dan vitamin A daging antar perlakuan pakan tidak berbeda nyata (P > 0,05), sedangkan kadar air daging berbeda nyata (P < 0,05). Kadar air daging pada R3 lebih tinggi (P < 0,05) daripada R1 dan R2, tetapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan R4. Kadar air daging pada R4 juga tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan R1 dan R2. Perlakuan R3 menghasilkan kadar air yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain, kemungkinan karena energi termetabolisnya lebih rendah, yaitu 6,08 MJ/ekor/hari (PURBOWATI et al., 2008a) dan retensi proteinnya tinggi, yaitu 42,64% dari konsumsi protein (PURBOWATI et al., 2007) sehingga persentase lemak karkasnya rendah, yaitu 12,45% dari bobot karkas (PURBOWATI et al., 2008b), sedangkan pada R1 dan R2, ratarata energi termetabolis, retensi protein, dan persentase lemak karkas berturut-turut adalah 6,12 MJ/ekor/hari, 31,10% dari konsumsi protein, dan 18,01% dari bobot karkas. Lebih rendahnya energi termetabolis dan lebih tingginya retensi protein pada R3 tersebut dapat menurunkan kadar lemak dan meningkatkan kadar air serta protein daging. Kadar air daging hasil penelitian ini lebih rendah daripada hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000) yang mendapatkan kadar air daging domba sebesar 75,52 75,98%, maupun hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang melaporkan kadar air daging domba 74,15 75,32%. Menurut LAWRIE (1995), kadar air daging sekitar 75%. Ada hubungan terbalik antara kadar air dengan kadar lemak daging (ROMANS et al., 1994). Pada Tabel 2 terlihat, bahwa R3 yang mempunyai kadar air daging tertinggi (74,38%), tetapi kadar lemak dagingnya terendah (5,68%), meskipun tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan perlakuan yang lain. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000), yang mendapatkan fenomena kadar air daging semakin turun dan kadar lemak daging semakin meningkat dengan semakin meningkatnya level konsentrat dalam pakan. Turunnya kadar air dan meningkatnya kadar lemak daging pada penelitian Purbowati dan SURYANTO (2000) tersebut disebabkan oleh semakin tingginya energi yang terkonsumsi oleh ternak. Tidak berbedanya kadar lemak daging dalam penelitian ini kemungkinan karena domba yang digunakan dalam penelitian ini relatif muda (5 7,5 bulan), sehingga belum terjadi penimbunan lemak secara intensif. Menurut SAVELL dan CROSS yang dilaporkan SOEPARNO (1997), kandungan lemak marbling 3 7% pada daging sapi diperlukan agar kelezatan daging masih dapat diterima oleh konsumen. Mengacu pendapat tersebut, maka penggemukan domba dengan R3 mampu menghasilkan lemak daging yang rendah dan masih dapat diterima konsumen. Menurut hasil survey WHILLIASTUTI (2007), kadar lemak daging domba yang beredar di pasaran adalah 14,80%. Menurut WHO dalam ALMATSIER (2001), konsumsi lemak sebanyak 15 30% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan, karena jumlah ini sudah memenuhi kebutuhan akan asam le mak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Masukan energi yang dianjurkan menurut BENDER dan MAYES Tabel 2. Komposisi kimia daging domba dengan perlakuan pakan komplit yang berbeda Parameter R1 R2 R3 R4 Air (%) 71,33 a 71,92 a 74,38 b 72,71 ab Abu (%) 0,93 a 0,66 a 0,97 a 0,98 a Protein (%) 16,55 a 16,93 a 17,24 a 16,62 a Lemak (%) 8,54 a 7,94 a 5,68 a 7,13 a Kolesterol (mg/100 g daging) 74,50 a 87,84 a 79,03 a 109,12 a Vitamin A (µg/100 g daging) 624,39 a 555,11 a 518,48 a 587,19 a a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) 471

(2003) berkisar antara 2.300 3.100 kkal untuk laki-laki dan 1.800 2.400 kkal untuk wanita. Berdasarkan hal ini, maka konsumsi lemak yang dianjurkan untuk kebutuhan energi sebesar 1.800 kkal adalah 270 540 kkal. Menurut SUTARDI (1980), tiap gram lemak dapat menyediakan energi sebesar 9 kkal, sehingga untuk memenuhi anjuran 270 540 kkal energi dari lemak, maka lemak yang harus dikonsumsi sebesar 30 60 g. Daging domba pada R3 mengandung lemak 5,68% atau 5,68 g/100 g daging, dan apabila daging tersebut dikonsumsi sebanyak 100 g, maka sumbangan energi yang diberikan hanya sebesar 51,12 kkal, jauh dibawah anjuran di atas. Kadar abu hasil penelitian ini relatif tetap, yakni antara 0,66 0,98%, lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian PURBOWATI dan SURYANTO (2000) yakni antara 1,10 1,28%, maupun PURBOWATI et al. (2006) yaitu antara 0,99 1,08%. Kadar abu yang tidak berbeda nyata diantara perlakuan pakan kemungkinan karena variasi kadar abu daging relatif kecil, sesuai pernyataan BERG dan BUTTERFIELD (1976) bahwa kadar abu ternak meningkat dengan laju paling rendah dibandingkan dengan komposisi kimia daging lainnya. Kadar protein daging hasil penelitian ini antara 16,55 17,24% dan tidak berbeda nyata diantara perlakuan pakan, tetapi lebih rendah dari hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang melaporkan kadar protein daging domba antara 18,70 19,58%. Hasil survei WHILLIASTUTI (2007), melaporkan bahwa kadar protein daging domba yang beredar di pasaran adalah 17,10%. Menurut SOEPARNO (2005), kadar protein daging sekitar 19% (16 22%), dan merupakan komponen bahan kering terbesar dari daging yaitu sebesar 75 80% (ANGGORODI, 1979). Kadar protein daging ini relatif tetap dan tidak dipengaruhi oleh umur dan pakan (TILLMAN et al., 1991; SOEPARNO, 2005). Peningkatan kadar protein pakan tidak dapat meningkatkan kadar protein tubuh (ANGGORODI, 1979), karena ternak tidak mempunyai kemampuan merefleksikan protein dalam daging sebagai respon terhadap tingginya level protein dalam pakan. Dalam tubuh ternak, kelebihan protein dalam pakan tidak ditimbun sebagai protein tubuh, tetapi digunakan sebagai sumber energi untuk sintesis lemak tubuh atau dibuang melalui urin. Kadar kolesterol daging hasil penelitian ini tidak berbeda nyata (P > 0,05) diantara perlakuan pakan dan nilainya berkisar antara 74,50 109,12 mg/100 g daging. Menurut SOEPARNO (1995a), kadar kolesterol daging domba antara 78 124 mg/100 g daging. Kadar kolesterol daging tersebut menurut WHEELER et al. (1987) relatif tidak berubah. Dewasa ini di masyarakat telah timbul kolesterolfobia (ketakutan akan kolesterol) karena akibat yang ditimbulkannya yakni aterosklerosis pada pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan kematian (SITEPOE, 1992). Mewaspadai kolesterol memang perlu, tetapi berpantang kolesterol adalah tindakan kurang tepat (KHOMSAN, 2004). Hal ini karena kolesterol mempunyai sisi lain yang sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai komponen utama sel otak dan syaraf (ALMATSIER, 2001). Selain itu, kolesterol merupakan bahan antara pembentukan sejumlah steroid penting seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan progesteron. Fungsi kolesterol yang lain (KHOMSAN, 2004) adalah dalam proses pengangkutan lemak oleh kolesterol baik, yaitu high density lipoprotein (HDL). Kolesterol yang dapat membahayakan tubuh adalah banyaknya dan tempat terdapatnya kolesterol tersebut. Menurut KHOMSAN (2004), konsumsi kolesterol sehari yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 300 mg, sehingga konsumsi daging hasil penelitian ini sebanyak 250 g/hari asupan kolesterolnya masih di bawah anjuran tersebut. Namun demikian yang perlu diingat adalah kolesterol ini dapat disintesis di hati dengan bahan baku berupa karbohidrat, protein dan lemak, oleh karena itu banyaknya daging yang akan dikonsumsi oleh manusia juga harus memperhatikan bahan pangan lain yang dikonsumsi. Salah satu fungsi lemak adalah sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K. Kadar vitamin A daging hasil penelitian ini antara 518,48 624,39 µg/100 g daging, dan tidak berbeda nyata (P > 0,05) diantara perlakuan pakan. Kadar vitamin A hasil penelitian ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian PURBOWATI et al. (2006) yang melaporkan kadar vitamin A daging domba sebesar 590,93 663,32 µg/100 g. Menurut ALMATSIER (2001), sumber vitamin A adalah dalam pangan hewani dan vitamin A esensial 472

untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup manusia, karena berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh. Menurut KHOMSAN (2004), kira-kira 10% kasus orang buta di negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Selain itu, ALMATSIER (2001) menyatakan, bahwa kekurangan vitamin A dapat meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pencernaan, dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan. Konsumsi vitamin A yang dianjurkan per hari menurut BENDER dan MAYES (2003) adalah 375 µg untuk bayi, 400 700 µg untuk anak-anak umur 1 sampai 10 tahun, 1.000 µg untuk laki-laki, 800 µg untuk wanita hamil atau tidak hamil dan 1.300 µg untuk wanita yang sedang menyusui. Kadar vitamin A per 100 g daging hasil penelitian ini sudah dapat memenuhi anjuran tersebut untuk bayi dan anak-anak, sedangkan untuk orang dewasa jumlahnya menjadi 200 g daging. Komposisi kimia daging domba pada kelompok bobot potong yang berbeda Komposisi kimia daging domba pada bobot potong yang berbeda pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa komposisi kimia daging tidak berbeda nyata (P > 0,05) diantara bobot potong. Hal ini berarti bobot potong tidak mempengaruhi komposisi kimia daging. Rerata kadar air, abu, protein, lemak, kolesterol dan vitamin A daging domba hasil penelitian ini adalah 72,59%, 0,89%, 16,83%, 7,32%, 87,62 mg/100 g daging, dan 571,29 µg/100 g daging. Menurut LAWRIE (1995), kadar air daging relatif konstan. Demikian pula dengan kadar protein dan abu daging (SEARLE dan GRIFFITHS, 1983) serta kadar kolesterol daging (WHEELER et al., 1987) yang relatif konstan atau tidak berubah. Menurut BASUKI (2001), penggemukan sapi yang semakin lama menghasilkan lemak marbling yang semakin meningkat dan kadar air daging turun. Hal ini tidak terbukti dalam penelitian ini kemungkinan karena waktu penggemukan dalam penelitian ini tidak terlalu lama, yaitu 1 2,5 bulan dan umur domba masih relatif muda. Tabel 3. Komposisi kimia daging domba pada bobot potong yang berbeda Parameter B1 B2 B3 Air (%) 73,31 a 72,21 a 72,24 a Abu (%) 0,86 a 0,82 a 0,98 a Protein (%) 16,79 a 16,97 a 16,74 a Lemak (%) 6,60 a 7,43 a 7,94 a Kolesterol (mg/100 g daging) 83,53 a 102,20 a 77,14 a Vitamin A (µg/100 g daging) 599,63 a 517,91 a 596,34 a a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) KESIMPULAN Kesimpulan hasil penelitian ini adalah komposisi kimia daging domba yang digemukkan secara feedlot dengan pakan komplit berkadar protein kasar 15 17% dan TDN 52 58% serta bobot potong 15 20 kg relatif sama, kecuali kadar air daging dengan PK 15,09% dan TDN 58,60% tertinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada (1) Bagian Proyek Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah memberikan dana; (2) Ketua Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro beserta staf yang telah memberikan kesempatan penulis untuk memperoleh dana penelitian tersebut; (3) Dekan Fakultas Peternakan beserta staf yang telah memberikan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian; (4) Tim inti dan sukarelawan penelitian Ransum Komplit 2006 yang telah membantu pelaksanaan penelitian, serta (5) Rekan-rekan di Laboratorium Ilmu Ternak Potong yang telah memberikan dukungan sepenuhnya pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA ALMATSIER, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 473

ANGGORODI, R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta. AOAC, 1980. Official Method of Analysis. 13 th Ed. Association of Official Analytical Chemistry, Washington DC. BASUKI, P. 2001. Perubahan komposisi tubuh sapi selama periode penggemukan dengan pakan yang mengandung protein dan energi yang berbeda. Bull. Peternakan. Edisi Tambahan. 68 73. BENDER, D.A. and P.A. MAYES. 2003. Nutrition, digestion, and absorption. In: Harper s Illustrated Biochemistry. 26 th Ed. MURRAY, R.K., D.K. GRANNER, P.A. MAYES and V.W. RODWEL (Eds.). The McGraw-Hill Companies, Inc. New Delhi. pp. 474 480. BERG, R.T. dan R.M. BUTTERFIELD. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney. HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO dan A.D. TILLMAN. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. KHOMSAN, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. LAWRIE, R.A. 1995. Ilmu Daging. Diterjemahkan oleh: PARAKKASI, A. UI Press, Jakarta. LESTARIANA, W. dan M. MADIYAN. 1988. Analisis Vitamin dan Elektrolit Organik. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. PURBOWATI, E. dan E. SURYANTO. 2000. Komposisi kimia otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris domba yang diberi pakan dasar jerami padi dan aras konsentrat yang berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 25 (2): 66 72. PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2006. Komposisi Kimia Otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris Domba Lokal Jantan yang Dipelihara di Pedesaan pada Bobot Potong yang Berbeda. Animal Production 8(1): 1 7. PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2007. Pemanfaatan Protein Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot. Pros. Seminar Nasional AINI VI. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogkakarta. hlm. 408 415. PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2008a. Pemanfaatan Energi Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot. J. Pengembangan Peternakan Tropis 33(1): 59 65. PURBOWATI, E., C.I. SUTRISNO, E. BALIARTI, S.P.S. BUDHI dan W. LESTARIANA. 2008b. Karakteristik Karkas Domba Lokal Jantan yang Digemukkan secara Feedlot dengan Pakan Komplit Berkadar Protein dan Energi yang Berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 11 12 November 2008. Puslitbang Peternakan, Bogor. ROMANS, J.R., W.J. COSTELLO, C.W. CARLSON, M.L. GREASER and K.W. JONES. 1994. The Meat We Eat. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illinois. SEARLE, T.W. dan D.A. GRIFFITHS. 1983. Equation for postnatal chemical composition of the fatfree empty body of sheep and cattle. J. Agric. Sci. 100: 693 699. SITEPOE, M. 1992. Kolesterol Fobia, Keterikatannya dengan Penyakit Jantung. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soeparno, 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. SOEPARNO. 1995a. Teknologi Produksi Karkas dan Daging. Fakultas Peternakan, Program Pascasarjana Ilmu Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. SOEPARNO. 1995b. Ilmu dan teknologi: Aspek daging unggas dan penanganannya. Makalah. Disampaikan pada Pembukaan Kulian Program Studi Ilmu Peternakan Program Pascasarjana UGM, Tahun Akademik 1995/1996, Tanggal 9 September 1995. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. SOEPARNO. 1997. A review of palatability characteristics of beef: effect of nutrition, time on feed, age, breed, fat thickness and marbling. Bull. Peternakan 21(2): 108 116. SOEPARNO. 2000. Sadar gizi, penerapan ilmu dan teknologi daging dalam industri daging. Dalam: Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Ilmu-ilmu Pertanian, Volume I. Penyusun: DJOJOWODAGDO, S., D. ADISUBROTO, SUKANDARRUMIDI, MUSLIM, LASIYO, SUPARGIYONO dan T. YUWANTO. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 474

STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: SUMANTRI, B. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SUTARDI, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Institut Pertanian Bogor. TILLMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO dan S. LEBDOSUKOJO. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. WHEELER, T.L., G.W. DAVIS, B.J. STOCKER dan C.J. HAMMOND. 1987. Cholesterol concentration of Longissimus dorsi, subcutaneous fat and serum of two beef cattle breed type. J. Anim. Sci. 65(6): 1531 1537. WHILLIASTUTI, H. 2007. Laporan Survey Gizi. Laboratorium Biokimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 475