I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan saluran akar pada gigi desidui merupakan salah satu tindakan terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi. Perawatan saluran akar pada gigi desidui dengan diagnosa pulpitis ireversibel bertujuan untuk mempertahankan gigi desidui sampai terjadi eksfoliasis secara fisiologis (Takushige, dkk, 2004). Penentuan panjang kerja yang akurat merupakan salah satu bagian terpenting dari tahapan perawatan saluran akar, sebab hal ini menentukan hasil akhir dari perawatan saluran akar yang dilakukan (Kielbassa, dkk, 2003). Penentuan panjang kerja dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain metode visual melalui foto radiografik periapikal dengan pengukuran menggunakan endo ruler, metode matematika dengan pengukuran menggunakan rumus Bregman (pengukuran panjang alat endodontik dengan sensasi taktil melalui insersi jarum miller atau file No 10 ke dalam saluran akar dengan atap pulpa terbuka, sensasi taktil menunjukkan alat sudah mencapai apikal; adanya bloodspot pada ujung paper point yang dimasukkan ke dalam saluran akar menunjukkan ujung apikal) dan metode elektronik dengan menggunakan apex locator (Garg, dkk, 2008). Ahmed (2013) menyatakan bahwa penentuan panjang kerja dengan menggunakan metode visual melalui foto radiografik periapikal yang diukur dengan endo ruler adalah metode yang paling sering dilakukan untuk menentukan
panjang kerja pada gigi desidui. Penatalaksanaan metode ini kadang sulit dilakukan pada bidang kedokteran gigi anak, sebab anak sulit mengendalikan kepala, tangan dan kakinya saat pengambilan rongent foto. Hal ini akan mengakibatkan elongasi pada hasil rongent foto dan kesulitan dalam menentukan lokasi ujung apek gigi (Mente, dkk, 2002). Metode penentuan panjang kerja berikutnya adalah metode matematika dengan menggunakan rumus Bregman. Metode ini didasarkan pada rumus matematika sederhana untuk menghitung panjang kerja pada foto radiografik periapikal, dan dengan metode ini akan didapatkan panjang gigi sebenar. Rumus penghitungan panjang kerja tersebut adalah sebagai berikut: panjang gigi sebenar adalah hasil pembagian antara panjang gigi pada foto rongent periapikal dikali dengan panjang instrumen yang masuk ke dalam saluran akar dibagi dengan panjang instrumen yang ada pada rongent foto periapikal (Garg, dkk, 2008). Metode lain yang juga dapat digunakan untuk menentukan panjang kerja saluran akar yaitu dengan metode elektronik menggunakan apex locator. Apex locator merupakan alat yang digunakan untuk menentapkan lokasi ujung apek gigi secara elektronik sehingga didapatkan panjang saluran akar gigi yang tepat dari gigi yang akan dilakukan perawatan saluran akar. Keuntungan penggunaan apex locator adalah tidak ada radiasi sinar x-ray dan manajemen pasien terutama pasien anak-anak lebih mudah (Kielbassa, dkk, 2003). Efikasi penggunaan apex locator sangat tinggi, bahkan dapat digunakan meskipun kondisi saluran akar tertutup larutan bahan irigasi dan darah (Silva, dkk, 2013).
Silva, dkk (2013) melalui hasil penelitiannya mengenai evaluasi multifrekuensi eletronik dari apex locator Joypex 5 pada gigi desidui, dengan sampel penelitian sejumlah 14 gigi molar desidui rahang atas dan rahang bawah menyatakan bahwa apex locator lebih akurat dalam menentukan panjang kerja, mempersingkat waktu kerja, tidak sakit dan tanpa radiasi jika dibanding dengan metode radiografik. Nuria, dkk (2011) melalui hasil penelitiannya mengenai evaluasi klinis mengenai akurasi penggunaan metode radiografik dengan apex locator pada gigi desidui, menyatakan bahwa apex locator lebih akurat dalam menentukan panjang kerja jika dibanding dengan radiografik periapikal. Bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya, penelitian mengenai perbedaan antara metode elektronik dan metode radiografik dalam penentuan panjang saluran akar pada gigi desidui yang dilakukan oleh Pinheiro, dkk (2012) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara apex locator dengan radiografik periapikal. Hasil penelitian lain mengenai akurasi apex locator dalam menentukan panjang kerja saluran akar gigi molar desidui dibandingkan dengan metode radiografik yang telah dilakukan oleh Sivadas, dkk (2013), juga menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode radiografik dan apex locator dalam menentukan panjang kerja dalam perawatan saluran akar pada gigi desidui. Ferro, dkk (2009) menyatakan bahwa molar kedua desidui rahang bawah merupakan gigi desidui terbanyak yang terkena karies yaitu sebesar 78%, paling sering terjadi pada permukaan oklusal (52%). Molar kedua rahang bawah desidui biasanya memiliki tiga saluran akar, namun dapat bervariasi jumlahnya antara dua
sampai dengan lima saluran. Dua saluran akar biasa berada pada akar mesial (85%) dan hanya 25% akar distal memiliki dua saluran, sisanya hanya terdapat satu saluran (Berkovitz, dkk, 2009). Perawatan saluran akar yang dilakukan pada saluran akar gigi molar kedua desidui rahang bawah yang terinfeksi, bertujuan untuk mempertahankan gigi tersebut sampai dengan terjadi eksfoliasi secara fisiologis (Takushige, dkk, 2004). Penentuan panjang kerja akurat pada gigi desidui yang akan dipreparasi pada perawatan endodontik, akan meminimalisir kerusakan pada benih gigi permanen dibawahnya (Kielbassa, dkk, 2003), sebab apikal gigi molar kedua desidui rahang bawah mulai teresorbsi pada usia 7 8 tahun dan gigi permanen pengganti yaitu gigi premolar kedua rahang bawah akan mulai erupsi pada usia 11 12 tahun (Berkovitz, dkk, 2009). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: apakah penentuan panjang kerja dengan menggunakan metode elektronik lebih baik jika dibanding dengan metode visual dan metode matematika dalam perawatan saluran akar gigi molar kedua desidui rahang bawah. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penggunaan metode visual, metode matematika dan metode elektronik dalam penentuan panjang akar
pada perawatan saluran akar gigi molar kedua desidui rahang bawah di Klinik Kedokteran Gigi Anak Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Dr. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran gigi anak terutama dalam bidang konservasi gigi mengenai penggunaan radiografik periapikal dan apex locator dalam penentuan panjang kerja pada perawatan saluran akar gigi desidui. 2. Untuk Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya perawatan saluran akar untuk mempertahankan gigi desidui sampai dengan gigi permanen pengganti tumbuh ke dalam rongga mulut. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perbedaan metode radiografik periapikal dan metode elektronik dalam penentuan panjang kerja pada perawatan saluran akar gigi desidui sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti lain, seperti: 1. Nuria, dkk (2011) melalui penelitiannya tentang Evaluasi klinis mengenai akurasi radiografik periapikal dan apex locator pada gigi desidui, melalui
sejumlah 61 saluran akar gigi desidui anterior dan posterior rahang atas dan rahang bawah anak usia 4 10 tahun yang diekstraksi (ekstraksi dilakukan karena luksasi, karies oklusal yang tidak bisa direstorasi, indikasi perawatan ortodonsi), disimpulkan bahwa apex locator lebih akurat dalam menentukan panjang kerja jika dibanding dengan radiografik periapikal. 2. Silva, dkk (2013) melalui penelitiannya mengenai evaluasi multifrekuensi eletronik dari apex locator Joypex 5 pada gigi desidui, melalui 14 gigi molar desidui rahang atas dan rahang bawah (dengan total 25 saluran akar) yang diekstrasi (indikasi ekstraksi gigi tersebut karena persistensi, indikasi perawatan ortodonsi, dan karies oklusal yang meluas sehingga tidak bisa direstorasi) menyatakan bahwa apex locator lebih akurat dalam menentukan panjang kerja, mempersingkat waktu kerja, tidak sakit dan rendah radiasi jika dibanding dengan metode radiografik periapikal. 3. Pinheiro, dkk (2012) melalui penelitian mengenai perbedaan antara metode elektronik dan metode radiografik dalam penentuan panjang saluran akar pada gigi desidui, melalui 12 gigi molar desidui rahang atas dan rahang bawah yang telah diekstraksi dan tersimpan di Bank Gigi Manusia Universitas Katolik Pontifical Campinas, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara apex locator dengan radiografik periapikal dalam penentuan panjang kerja gigi molar desidui. 4. Sivadas, dkk (2013) melalui penelitiannya mengenai akurasi apex locator dalam menentukan panjang kerja saluran akar gigi molar desidui dibandingkan dengan radiografik konvensional, melalui 30 gigi molar desidui
rahang atas dan rahang bawah anak usia 5-12 tahun yang diekstraksi (ekstraksi dilakukan karena persistensi, indikasi perawatan ortodonsi, gigi dengan karies oklusal yang luas sehingga tidak bisa direstorasi dengan mahkota jaket, dan gigi dengan luksasi patologis akibat dari resorbsi tulang alveolar), menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara radiografik konvensional dan apex locator dalam menentukan panjang kerja dalam perawatan saluran akar pada gigi desidui. Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai perbedaan metode visual, metode matematika dan metode elektronik dalam penentuan panjang kerja pada saluran akar gigi molar kedua desidui rahang bawah dengan indikasi perawatan saluran akar belum pernah diteliti. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perbedaan penentuan panjang kerja dengan radiografik periapikal dan apex locator dilakukan pada gigi yang telah diekstraksi karena indikasi medis seperti persistensi, karies oklusal yang meluas sehingga tidak bisa direstorasi sekalipun dengan mahkota jaket, gigi dengan luksasi patologis akibat resorbsi tulang alveolar, dan gigi yang diindikasikan untuk perawatan ortodonsia.