BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

Berat Tertahan (gram)

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat berkurangnya lahan-lahan hijau. Ditambah dengan kurangnya kesadaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi.

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

CAMPURAN BETON RINGAN MATERIAL WALL/FLOORING DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI, JERAMI, DAN FLY ASH

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI AGREGAT CAMPURAN BETON RINGAN MATERIAL WALL/FLOORING

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Pemanfaat Tailing Batu Apung... H. Surya Hadi 44

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

Beton Ringan ber-agregat Limbah botol plastik jenis PET (Poly Ethylene Terephthalate)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH DENGAN VARIASI KUAT TEKAN BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot Subroto, Medan, Sumatera

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Sudibyo (2012), melakukan pengujian pengaruh variasi umur beton terhadap nilai kuat tekan beton dengan

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

STUDI PEMANFAATAN SERBUK GERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN TAMBAH CAMPURAN BATAKO

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

43 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam padi terhadap kekuatan komposit beton ringan tersebut dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan sekam padi terhadap kekuatan rendam suara terhadap sifat mekanis dan sifat fisis komposit beton ringan sekam padi. Penelitian ini mencampurkan antara bahan-bahan yaitu sekam padi, semen,dan pasir menggunakan komposisi volume dengan menggunakan metode padatan. Proses pemanasan pada penelitian ini menggunakan panas alami atau dijemur sinar matahari selama 28 hari, untuk menjawab tujuan dari penelitian ini maka dilakukan pengujian fisis (densitas, porositas) dan pengujian mekanis (kuat tekan, konduktivitas termal, uji redam). Fungsi dari pengujian tersebut adalah untuk mengetahui karekteristik dari komposit bata beton redam suara dengan menggunakan bahan campuran limbah sekam padi. 4.1. Hasil Preparasi Batako Beton Ringan Sekam Padi Sekam padi diperoleh dari pabrik penggilingan padi di Desa Rejosari Mataran, Kec. Seputih Mataram, Kab. Lampung Tengah. Kemudian dipreparasi dengan cara membersihkan kotoran-kotoran yang bercampur sekam padi lalu rendam, sekam padi yang mengapung dibuang dan sekam padi yang tenggelam dipisahkan kemudian dijemur sampai kering. Memotong paralon silinder (d : 5cm, t : 4cm)

44 sebanyak 21 potong. Lalu sekam padi, semen, pasir dan air konstan yaitu 5% dari volume semen, dicampur sesuai dengan variabel dan parameter yang telah dijelaskan pada Bab 3.3. (a) Gambar 4.1(a). Bahan beton ringan yang terdiri dari semen, pasir dan sekam padi. Gambar 4.1(b). Ketiga bahan tersebut dimasukkan ke dalam satu wadah, kemudian dilakukan proses pengadukan agar tercampur merata atau homogen yang ditambahkan oleh air sebesar 5%. (b) Kemudian bahan-bahan yang telah diaduk ditambahkan oleh air sebagai pembantu dalam pengikatan semen, kemudian dimasukkan kedalam cetakan, lalu dilakukan proses pemadatan. (a) (b) Gambar 4.2(a). Bahan-bahan yang telah diaduk dimasukkan dalam wadah cetak paralon. Gambar 4.2(b). Proses pemadatan.

45 Gambar 4.3. Bahan-bahan yang telah dipadatkan kedalam cetakan paralon kemudian dijemur dengan sinar matahari selama 28 hari. Pada proses pemanasan sampel-sampel dijemur dan diharuskan permukaan sampel terkena kesuluruhan oleh panasnya sinar matahari. Sehingga dalam pemanasan 28 hari kandungan air yang terdapat pada bahan dapat menguap merata sehingga semen dapat mengeras secara maximal dan diperoleh hasil kekerasan yang baik secara keseluruhan sampelnya. Gambar 4.4. Hasil komposit batako beton ringan dari proses pemanasan yang siap untuk dikarekterisasi. Pada umur 28 hari semen akan mempunyai kekerasaan mencapai nilai maksimum dapat diketahui pula dari warna semen yang cerah dari sebelumnya dan juga terbukti pula dari penelitian (Tjokrodimulyo, 1995). Beton menurut pengertian dasarnya juga dapat diartikan campuran dari dua bagian yaitu agregat dan mortar. Mortar terdiri dari semen portland dan air yang mengikat agregat (pasir dan bahan penambah) menjadi suatu massa seperti batuan, ketika pasta tersebut mengeras akibat dari reaksi kimia seperti semen dan air (Nugraha, 1989).

46 4.2. Hasil Karekterisasi Batako beton ringan sekam padi dikarekterisasi untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan material yang terdapat didalamnya. Pengujian yang dilakukan berupa pengujian fisis (densitas, porositas), pengujian sifat mekanis (kuat tekan, konduktivitas termal dan kuat redam bunyi). Adapun hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : 4.2.1. Hasil Uji Densitas Setelah dilakukan pengujian densitas pada keseluruhaan untuk mengetahui tingkat kerapatan suatu beton ringan. Berdasarkan data data statistik pada lampiran 1, yang ditunjukkan pada lampiran nilai kerapatan atau densitas yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan berkisar antara 1.96 gr/cm 3 1.13gr/cm 3. Mengacu pada standar JIS A 5908 : 2003 maka seluruh panel akustik papan partikel memenuhi standar pada kerapatan yang ditetapkan yaitu lebih dari 0.4 g/cm 3. Adapun grafik yang diperoleh dari uji yang dilakukan adalah sebagai berikut: 2,5 2 Densitas gr/cm 3 1,5 1 0,5 Semen 10% Semen 20% semen 30% y = -0.007x + 1.735 R² = 0.984 y = -0.002x + 1.752 R² = 0.9601 y = -0.006x + 2.009 R² = 0.977 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sekam Padi (% volume) Gambar 4.5. Grafik hasil uji densitas komposit batako sekam padi dan perbandingan terhadap linieritas.

47 Berdasarkan Gambar grafik 4.5 diperoleh masing-masing persamaan. Diketahui bahwa x adalah persentase volume sekam padi sedangkan y merupakan besar densitas. Dapat dianalisis bahwa angka disebelah x bertanda negatif (-) menyatakan adanya penurunan besar densitas, sedangkan angka setelah x menunjukkan besar angka konstanta yang menunjukkan semakin besar tingkat kesalahannya. Pada keseluruhan sampel batako sekam padi diperoleh grafik korelasi yang mendekati 100% artinya bahwa penurunan nilai densitasnya dapat dikatakan linier. Berdasarkan Gambar 4.5 terdapat 3 grafik yaitu pada grafik semen 10% dengan bahan keseluruhan yaitu semen tetap 10%, pasir mencapai 80-10%, bahan pengisi sekam padi 10-80% mempunyai nilai densitas 1.67-1.33gr/cm 3. Pada grafik semen 20% yaitu kandungan dengan semen tetap 20%, pasir mencapai 70-10% dan bahan pengisi sekam padi 10-70% mempunyai nilai densitas 1.79-1.59gr/cm 3. Pada grafik semen 30%, bahan-bahan keseluruhan adalah semen tetap 30%, pasir 60-10% dan bahan pengisi sekam padi 10-60% mempunyai nilai densitas sebesar 1.96-1.61gr/cm 3. Adapun besar densitas tertinggi adalah sampel S 30 SP 10 dapat dilihat pada grafik diatas dengan perbandingan yaitu semen 30%, pasir 60%, sekam padi 10% dengan nilai sebesar 1.96 gr/cm 3. Jika menurut standar JIS A 5908 : 2003 batako ini telah memiliki persaratan akan beton berpori yaitu lebih dari 0.4 gr/cm 3. Hasil densitas atau kerapatan terjadi penurunan dikarenakan adanya factor butir sampel, pori, komposisi bahan itu sendiri. Butir-butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena dua hal yaitu terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam pengikatannya ( Mulyono, 2008 ). Pori

48 pada batako sekam padi ini diakibatkan adanya butir yang cukup besar seperti sekam padi yang kurang mampu masuk kedalam lubang-lubang jarak antar butir. Sehingga penambahan sekam padi akan mempengaruhi penambahan pori pada sampel ini. Sedangkan komposisi juga berpengaruh terhadap densitas dikarenakan jika kita menggunakan komposisi yang memiliki tingkat kekerasan tinggi dan mempunyai ukuran yang dapat memasuki celah pori maka akan meningkatkan nilai densitas seperti abu terbang, abu sekam padi dengan komposisi yang tepat. Tetapi jika komposisi batako sebagai bahan pengisi batako ditambahkan bahan yang memiliki tingkat kekerasan rendah dan mempunyai ukuran butir padi yang sangat besar seperti sekam padi maka akan mengurangi besaran densitas batako itu sendiri. Pengikatan juga dapat diartikan sebagai perubahan bentuk dari bentuk cair menjadi bentuk padat, tetapi masih belum memiliki kekuatan. Pengikatan ini terjadi akibat reaksi hidrasi yang terjadi pada permukaan butir semen ( Nugraha, 1989 ). Semakin tinggi faktor air semen semakin lambat kenaikan kekuatan beton, semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat kenaikkan kerapatan beton ( Tjokroadimuljo.K, 1996 ). 4.2.2. Hasil Uji Porositas Porositas merupakan persentase volume kosong (rongga) dengan volume batako sekam padi yang berbentuk silinder. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Ready Mixed Concrete Association, nilai porositas dari beton berpori adalah beragam berdasarkan besarnya rongga yang dihasilkan oleh beton berpori. Kadar air pada seluruh beton berpori masih masuk dalam standar JIS 5908 : 2003,

Porositas (%) 49 yaitu lebih dari 5%. Air yang masuk ke dalam terdiri dari air yang langsung masuk kedalam batako komposit mengisi rongga-rongga kosong di dalam sampel dan air yang masuk ke dalam partikel-partikel penyusunnya (Massijaya,1999). Pada umumnya beton mengandung rongga udara yaitu sekitar 1%- 2%, pasta semen (semen dan air) sekitar 25%- 40% dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%-75% (Tri Mulyono, 2003). Hasil porositas dapat diketahui pada lampiran 1. Adapun grafik yang didapatkan dari hasil uji yang dilakukan dan perbandingan dengan garis linier pada tiap-tiap grafiknya adalah sebagai berikut: 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Semen 10% Semen 20% Semen 30% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 y = 0.397x + 13.66 R² = 0.977 y = 0.234x + 8.838 R² = 0.911 y = 0.346x + 1.870 R² = 0.979 Sekam Padi (% volume) Gambar 4.7. Grafik nilai porositas yang diperoleh dari pengujian bahan akustik batako sekam padi. Nilai Porositas komposit batako beton ringan sekam padi pada Gambar 4.7, berkisar antara 6.44-6.5% volume. Dimana y merupakan nilai porositas dan x adalah persentase volume sekam padi. Dari keseluruhan grafik hasil uji densitas masing-masing persamaan, diketahui bahwa x adalah persentase volume sekam padi sedangkan y merupakan besar porositas. Dapat dianalisis bahwa angka disebelah x bertanda negatif (+) menyatakan adanya kenaikkan besar porositas,

50 sedangkan angka setelah x menunjukkan besar angka konstanta yang menunjukkan semakin besar tingkat kesalahannya. Pada keseluruhan sampel batako sekam padi diperoleh grafik korelasi yang 100% artinya bahwa kenaikkan besar porositas dapat dikatakan linier dan adanya pengaruh penambahan sekam padi yang mengakibatkan porositas semakin besar. Berdasarkan data porositas pada gambar 4.7 diperoleh 3 grafik yaitu grafik dengan semen 10%, semen 20% dan semen 30%. Dilihat pada grafik S 10 SP 10 - S 10 SP 80 porositas sebesar 17.7% sampai 46.5%. Pada grafik S 20 SP 10 -S 20 SP 70 sebesar 12.42% sampai 26.53%. Pada grafik S 30 SP 10 -S 30 SP 60 sebesar 6.40% sampai 22.74%. Pada grafik diatas menunjukan semakin tingginya porositas seiring rendahnya massa jenis. Dari penelitian yang dilakukan dengan sampel yang tiap-tiapnya mempunyai ukuran luasan yang sama, tetapi berbeda massa jenisnya, diketahui bahwa massa jenis sampel yang semakin kecil akan mempunyai porositas yang lebih besar dikarenakan massa jenis yang semakin kecil akan menimbulkan banyaknya pori-pori didalam sampel. 4.2.3. Hasil Uji Kuat Tekan Definisi kuat tekan beton dalam SK SNI M 4 1979 F adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur saat dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin penekan. Kuat tekan beton yang dihasilkan dari alat Universal Testing Machine (UTM). Menurut ACI (American Concrete Institute) 522R-10 mengenai Pervious Concrete dimana biasanya beton berpori memiliki kuat tekan sebesar 2.8 Mpa sampai dengan 28 Mpa. Sehingga beton berpori sendiri memiliki kuat tekan yang relatif kecil dibandingkan beton

Kuat Tekan(Mpa) 51 normal, menjadikan beton berpori memiliki aplikasi yang terbatas jika dibandingkan dengan beton normal. Menurut PBI 71 pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari. Bentuk sampel uji pada penelitian ini adalah berbentuk silinder dengan perbandingan panjang dan diameter (d : 5cm; t : 4cm). Uji kuat tekan ini dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Lampung. Gambar 4.8. Sampel batako sekam padi saat dilakukannya uji tekan. Adapun grafik perbandingan tiap-tiap sampelnya adalah sebagai berikut: 14 12 10 8 6 Semen 10% Semen 20% y = -0.0364x + 3.0866 R² = 0.9131 y = -0.061x + 6.7312 R² = 0.9835 4 2 Semen 30% y = -0.0123x + 14.244 R² = 0.9736 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sekam padi(%volume) Gambar 4.9. Grafik hasil pengukuran kuat tekan batako komposit sekam padi. Dari keseluruhan Gambar 4.9 kuat tekan diatas masing-masing persamaan. Diketahui bahwa x adalah persentase volume sekam padi sedangkan y merupakan besar kuat tekan. Dapat dianalisis bahwa angka disebelah x bertanda negatif (-)

52 menyatakan adanya penurunan besar kuat tekan, sedangkan angka setelah x menunjukkan besar angka konstanta yang menunjukkan semakin besar tingkat kesalahannya. Pada keseluruhan sampel batako sekam padi diperoleh grafik korelasi yang mendekati 100% artinya bahwa penurunan besar kuat tekan dapat dikatakan linier. Pada grafik Gambar 4.9 menunjukan hasil uji kuat tekan dari komposit batako sekam padi. Nilai kuat tekan dari komposit batako ini dengan waktu pengeringan selama 28 hari melalui sinar matahari antara 0.43Mpa-12.84Mpa. Sehingga batako ini menurut ACI (American Concrete Institute) 522R-10 (2.8 Mpa sampai dengan 28 Mpa) telah memenuhi standar batako beton berpori dari segi kuat tekan. Penurunan grafik adanya beberapa faktor yaitu kerapatan, pori-pori dan komposisi serta ukuran butir. Kerapatan merupakan salah satu sifat yang penting bagi ikatan partikel, makin tinggi kerapatan makin baik kekuatannya (Widarmana, 1979 dan Zakaria, 1996). Nilai kuat tekan pada penelitian ini akan bertambah seiring penambahan pengikat semen. Dapat dilihat bahwa kurva pada grafik semen 10% sampel S 10 SP 10 -S 10 SP 80 nilai kuat tekan antara 3.21-0.43Mpa dengan semen 10% dan pada kode sampel S 20 SP 10 -S 10 SP 70 nilai kuat tekan antara 6.42-2.64Mpa dengan semen 20% sedangkan pada grafik semen 30% pada sampel S 30 SP 10 -S 30 SP 60 dengan campuran semen 30%, dengan nilai kuat tekan antara 12.84-6.42Mpa. Namun kuat tertinggi terdapat pada sampel S 30 SP 10 sebesar 12.84Mpa dengan semen 30%, pasir 60% dan sekam 10% karena semen mampu mengikat baik antara pasir dan sekam padi dibandingkan dengan campuran semen 10% dan 20% nilai kuat tekan terendah adalah pada sampel S 10 SP 80 sebesar 0.43Mpa dengan perbandingan

53 semen10%, pasir 10% dan 80% sekam padi. Penyebab rendahnya nilai kuat tekan adalah semen yang hanya 10% kurang dapat mengikat baik antar sekam padi dan pasir. Pada grafik ke keseluruhan diatas terjadi penurunan kuat tekan suatu bahan seiring bertambahnya sekam padi. Partikel-partikel tersebut berinteraksi dengan campuran pasir dan semen yang merupakan bahan baku utama dari beton. Semakin banyak partikel yang berinteraksi, semakin kuat pula bahan saling berikatan dan sebaliknya (Herlina, 2005). Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton itu. Kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor air semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi faktor air semen semakin lambat kenaikan kekuatan betonnya, dan semakin tinggi suhu perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan yang terjadi pada beton tersebut. Disamping kedua faktor diatas, faktor yang sangat berpengaruh pada kekuatan beton adalah agregat. Oleh karena itu bila diinginkan kekuatan beton yang tinggi, diperlukan juga agregat yang kuat agar kekuatannya tidak lebih rendah dari pasta semennya (Tjokrodimulyo, K. 1995). Tabel 4.1. Klasifikasi beton ringan berdasarkan kuat tekan pada batako (Newman, john dan Choo dkk, 2003). No Kategori Beton Ringan Besar Kuat Tekan Beton 1 Non < 7Mpa Struktural 2 Struktural ringan 7 17 Mpa 3 Struktural beton normal >17 Mpa

54 Kuat tekan beton berpori persyaratan standard mengenai mutu beton berpori belum terdapat pada SNI, sehingga nilai kuat tekan beton penelitian yang dilakukan berpacu pada nilai mutu yang tercantum pada SNI 03-0691-2002 tentang bata beton. Dimana klasifikasi bata beton dibagi menjadi 4 jenis menurut kelas penggunaannya, yaitu : a. Bata beton mutu A1 : tidak memikul beban dan terlindung dari cuaca luar b. Bata beton mutu A2 : tidak memikul beban dan boleh tidak diplester c. Bata beton mutu B1 : memikul beban ringan dan terlindung cuaca luar d. Bata beton mutu B2 : memikul beban dan tidak terlidungi dari luar. Pada keterangan Tabel 4.1 diatas mengelompokkan beton ringan terhadap nilai kuat tekan, kuat tekan batako sekam padi yang bisa dikatakan beton ringan non struktural yaitu pada sampel batako S 10 SP 10 -S 20 SP 70 dikarenakan besar kuat tekannya hanya sebesar 6.42-0.43Mpa. Sampel batako S 30 SP 10-50 dikelompokkan sebagai beton ringan yang memikul beban dengan struktur yang ringan dikarenakan kuat tekan lebih dari 7Mpa dengan campuran semen 30% tetapi pada sampel batako sekam padi S 30 SP 60 hanya diklasifikasikan sebagai beton ringan non struktural. Beton mempunyai kuat tekan yang bervariasi sesuai dengan bahan penyusunnya dan perbandingan antara bahan-bahan penyusunnya (Dobrowolski, 1998). Dari pembahasan SNI 03-0691-2002 batako pada penelitian ini pada semen 10% dan semen 20% digolongkan pada bata beton A1 tidak memikul beban dan terlindung dari cuaca luar. Dan pada Semen 30% digolongkan pada bata beton B1 yaitu memikul beban dan terlindung dari cuaca luar. Dapat diketahui dari hasil kuat tekan yang diperoleh pada data statistik pada lampiran 2.

KOEFISIEN REDAM BUNYI 55 4.2.4. Hasil Uji Redam Suara Koefisien absorbsi suara yaitu perbandingan antara energi suara yang diserap oleh bahan terhadap energi suara yang menuju permukaan bahan dengan asumsi tidak ada energi suara yang ditransmisikan. Nilai penyerapan (α) berkisar dari 0-1. Jika α bernilai 0, artinya tidak ada bunyi yang diserap. Sedangkan jika α bernilai 1, artinya 100% bunyi yang datang diserap oleh bahan (Lee, 2003). Menurut Sarwono (2008) bahwa suatu bahan absorber baik dalam menyerap suara jika nilai koefisien absorbsinya lebih dari 0.2. Level dan intensitas suara atau tingkat kenyaringan dari suatu material diukur dalam besaran desible (db). Gambar 4.10. Alat penguji spesimen peredam bunyi. Adapun grafik yang diperoleh dari uji redam adalah sebagai berikut 0.5 0,5 0.45 0,45 0,4 0.4 0,35 0.35 0,3 0.3 0,25 0.25 0,2 0.2 0,15 0.15 0.1 0,1 0,05 0.5 0 0.2 Semen 10% Semen 20% Semen 30% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sekam padi (%volume) y = 0.0383x + 0.1248 R² = 0.972 y = 0.0469x + 0.0427 R² = 0.966 y = 0.0521x - 0.0139 R² = 0.992 Gambar 4.11. Grafik koefisien serap redam suara pada batako sekam padi.

56 Pada Gambar 4.11 menjelaskan koefisien redam suara yaitu kemampuan suatu bahan untuk meredam suara. Sampel yang diuji merupakan sampel dengan campuran semen 10%, 20% dan 30% dengan volume pasir 80-10% serta volume sekam padi 10-80% dengan jumlah total 100%. Adapun hasil yang diperoleh dari uji redam pada keseluruhan sampel berkisaran 0.42-0.05. Adapun koefisien serap yang paling baik yaitu pada sampel S 10 SP 80 dengan penyerapan sebesar 0.42. Menurut Sarwono (2008) telah menuhi bahan akustik peredam yang baik dan juga menurut ISO 11654 telah memenuhi dengan koefisien peredam 1.5 atau 15%. Pada Gambar 4.11 dapat diketahui adanya pengaruh penambahan jumlah sekam padi dan pengurangan pasir yang mengakibatkan grafik semakin keatas. Hal ini dikarenakan penambahan sekam padi sebagai serat alami dan juga pengurangan jumlah pasir yang mengakibatkan jumlah porositas semakin besar sehingga kemampuan penyerapan akan semakin baik. Pada grafik diatas tepatnya pada sekam padi 50% dan semen 10% tidak terjadi kenaikan nilai penyerapan malah terjadi penurunan hal ini diakibatkan kurang baiknya semen dalam mengikat sekam padi sehingga sebagian sekam padi terlepas atau terbuang pada proses pemanasan sampel otomatis kemampuan penyerapanpun akan semakin berkurang karena pengurangan sekam padi tersebut. Nilai koefisien penyerapan dari sampel yang menunjukkan harga yang memenuhi syarat menurut ISO 11654 untuk mengklasifikasikan sampel tersebut sebagai peredam suara. Kualitas dari bahan peredam suara ditunjukkan dengan harga α (koefisien penyerapan bahan terhadap bunyi), semakin besar α maka semakin baik digunakan sebagai peredam suara. Nilai α berkisar dari 0 sampai 1. Jika α bernilai 0%, artinya tidak ada bunyi yang diserap. Sedangkan jika α bernilai 1, artinya

57 100% dan 0 artinya 0% bunyi yang datang diserap oleh bahan (Khuriati dkk, 2006). Doelle (1972) yang mengatakan bahwa efisiensi akustik bahan peredam berpori membaik pada jangkauan frekuensi rendah dengan bertambahnya ketebalan. Dengan bertambahnya koefisien serapan pada frekuensi rendah pada sampel maka w sampel akan bertambah. Semakin rendah kerapatan panel akustik suatu bahan yang dimiliki maka semakin banyak ronga-rongga udara yang terbentuk, akibatnya kemampuan bahan dalam menyerap suara semakin baik (Simatupang, 2007). Rongga pada beton berpori dapat meredam kebisingan suara yang ditimbulkan oleh roda kendaraan, hal ini disebabkan karena pori-pori pada beton terbentuk secara tidak teratur dan memiliki permukaan yang tidak rata, sehingga gelombang suara yang dipantulkan secara baur oleh pori-pori pada beton menjadi saling bertumbukan dan saling meredam. Gambar 4.12. Pantulan Gelombang Suara. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya, pada umumnya diubah keenergi kalor (Wirajaya, 2007)

58 Tabel 4.2.Nilai koefisien absorbsi beberapa jenis produk. Asdrubali (2007) ; Martiandi (2010). Jenis Ketebalan Kerapatan Koefisien serap produk (cm) (g/cm 3 ) Glasswool 5 0.05 0.45 Rockwool 5 0.08 0.29 K.Y.Board 1.5 0.5 0.17 Solid wood 1.5 0.5 0.23 Membandingkan dengan produk pada tabel 4.2. diatas maka akustik batako sekam padi mencapai nilai koefisien absorbsi (0.42) dengan kerapatan yaitu 1.13gr/cm 3 sehingga bahan akustik pada penelitian ini tidak hanya digunakan sebagai peredam suara melainkan dapat digunakan pula sebagai beton ringan non struktural. 4.2.5. Konduktivitas Termal Konduksi merupakan proses perambatan panas dalam zat, yang tidak disertai perpindahan massa (umumnya terjadi pada zat padat). Konduktivitas panas suatu zat adalah daya kalor yang dimiliki zat tersebut. Artinya bahwa zat atau material tersebut mempunyai kemampuan menghantarkan kalor (panas). Bahan insulasi panas adalah suatu bahan yang berfungsi untuk menahan panas yang datang kepadanya dan akan dipantulkan atau diserap oleh bahan insulasi tersebut. Pada penelitian yang dilakukan yaitu uji konduktiviatas termal pada sampel yang mempunyai penyerapan redam yang paling baik pada penelitian ini, sehingga pengujian terdiri dari 3 sampel.

Konduktivitas Termal (W/m o K) 59 Adapun grafik dari hasil penelitian yang diperoleh dari uji tersebut adalah sebagai berikut: 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Sampel Sekam Padi Terbaik y = 0.013x + 0.671 R² = 0.993 S10SP80 S30SP40 S30SP50 Gambar 4.13. Grafik konduktivitas termal tiap sampel-sampelnya. Pada grafik Gambar 4.13 menunjukan peningkatan konduktivitas termal hal ini dikarenakan adanya pengaruh besar densitas dan porositas. Hal ini dikarenakan semakin besar densitas maka tahanan panas akan semakin besar mengakibatkan konduktivitas termal semakin besar pula. Porositas juga mempunyai pengaruhi yaitu ketika panas diberikan otomatis bahwa panas tersebut akan melalui pori-pori yang ada pada tiap-tiap sampel. Pada sampel pertama yaitu S 10 SP 80 mempunyai nilai redam yang paling baik yang memenuhi standar ISO 11654 yaitu sebesar 0.42 atau 42% menyerap suara dengan nilai niali densitas 1.13 gr/cm 3, besar porositas 0.46 yang telah memenuhi standar JIS 2003 beton berpori namun pada kuat tekan sebesar 0.43Mpa menurut Newman, john dan Choo dkk; (2003), hanya sebagai digolongkan beton nonstruktural dan pada konduktivitas termal sebesar 0.81W/m o K. Pada sampel S 30 SP 40 densitas 1.71gr/cm 3, porositas 16%, kuat tekan 9.63Mpa, koefisien serap sebesar 0.18 dan konduktivitas termal 0.93W/m o K keseluruhan hasil pengujian

60 telah memenuhi standar beton yang digunakan untuk beton struktur ringan dan juga untuk bahan peredam suara. Pada sampel S 30 SP 50 densitas 1.66gr/cm 3, porositas 22%, kuat tekan 8.2Mpa, kuat redam 0.25 dan konduktivitas termal 1.03W/m o K keseluruhan hasil pengujian telah memenuhi standar beton yang digunakan untuk beton struktur ringan menurut ACI (American Concrete Institute) 522R-10 dan juga untuk bahan peredam suara menurut ISO 11654. Perihal tersebut mempunyai akibat semakin besarnya konduktivitas termal seiring besarnya densitas atau kerapatan. Semakin besar densitas mengakibatkan konduktivitas termal bahan insulasi berkecenderungan makin naik. maka hantarannya semakin besar karena disebabkan oleh makin rapatnya suatu bahan, jarak antarpartikel semakin kecil (porositasnya makin kecil). Pada Gambar 4.13 tersebut antara grafik linier dengan grafik konduktifitas termal diperoleh persamaan y = 0.013x + 0.671 dengan korelasi 99.3%. Diketahui bahwa x adalah sampal batako sekam padi yang mempunyai koefisien redam yang paling tinggi. Sedangkan y merupakan besar koduktivitas termal. Dapat dianalisis bahwa angka disebelah x senilai 0.013 bertanda positif (+) menyatakan adanya kenaikkan besar konduktivitas panas dikarenakan pengurangan sekam padi dan pengurangan pasir sebagai bahan pengisinya serta bertambaahnya semen sebagai pengikatnya, sedangkan angka +0.671 menunjukkan besar angka konstanta menunjukkan semakin besar kesalahannya. Hal tersebut akan mengakibatkan data tidak linier atau linier. Pada grafik ini diperoleh korelasi sebesar 99.3% yang nilai tersebut mendekati 100% artinya bahwa kenaikkan besar konduktivitas termal mendekati linier. Korelasi 99.3% menunjukkan pula bahwa ikatan ketiganya sangat kuat. Hal ini dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh yang kuat antara

61 sempel-sempel tersebut yaitu semakin besar kerapatan suatu sampel maka semakin besar dan semakin besar porositas maka semakin kecil densitas maka semakin kecil konduktivitas termal (Kaban, 2009)