BAB I PENDAHULUAN. ini sanggul tersebut hanya dapat ditemui pada saat-saat tertentu.

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia, pemerintah. pembangunan pendidikan, karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Setiap jenjang pendidikan formal memiliki tujuan yang berbeda-beda

BAB I PENDAHULUAN. bahkan rambut yang turut serta memiliki peran dalam menjaga penampilan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertanggung jawab terhadap penyediaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. menata rambut terkhusus pada waktu waktu tertentu, dan dengan model-model

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa terletak sepenuhnya pada kemampuan anak didik dalam mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. berpengetahuan, serta manusia terdidik (Hamzah, 2011).

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBUAT SANGGUL DAERAH BUGIS PADA SISWA TATA KECANTIKAN RAMBUT KELAS XI SMK NEGERI 8 MEDAN

ANALISIS HASIL PRAKTEK PENATAAN SANGGUL SIPUT EKOR KERA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dalam keindahan dan keserasian berbusana, cara komunikasi, kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan dan sikap untuk menghasilkan lulusan yang kompeten.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang tata kecantikan. Kecantikan merupakan keelokan baik wajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kaum wanita. Salah satu faktor pendukung berkembangnya. Dengan semakin berkembangnya dunia mode rambut yang sangat maju

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang berkembang. Maju tidaknya pendidikan dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kecantikan saat ini sangat berkembang, baik kecantikan rambut

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Aspek yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk

yang ada kearah yang lebih cantik dan sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui penampilannya dengan menggunakan berbagai upaya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu yang

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SMK Negeri 1 Beringin merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam

KETERKAITAN KARAKTER SANGGUL BERBAGAI DAERAH DENGAN NILAI-NILAI BUDAYA. Asi Tritanti dan Eni Juniastuti

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan mutu kehidupan setiap individu. Pendidikan

KODE MODUL - 312E. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN TATA KECANTIKAN RAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

Oleh: Asi Tritanti, M.Pd dan Eni Juniastuti, S. Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. kinerja pendidikan akan tercermin dalam kualitas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan formal di sekolah memiliki peranan penting dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi, dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya kosmetik yang tersedia. Spesifikasi produk kosmetik juga menjadi

KODE MODUL: RAM-312B TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. yang serasi dan jika kemudian setiap wanita, yang ingin tampil menarik,

Penyusun: HAPSARI KUSUMAWARDANI. Editor TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

KODE MODUL: RAM-312F. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. keserasian berbusana, cara komunikasi dan kecantikan wajah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecantikan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup wanita. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. wajah bulat telur, mata bulat besar, kulit mulus dan rambut yang indah, gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir yang

BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dan rekomendasi akan diuraikan pada bab ini, yang disusun

Pemanfaatan limbah kertas koran sebagai alat untuk penataan rambut pada mata kuliah pengantin internasional

KODE MODUL: RAM-312A. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Jalan-jalan ke Istana Maimoon Medan

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah: 1). Menyiapkan. mampu mengembangkan diri. 3). Menyiapkan tenaga kerja menengah untuk

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan aktifitas atau peran, bahkan profesi tertentu. Oleh

MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMANGKASAN RAMBUT DASAR KOMPETENSI KEAHLIAN TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK N 3 PAYAKUMBUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

TATA KECANTIKAN RAMBUT JILID 2

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

4.1 Bentuk Wajah Oval dan koreksinya Make-up style untuk bentuk wajah oval yaitu : Shading : Berbeda dengan karakter wajah yang lain, teknik shading

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Bahasa tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, dan

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

KODE MODUL: RAM-312C. Penyusun: TIM KONSULTAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. di dunia usaha/industri (DU/DI). Hal ini dilatarbelakangi oleh Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Cantik identik dengan wanita karena semua wanita ingin cantik, Manusia

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun manusia Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seni peran mengalami perkembangan yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adat istiadat yang ada disetiap suku di Indonesia merupakan warisan turun temurun yang patut dijaga kelestariannya. Salah satu bentuk kekayaan itu adalah tradisi penataan rambut atau sanggul. Sanggul daerah merupakan istilah yang menggambarkan penataan rambut dengan gaya dan bentuk-bentuk tertentu yang memberikan ciri khusus pada seseorang, sekelompok orang, dan suatu suku bangsa. Dahulu tingkat kedudukan seseorang dalam masyarakat dapat dilambangkan melalui bentuk dan penataan rambutnya (sanggul) contohnya para permaisuri, kaum bangsawan dan rakyat biasa. Sanggul untuk permaisuri tentunya berbeda dengan sanggul yang digunakan para selir atau rakyat biasa. Namun saat ini sanggul tersebut hanya dapat ditemui pada saat-saat tertentu. Seiring dengan perkembangannya, maka secara bertahap sanggul mengalami perubahan dan peningkatan sesuai dengan perkembangan budaya atau sering disebut dengan sanggul modifikasi. Perubahan tersebut turut mempengaruhi bentuk sanggul. Bentuk sanggul yang semula hanya boleh digunakan oleh para permaisuri dan selir raja saat ini boleh digunakan oleh siapapun. Untuk dikenakan pada saat khusus sesuai dengan pemakainya atau karena kebutuhan suatu peran. Maka peran dan fungsi sanggul turut bergeser. Keterampilan membuat sanggul bukan lagi menjadi keterampilan yang turun menurun melainkan sudah merupakan keterampilan yang harus dipelajari secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk tetap melestarikan budaya bangsa. 1

2 Untuk mewujudkan sanggul yang ideal dibutuhkan penataan yang tepat. Penataan semua tahap dan semua segi yang dapat diberikan kepada seseorang dalam rangka memperindah penampilan dirinya melalui pengaturan rambutnya (Kusumadewi, 2005) pengaturan yang dimaksud melibatkan berbagai proses pratata dan penataan. Tidak semua bentuk wajah cocok dengan ukuran sanggul yang digunakan, dibutuhkan penataan khusus agar hasil penataan sanggul seimbang dan sesuai dengan bentuk wajah model, karena penataan yang baik adalah penataan yang mengarah terbentuknya kesan oval pada wajah yang bersangkutan (Kusumadewi, 2005). Namun tidak semua manusia memiliki bentuk wajah oval. Pada dasarnya bentuk wajah manusia dapat dibedakan dalam tujuh bentuk dasar seperti oval, bentuk bulat (round-face), segitiga terbalik (wide-face), bentuk lonjong (long-face), bentuk persegi (square), bentuk wajik (diamond) dan bentuk hati atau segitiga (heart face). Oleh sebab itu seorang penata rambut harus dapat menganalisa bentuk wajah klien yang akan ditata agar penataan rambut tampak sempurna. SMK Awal Karya Pembangunan Galang merupakan sekolah menengah kejuruan yang membuka beberapa program keahlian salah satunya adalah Tata Kecantikan rambut. Salah satu mata pelajaran pada prodi tata kecantikan rambut adalah penataan sanggul daerah. Berdasarkan kumpulan nilai siswa pada mata pelajaran penataan sanggul daerah kelas XII program tata kecantikan rambut tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015, dengan data yang diperoleh dari daftar kumpulan nilai (DKN) siswa pada kompetensi ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan di sekolah untuk kompetensi penataan sanggul daerah adalah 75. Selanjutnya dari 30 jumlah siswa terdapat 10,0 % memperoleh nilai B (80), 23,3%

3 yang memperoleh nilai C (75) dan yang memperoleh nilai D (70) 66,6%. Dari data nilai tersebut, dapat dilihat masih banyak siswa yang berada pada nilai (D). Dari perolehan hasil nilai siswa dinyatakan bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran penataan sanggul daerah belum mencapai tujuan dari standar kompetensi. Penataan sanggul daerah yang dipelajari salah satunya adalah sanggul pingkan. Dalam proses pelaksanaan sanggul pingkan memiliki materi pokok yaitu bentuk desain sanggul pingkan ornamen dan asecories sanggul (Kusuma : 2011). Untuk melakukan penataan sanggul daerah (sanggul pingkan), diperlukan keahlian untuk menyasak rambut, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memberikan volume pada rambut atau sering disebut jabing. Hasil penyasakan rambut juga harus padat agar proses pembentukan sunggar dapat dilakukan dengan mudah, sunggar dan kepangan yang berada disisi kiri dan kanan tampak seimbang, besar sanggul disesuaikan dengan besar kepala dan bentuk wajah sipemakai. Pemasangan sanggul pada kepala harus kuat/tidak longgar atau goyang dan hasil secara keseluruhan harus rapi (Rostamailis : 2008). Pengetahuan yang dituntut dari siswa adalah pengetahuan tentang bentuk karakteristik wajah yang meliputi bentuk wajah dan bentuk sanggul daerah agar siswa dapat menyeimbangkan antara bentuk wajah dan sanggul dengan tepat. Apabila pengetahuan siswa mengenai karakterisik bentuk wajah baik maka siswa akan dengan mudah menyeimbangkan antara bentuk wajah dengan penataan sanggul, karena yang dikatakan baik adalah bentuk sanggul yang ditata harus disesuaikan dengan bentuk wajah. Tetapi apabila kuranganya pengetahuan siswa

4 tentang bentuk wajah maka siswa tidak akan dapat menyesuaikan bentuk sanggul, dan apabila bentuk sanggul yang ditata tidak sesuai dengan bentuk wajah, maka akan menimbulkan masalah pada penataan sanggul tersebut. Penataan sanggul yang tidak tepat akan dapat menimbulkan rasa kurang nyaman dan kurang percaya diri bagi sipemakai. Penataan sanggul pingkan terdapat kesulitan dalam membentuk, menyeimbangkan, merapikan, dan menyerasikan bentuk sanggul pingkan dengan bentuk wajah. Kemudian didalam penataan rambut terdapat kesulitan merapikan sasakan sunggar yang berada dibagian depan kepala karena saat mengikat rambut bagian belakang dengan cemara rambut bagian depan tertarik kebelakang mengakibatkan sasakan sunggar begeser kebelakang rambut mengakibatkan rambut jadi tidak rapi, maka untuk mengatasinya sunggar harus ditahan dengan pincurl dengan kuat dan penuh kesabaran dalam menata sanggul pingkan. Hal tersebut di atas berdasarkan hasil wawancara penulis pada tanggal 31 maret 2016 dengan guru bidang studi Ibu Dian Riska beliau mengatakan bahwa salah satu yang menjadi masalah dalam praktek penataan sanggul adalah kurangnya pengetahuan siswa dalam menyeimbangkan antara bentuk sanggul dengan bentuk wajah, sehingga pada hasil penataan sanggul masih terlihat ketidak seimbangan antara bentuk keseluruhan penataan sanggul dengan bentuk wajah. Hal ini dapat dikuatkan dengan data yang diperoleh dari daftar kumpulan nilai (DKN) siswa pada kompetensi ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan di sekolah. Kemudian beliau menyatakan bahwa yang menjadi kendala dalam hasil penataan sanggul daerah siswa adalah hasil akhir untuk proses penataan sanggul daerah tersebut. Siswa mendapat kesulitan dalam menata rambut misalnya, 1)

5 Hasil penataan sanggul pingkan tampak tidak rapi, keseimbangan antara tinggi sasakan dengan sanggul pingkan yang digunakan juga belum terlihat sesuai, 2) kemudian ketinggian sungar antara kanan dan kiri tidak seimbang karena sering kali lebih tinggi kanan dan lebih rendah kiri atau sebaliknya, 3) Kemudian antara sunggar dan sanggul kepangan sering kali terlihat tidak sesuai karena sering kali lebih kecil atau lebih besar sanggul dari pada sunggar, 4) Besar kecilnya kepangan kiri dan kepangan kanan tidak sesuai, 5) Penempelan kepangan juga masih belum tepat, 6) kemudian kesulitan dalam membentuk sanggul pingkan adalah kurangnya kesesuaian antara bentuk sanggul dengan bentuk wajah model. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memperhatikan kesesuaian antara bentuk wajah dengan penataan sanggul konde pingkan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Bentuk Wajah dengan Hasil Penataan Sanggul Daerah Siswa SMK Awal Karya Pembangunan Galang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Pengetahuan siswa mengenai bentuk wajah kurang maksimal 2. Hasil akhir siswa menata sanggul pingkan kurang rapi 3. Siswa belum dapat menyesuaikan bentuk sasakan dengan sanggul pingkan 4. Siswa belum dapat menyeimbangkan ketinggian sunggar kanan dan kiri 5. Siswa belum dapat menyesuaikan bentuk sunggar dengan sanggul pingkan 6. Siswa belum dapat menyesuaikan bentuk sanggul dengan bentuk wajah

6 7. Penempelan sanggul pingkan masih belum tepat C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah penelitian dibatasi pada 1. Pengetahuan siswa pada bentuk wajah 2. Hasil penataan sanggul daerah (sanggul pingkan) 3. hubungan pengetahuan bentuk wajah dengan hasil penataan sanggul daerah siswa kelas XII Tata Kecantikan SMK Awal Karya Pembangunan 4. Yang diteliti adalah siswa kelas XII semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 Tata Kecantikan rambut SMK Awal Karya Pembangunan Galang D. Rumusan masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana pengetahuan bentuk wajah pada siswa kelas XII Tata Kecantikan SMK Awal Karya Pembangunan Galang? 2. Bagaimana hasil penataan sanggul daerah (sanggul pingkan) pada siswa kelas XII Tata Kecantikan SMK Awal Karya Pembangunan Galang? 3. Apakah terdapat hubungan pengetahuan bentuk wajah dengan hasil penataan sanggul daerah (sanggul pingkan) pada siswa kelas XII Tata Kecantikan SMK Awal Karya Pembangunan Galang E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka 1. Untuk mengetahui pengetahuan bentuk wajah pada siswa kelas XII Tata Kecantikan SMK Awal Karya Pembangunan Galang

7 2. Untuk mengetahui hasil penataan sanggul daerah (sanggul pingkan) pada siswa kelas XII Tata Kecantikan SMK Awal Karya Pembangunan Galang 3. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bentuk wajah dengan hasil penataan sanggul daerah (sanggul pingkan) pada siswa kelas XII Tata Kecantikan SMK Awal Karya Pembangunan Galang F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak sekolah sebagai bahan evaluasi terhadap upaya-upaya yang telah ditempuh oleh sekolah dalam merancang, strategi dan mengimplementasikan perbaikan pendidikan disekolah. 2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan, wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam menulis suatu karya ilmiah 3. Bagi siswa, sebagai bahan masukan dan pengetahuan agar siswa lebih aktif dalam proses kegiatan belajar 4. Bagi pembaca, memberikan informasi tentang pentingnya mempelajari bentuk wajah dengan penataan sanggul konde pingkan