KETERAMPILAN MENULIS DAN PERMASALAHANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA


BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi siswa dan di Sekolah Dasar merupakan landasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Menulis atau mengarang ialah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, pengalaman, dalam bentuk tulisan yang disusun secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dibekali kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keterampilan bersastra adalah keterampilan menulis. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dasar hingga jenjang perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu penguasaan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

K BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru lebih terpusat pada transformasi nilai-nilai yang terpuji dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Badarudin Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh Po. Box. 202 Purwokerto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal di sekolah memegang peranan yang sangat besar dalam

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi dalam

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KROYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki kemampuan berbahasa.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diperlukan berbagai keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa

Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Siswa Kelas IV SDN Mire Melalui Penggunaan Media Gambar Seri

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nuraini 1) 1) Staf Pengajar SMP Negeri 1 Kebonagung Kabupaten Demak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI CERITA YANG PERNAH DIBACA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 TUREN DENGAN MEDIA KOMIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Sekolah Dasar disebutkan bahwa standar kompetensi menulis untuk kelas

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh lebih dari separuh penduduk dunia. Bahasa tersebut berperan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI GEMOLONG 1 TAHUN AJARAN 2009/2010

Transkripsi:

KETERAMPILAN MENULIS DAN PERMASALAHANNYA Trismanto 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jalan Seteran Dalam No. 9 Semarang Email : trismanto_tris@yahoo.co.id ABSTRAK Aktivitas menulis atau mengarang merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang paling sulit dan tidak banyak di antara kita yang menyukainya. Padahal sebagai dosen, guru atau mahasiswa, kegiatan ini merupakan aktivitas yang wajib dijalaninya. Artikel, esai, laporan, karya sastra, buku, komik, resensi maupun cerita merupakan bentuk - bentuk dan produk dari aktivitas menulis atau mengarang. Banyaknya masyarakat yang tidak menyukai kegiatan menulis dikarenakan permasalahan - permasalahan yang harus dihadapi jika mau menggeluti kegiatan ini. Umumnya kendala - kendala itu dihadapi oleh para penulis pemula seperti, (1) takut memulai, (2) tidak tahu kapan harus memulai, (3) pengorganisasian, dan (4) bahasa. Kata kunci : Keterampilan Menulis, Artikel, Esai, Laporan PENDAHULUAN Mendengar istilah menulis atau mengarang, mungkin kita membayangkan pada sesuatu yang tidak menarik, menjemukan, bahkan memfrustasikan. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah. Hal ini terjadi karena kekeliruan pemahaman esensi konsep menulis, atau mungkin pengalamannya di sekolah dalam belajar menulis yang tidak menyenangkan. Menurut Muhammad Yunus (2007:1) Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Menulis sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esei, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akarab dengan kehidupan kita. Tulisan - tulisan itu menyajikan secara runtut dan menarik, ide, gagasan, dan perasaan penulisnya. Sayangnya, aktivitas menulis atau mengarang tidak banyak di antara kita yang menyukainya. Dari survei yang telah dilakukan oleh para peneliti terhadap guru bahasa Indonesia, umumnya mereka menyatakan bahwa aspek pelajaran bahasa yang paling tidak disukai murid dan gurunya adalah menulis atau mengarang. Nah, kalau guru bahasa Indonesia sendiri tidak menyukai dan tidak pernah menulis, bagaimana dengan muridnya? bagaimana pula sang guru dapat mengajarkannya kepada siswa? bagaimana pula dengan anda sendiri? Menurut Graves (1978:14) seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa ia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat serta pengalaman pembelajaran menulis atau Bangun Rekaprima Vol.03/1/April/2017 62

mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Smith (1981:28) mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya, guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Oleh karena itu untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya muncul berbagai mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis dan pembelajarannya. Mitos - mitos yang perlu diperhatikan antara lain : a)menulis itu mudah. Teori menulis atau mengarang, memang mudah. Gampang dihafal. Namun, menulis atau mengarang bukanlah sekedar teori melainkan keterampilan. Bahkan ada seni atau art di dalamnya. Teori hanyalah alat untuk mempercepat pemilikan kemampuan seseorang dalam menulis. Sebagai analog, menyetir kendaraan itu bukan hanya teori namun butuh berlatih, beruji coba serta mengasah keberanian dan kepekaan. Begitu juga dengan menulis. Tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan dan latihan menulis, seseorang tidak akan pernah mampu menulis dengan baik. Penulis harus mencoba dan berlatih berulang - ulang memilih topik, menentukan tujuan, mengenali pembaca, mencari informasi pendukung, menyusun kerangka karangan, serta menata dan menuangkan ide - idenya secara runtut dalam racikan bahasa yang dipahaminya. b)kemampuan menggunakan unsur mekanik tulisan. Dalam menulis seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihan kata (pendiksian), pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan. Inilah inti dari menulis. Tulisan harus mengandung ide, gagasan, perasaan atau informasi yang akan disampaikan kepada pembacanya. Unsur mekanik hanyalah alat yang digunakan untuk mengemas dan menyajikan isi karangan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. c)menulis itu harus sekali jadi. Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan, penulis profesional sekalipun. Menulis merupakan sebuah proses. Proses yang melibatkan tahap prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan, perbaikan dan penyempurnaan. MENULIS SEBAGAI KEMAMPUAN KOMUNIKASI Pada hakikatnya setiap orang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi (communicative competence). Kemampuan ini kita dapatkan melalui transmisi budaya (Hill, 1973:4), yaitu sesuatu yang kita dapatkan melalui suatu proses belajar dan bukan sebagai warisan. Kemampuan menulis sangat penting artinya bagi dunia pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan iptek apapun pasti akan memerlukan penulisan. Hasil - hasil penelitian apapun dan yang bagaimanapun bentuknya harus dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk bahasa tulis yang mempunyai nilai dokumentasi sangat kuat. Di sini setiap orang yang terlibat, terutama para ilmuwannya dituntut memiliki kemampuan menulis yang efektif, baik dalam bentuk laporan penelitian, jurnal maupun yang lain. Menurut Kaswan Darmadi (1996:3) Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang paling Bangun Rekaprima Vol.03/1/April/2017 63

sulit untuk dikuasai dibandingkan kemampuan bahasa yang lain. Tidak mengherankan bila orang yang berkemampuan menulis dengan baik jumlahnya tidak begitu banyak. BEBERAPA MASALAH DALAM MENULIS Menurut Kaswan Darmadi (1996:11) lebih lanjut dijelaskan bahwa ada banyak permasalahan yang dihadapi penulis pemula. Secara umum bisa dikatakan bahwa permasalahan itu ada empat macam, yaitu (1) takut memulai, (2) tidak tahu kapan harus memulai, (3) pengorganisasian, dan (4) bahasa, yang dapat diuraikan sebagai berikut : Takut untuk Memulai Menulis atau mengarang itu seperti naik sepeda. Kita tidak bisa menguraikan bagaimana bisa duduk dengan tenang di atas dua roda tanpa terguling. Padahal tidaklah gampang untuk menjaga keseimbangan. Ini mengandung dua implikasi. Pertama, pekerjaan menulis bisa dianggap mudah. Anggapan seperti ini tentu hanya berlaku bagi orang yang sudah sering menulis atau bagi penulispenulis profesional. Kedua adalah sebaliknya, pekerjaan menulis bisa dianggap sangat sukar. Anggapan ini umumnya berlaku bagi orang awam, termasuk mahasiswa atau pelajar yang belum terbiasa menulis. Ada beberapa alasan mengapa kita menjadi takut untuk menulis. Salah satu alasan yang mungkin karena tuntutan yang tinggi dari dosen. Umumnya dosen menuntut agar mahasiswa menulis secara jelas, runtut, dan ekonomis. Bahkan bergaya bahasa yang kompleks dan berkosa kata tingkat tinggi. Alasan lain, mungkin karena kita memang tidak mempunyai model tulisan yang representatif yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai hasil - hasil tulisan kita. Meskipun kita dapat membaca sejumlah artikel menarik di berbagai media namun semua itu belum dapat digunakan sebagai model karena termasuk tulisan populer. Bagaimanapun juga berbagai tulisan itupun dapat dijadikan model untuk tugas - tugas menulis di perguruan tinggi karena para penulisnya telah menguasai teknik penulisan dengan baik. Bisa jadi kita tetap takut menulis barangkali terletak pada sebab - sebab rasa cemas secara umum, seperti takut ditertawakan, takut membuat kesalahan, takut mendapatkan kritik, takut tidak menguasai tema, dan sebagainya. Apapun penyebabnya, yang penting bagi kita harus dapat memotivasi diri dan terus berlatih sehingga penyebab rasa takut itu setahap demi setahap dapat berkurang dan akhirnya hilang. Tidak Tahu Kapan Harus Memulai Tidak tahu kapan dan bagimana untuk memulai menulis adalah masalah besar yang umum dihadapi oleh mahasiswa atau pelajar yang tidak pernah menulis. Persoalan ini muncul dalam bentuk berbagai versi keluhan, seperti topik apa yang harus dikerjakan, kapan akan mulai mengerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, tuntutan pembimbing yang dirasakan terlalu tinggi, dan sejumlah keluhan lain. Bangun Rekaprima Vol.03/1/April/2017 64

Persoalan topik apa yang harus dikerjakan bisa diatasi dengan banyak membaca buku atau hasil - hasil penelitian yang sesuai dengan bidangnya. Dengan langkah ini setidaknya akan diperoleh beberapa keuntungan antara lain mengetahui masalah - masalah yang sedang dibicarakan, masalah yang penting dan mendesak untuk segera dipecahkan, masalah - masalah yang sudah diteliti atau yang belum diteliti. Apabila pemahaman seperti ini ditingkatkan dan tingkat pengamatan terhadap fenomena yang terjadi di sekeliling juga dipertajam, kesulitan dalam pemilihan atau penentuan topik pasti akan segera dapat dipecahkan. Kita akan dengan mudah segera menentukan topik sekaligus mengetahui referensi yang dapat digunakan. Persoalan kapan kita harus mulai menulis dapat diatasi dengan membunuh sifat malas. Kita harus segera membuat draft yang dapat memandu dalam pengembangan tulisan. Selain itu, kita harus segera memutuskan sikap untuk secepatnya mulai menulis begitu draft atau outline selesai dikerjakan. Sebagai penulis awal, kita seharusnya mencontoh penulis profesional yang tidak menunda - nunda waktu penulisan dan memanfaatkan waktu sebaik - baiknya. Masalah Pengorganisasian Pengorganisasian ide termasuk hal yang esensial di dalam sebuah tulisan. Dengan pengorganisasian yang baik, sebuah tulisan akan mudah diikuti arahnya oleh pembaca. Apabila sebuah tulisan dapat diikuti arahnya berarti pembaca akan dapat menangkap maksud yang dikehendaki oleh penulisnya. Para penulis yang profesional sangat menyadari pentingnya masalah pengorganisasian ini. Hal itu bisa dimengerti karena sesungguhnya pengorganisasian ide merupakan cermin dari bentuk dan pola pikir si penulis. Bagi penulis yang sudah profesional, soal pengorganisasian ide bisa dikatakan tidak menjadi masalah karena mereka sudah memiliki jam terbang yang sangat tinggi. Penulis yang masih pemula, termasuk kebanyakan mahasiswa pasti sering menghadapi masalah ini di dalam proses kepenulisannya. Bahkan di antara mereka ada yang menganggap masalah ini sebagai masalah utama. Oleh sebab itu, penulis pemula harus belajar banyak dari para penulis profesional yaitu dengan membaca tulisan mereka sebanyak - banyaknya. Dengan semakin banyak membaca tulisan - tulisan yang baik akan semakin banyak pengalaman yang mereka dapatkan, termasuk mengenai polapola pengorganisasian ide yang biasa mereka gunakan. Masalah Bahasa Masalah bahasa bisa dialami oleh hampir semua penulis. Ini terjadi karena bahasa yang digunakan selalu berubah dari waktu ke waktu. Kosa kata, istilah, idiom dari hari ke hari pun selalu berubah. Para penulis yang sudah profesional umumnya sudah mengetahui hal itu. Mereka umumnya sudah tahu bagaimana mengatasi di bidang kebahasaan. Bangun Rekaprima Vol.03/1/April/2017 65

Mereka selalu berusaha mengikuti perkembangan bahasa yang ada. Adapun bagi penulis pemula karena tidak mengetahui esensi perubahan yang terjadi di dalam bahasa, hal ini menjadi masalah serius. Di samping itu, penulis pemula umumnya mempunyai pandangan yang remeh terhadap bahasa. Bahasa hanya dipandang sebagai alat komunikasi bukan dipandang sebagai wahana pokok dalam berpikir. Banyak di antara penulis pemula yang tidak menguasai bahasa secara baik. Hal ini terbukti dari banyaknya keluhan yang dikemukakan oleh para dosen pembimbing terhadap masalah ini (Soenardji, 1991). Keluhan ini umumnya berkisar pada pembuatan kalimat yang aneh - aneh, kalimat - kalimat yang tidak nyambung, pengaturan paragraf sesuka hati, serta logika yang tidak pas. Jika kita sudah memandang bahasa sebagai wahana untuk berpikir, pasti tidak akan terlalu meremehkan bahasa dan akan timbul kesadaran yang lebih baik untuk mempelajari bahasa. Jika kesadaran mempelajari bahasa sebagai wahana pengungkap pikiran bertambah kuat, kesadaran untuk berhat - hati dalam menggunakan bahasa juga akan semakin tampak. Dengan kesadaran terhadap penggunaan bahasa (seperti pembuatan kalimat yang aneh - aneh, kalimat yang tidak nyambung, dan sejenisnya) bukan semata - mata merupakan kesalahan berbahasa. Kesalahan - kesalahan seperti itu sebenarnya merupakan kesalahan logika juga. Logika yang runtut tampil dalam bentuk pemakaian bahasa yang runtut. Sebaliknya, bahasa yang tidak beraturan merupakan refleksi dari logika yang tidak beraturan juga. Oleh karena itu pembenaran terhadap kesalahan - kesalahan berbahasa harus selalu dikaitkan dengan pembenaran dari segi logika. KESIMPULAN Pada dasarnya setiap orang punya kemampuan dalam menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa. Kemampuan itu diperolehnya melalui proses pembelajaran bukan warisan. Dalam status apapun kemampuan menulis sangat diperlukan, lebih - lebih sebagai seorang dosen, guru atau mahasiswa. Permasalahan yang dihadapi para penulis pemula antara lain : (1) takut memulai, (2) tidak tahu kapan harus memulai, (3) pengorganisasian, dan (4) bahasa. Nafsu besar tenaga kurang itulah gambaran kita ketika ngotot hendak menulis sesuatu, namun bingung tentang apa yang hendak ditulis. Menurut Chandler dalam Wahyu Wibowo (2001:30) disarankan agar penulis menentukan tujuan dan sasaran sebelum menulis. Menentukan topik berarti harus memilih hal atau gagasan yang akan diutamakan dalam tulisan kita. Pertimbangan dalam memilih topik antara lain bermanfaat dan layak dibahas, topik itu cukup menarik, dan topik itu kita kenal dengan baik. SARAN Nil Voluntibus Arduum yang artinya tidak ada yang sukar bagi yang berkemauan. Bangun Rekaprima Vol.03/1/April/2017 66

DAFTAR PUSTAKA Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta : Penerbit Andi. Graves, D.H. 1978. Balance the Basic : Let Them Write. New York : Ford Foundation. Hill, Archibald A (Ed). 1973. Linguistics, Voice of America Forum Lecturer. Washington. Smith, F. 1981. Myths of Writing dalam Language Arts58. Wibowo, Wahyu. 2001. Otonomi Bahasa : 7 Strategi Tulis Pragmatik bagi Praktisi Bisnis dan Mahasiswa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Yunus, Mohammad. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas terbuka. Bangun Rekaprima Vol.03/1/April/2017 67