PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

dokumen-dokumen yang mirip
KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

KAJI EKSPERIMENTAL UNTUK MENINGKATKAN PERFORMASI DESTILASI SURYA BASIN TIGA TINGKAT MENGGUNAKAN BEBERAPA BAHAN PENYIMPAN PANAS

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA DALAM PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI GARAM DIPESISIR PANTAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Analisa Performansi Destilasi Air Laut Tenaga Surya Menggunakan Penyerap Radiasi Surya Tipe Bergelombang Berbahan Dasar Beton

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

PENGARUH PELAT PENYERAP GANDA MODEL GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN REFLECTOR TERHADAP KINERJA SOLAR WATER HEATER SEDERHANA Ismail N.

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

PERFORMANSI DESTILASI AIR BENTUK DASAR, REFLEKTOR DAN PARABOLA

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

ALAT PENGERING SINGKONG TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

Pengaruh Jumlah Tahapan Penyulingan Terhadap Kualitas Produksi Air Dan Garam

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP PRODUKTIVITAS AIR KONDENSAT PADA PERALATAN DESTILASI

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

PENENTUAN EFISIENSI DARI ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR BESI PADA HEAT ABSORBER PLATE TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLARDESTILLATION

UPAYA PENGADAAN AIR BERSIH BAGI KELOMPOK USAHA BERSAMA NELAYAN PANTAI BOOM DI KELURAHAN KEPATIHAN KABUPATEN BANYUWANGI

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM

KARAKTERISTIK PERMUKAAN ABSORBER RADIASI MATAHARI PADA SOLAR STILL DAN APLIKASINYA SEBAGAI ALAT DESTILASI AIR LAUT MENJADI AIR TAWAR

SISTEM PERPINDAHAN PANAS SINGLE BASIN SOLAR STILL DENGAN MEMVARIASI SUDUT KEMIRINGAN KACA PENUTUP. Irfan Santosa ABSTRAK

PENGARUH UKURAN BUTIR PASIR BESI DAN VOLUME AIR LAUT PADA ABSORBER TYPE FINS SOLAR DISTILLATION TERHADAP PRODUKTIVITAS AIR TAWAR

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

PENYEDIAAN AIR TAWAR DARI PENYULINGAN ENERGI SURYA MENGGUNAKAN TEKNIK REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

Analisa Teknis dan Ekonomis Terhadap Metode Direct System pada Solar Energy Distilation di Pulau Tabuhan untuk Kapasitas 100 Liter/Hari

RANCANG BANGUN ALAT PEMISAH GARAM DAN AIR TAWAR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI MATAHARI

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

ANALISA PENGGUNAAN BAHAN ALUMINIUM FOIL DAN STYROFOAM PADA PENUTUP ALAT DISTILASI TERHADAP PRODUKSI AIR HASIL DISTILASI JENIS BASIN SOLAR STILL

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

Analisis Nomografi Suhu, Laju Penguapan Dan Tekanan Udara Pada Alat Desalinasi Tenaga Surya Dengan Pengaturan Vakum

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK (KAJIAN PUSTAKA)

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR, KELEMBABAN, INTENSITAS CAHAYA, LAMA PENYINARAN DAN KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP PENGUAPAN AIR GARAM DALAM DISITILAOR

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

PENGARUH JENIS KACA PENUTUP DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER SEDERHANA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PENENTUAN EFISIENSI KOLEKTOR PELAT DATAR DENGAN PENUTUP KACA PADA SISTEM PEMANAS AIR SURYA

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMANAS AIR SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR YANG DILENGKAPI MATERIAL PENYIMPAN PANAS

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

RANCANG BANGUN SISTEM PENYULINGAN AIR GAMBUT DENGAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN KOLEKTOR SENG BERGELOMBANG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

EFEKTIFITAS KOLEKTOR ENERGI SURYA PADA KONFIGURASI PARALEL- SERPENTINE

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelltian yang dllakukan berupa tahapan- tahapan kegiatan

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

RANCANG BANGUN ALAT PENGUMPUL PANAS ENERGI MATAHARI DENGAN SISTEM TERMOSIFON [DESIGN OF SOLAR THERMAL COLLECTOR TOOL WITH THERMOSIFON SYSTEM]

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

PENGARUH BENTUK PLAT ARBSORBER PADA SOLAR WATER HEATER TERHADAP EFISIENSI KOLEKTOR. Galuh Renggani Wilis ST.,MT. ABSTRAK

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA Oleh : Mulyanef, Burmawi dan Muslimin K. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta Jl. Gajah Mada No.19 Padang, Sumatera Barat. 25137 mulyanef@bunghatta.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas alat destilasi tenaga surya jenis kolektor plat datar dalam menghasilkan air bersih dan garam. Indonesia yang terletak ditengah kepungan air laut, kekurangan air bersih dan garam banyak menimpa masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Oleh karena itu diperlukan teknologi untuk mengolah air laut menjadi air bersih dan garam. Energi surya yang tersedia sepanjang hari di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang gratis untuk destilasi air laut. Destilasi surya merupakan salah satu cara untuk mengolah air laut dalam menghasilkan air bersih dan garam dengan cara pemanasan dan penguapan pada kolektor surya. Prinsip kerja alat yaitu radiasi surya masuk ke dalam kolektor melalui kaca penutup transparan menuju plat penyerap, pada plat penyerap radiasi surya dirubah menjadi panas. Air laut pada basin akan menjadi panas, air menguap dan menempel pada kaca penutup bagian dalam. Akibat adanya perbedaan temperatur antara di dalam basin dengan lingkungan terjadi kondensasi yang menempel pada kaca penutup akan mengalir ke bawah mengikuti kemiringan kaca penutup. Pengujian dilakukan secara terus menerus dari pagi hingga sore setiap hari sampai air laut dalam basin menguap atau menjadi kering. Hasil pengujian menunjukkan dengan luas kolektor 1,6 m 2, volume air laut dalam basin 10.000 2 ml dan intesitas surya rata-rata 542 W/ m diperoleh air bersih rata-rata 1360 ml/hari serta garam sebanyak 642 gram pada hari ketujuh. Kata kunci : Destilasi, tenaga surya, air laut, garam. PENDAHULUAN Indonesia yang terletak ditengah kepungan air laut, kekurangan air bersih dan garam banyak menimpa masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Untuk mendapatkan air bersih masyarakat pesisir pantai harus membeli air bersih untuk dikosumsi setiap harinya. Kekurangan air bersih tersebut merupakan hal yang sangat serius untuk dicarikan solusi yaitu dengan memanfaatkan air laut yang tersedia cukup banyak agar dapat diolah menjadi air bersih dan garam. Destilasi surya merupakan salah satu cara untuk mengolah air laut menjadi air bersih, dimana air laut dipanaskan sehingga terjadi penguapan dan terjadi pemisahan dari unsur-unsur yang terkandung di dalamnya dengan air tawar. Proses destilasi dianggap sebagai salah satu cara yang paling sederhana karena sudah dikenal sejak dulu. Selama ini alat destilasi tenaga surya lebih banyak dimanfaatkan untuk mengolah air laut menjadi air bersih, antara lain dilakukan oleh ; Sumarsono M (2006) meneliti tentang analisis kinerja destilator tenaga surya tipe atap berdasar sudut kemiringan ; Mulyanef dkk (2012) meneliti tentang kaji eksperimental untuk meningkatkan performasi destilasi surya basin tiga tingkat menggunakan beberapa bahan penyimpan panas. Sedangkan untuk menghasilkan garam belum banyak dilakukan, salah satu oleh Hidayat R.R (2011) melakukan rancang bangun alat pemisah garam dan air tawar dengan menggunakan energi matahari, dengan luas kolektor (200 x 120 x 5) cm 2, tipe kaca penutup kolektor dua miring, 20 liter sampel air laut, dihasilkan garam sebanyak 621 gram/6 hari. Pada penelitian ini penulis mencoba untuk menghasilkan air bersih dan garam pada alat destilasi tenaga surya dengan tipe kaca penutup satu kemiringan. Jurnal Teknik Mesin Vol.4, No.1, April 2014 : 25 29 25

METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu. Penelitian dilaksanakan di depan Laboratorium Prestasi Mesin, Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta pada bulan Juni sampai Juli 2013. Bahan dan Alat Uji. Bahan yang digunakan adalah air laut yang diambil dari pantai Padang. Alat ukur yang dipakai adalah solarimeter, termokopel, glass ukur, timbangan dan thermometer. Alat uji destilasi surya terbuat dari bahan kaca bening, bagian bawah dan bagian samping dipasang plat penyerap yang dicat warna hitam, dengan ukuran luas 1,6 m 2. Penggunaan basin yang terbuat dari kaca ditujukan untuk menghindari korosi yang disebabkan oleh air laut. Untuk mengurangi kehilangan energi panas ke lingkungan maka di bawah dan samping kolektor dilapisi insolasi berupa glass wool dengan ketebalan 3 cm. bagian dalam. Akibat adanya perbedaan temperatur antara di dalam basin dengan lingkungan terjadi kondensasi yang menempel pada kaca penutup akan berubah fase menjadi cair dan mengalir ke bawah mengikuti kemiringan kaca penutup. Hasil kondensasi ditampung dan menghasilkan air bersih. Pengujian dilakukan secara terus menerus dari pagi hingga sore setiap hari sampai air laut dalam basin menguap atau menjadi kering sehingga terbentuk kristal garam (Gambar 2). Gambar 2. Garam Hasil Pengujian Kolektor Surya Plat Datar. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Kolektor Surya Plat Datar Prinsip Kerja Destilasi Surya Prinsip kerja alat yaitu radiasi surya masuk ke dalam kolektor melalui kaca penutup transparan menuju plat penyerap, pada plat penyerap radiasi surya dirubah menjadi panas. Air laut pada basin akan menjadi panas, air menguap dan menempel pada kaca penutup Pada penelitian ini yang menjadi parameter adalah temperatur air laut, temperatur kaca, temperatur plat penyerap, temperatur penguapan, temperatur lingkungan dan produktivitas kondensat serta produktivitas garam. Temperatur merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas suatu alat destilasi surya. Dalam melakukan analisa, data-data hasil pengujian dan perhitungan digambarkan dalam bentuk grafik performansi destilasi air laut tenaga surya yang terdiri dari grafik hubungan antara intensitas matahari dengan produktivitas air bersih, grafik hubungan antara intensitas matahari dengan jumlah larutan garam, hubungan antara intensitas matahari dengan produktivitas garam yang ditunjukkan sebagai berikut : Jurnal Teknik Mesin Vol.4, No.1, April 2014 : 25 29 26

Gambar 3. Hubungan intensitas matahari dengan produktivitas kondensat Gambar 3. Menampilkan hubungan antara intensitas matahari dengan produktivitas air bersih yang dihasilkan selama enam hari. Grafik di atas menunjukkan bahwa produktivitas kondensat (air bersih) dihasilkan naik dengan meningkatnya intensitas matahari. Pada pengujian sampel kedua terlihat intensitas rata-rata matahari tertinggi terjadi pada hari kedua (542 W/m 2 ) dan menghasilkan produktivitas kondensat rata-rata (1360 ml). Sedangkan intensitas matahari terendah terjadi pada hari keempat (374 W/m 2 ) dan menghasilkan produktivitas kondensat (897 ml). Pada hari keempat cuaca sedang mendung sehingga intensitas matahari yang diterima alat uji destilasi tidak optimal. Suhu lingkungan pada hari tersebut berkisar antara 22 33 0 C. Gambar 4. Hubungan Intensitas Matahari dengan Jumlah Larutan Garam Jurnal Teknik Mesin Vol.4, No.1, April 2014 : 25 29 27

Pada Gambar 4. terlihat hubungan antara intensitas matahari dengan jumlah larutan yang dihasilkan selama enam hari. Terlihat bahwa ada hubungan antara intensitas matahari dengan jumlah larutan garam yang dihasilkan. Pada pengujian sampel kedua terlihat jumlah larutan garam pada hari pertama masih tinggi, sedangkan pada hari kedua sampai hari keenam jumlah larutan garam semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh karena pada hari pertama kadar larutan garam di dalam kolektor masih encer, oleh karena kolektor dipanaskan terus, maka pada hari kedua sampai dengan hari ke enam kadar larutan garam dalam kolektor semakin pekat. Pada hari ketujuh diperoleh garam sebanyak 642 gram (Gambar 2). Gambar 5. Hubungan antara intensitas matahari dengan produktivitas garam Jurnal Teknik Mesin Vol.4, No.1, April 2014 : 25 29 28

Pada Gambar 5. menampilkan hubungan antara intensitas matahari dengan produktivitas garam yang dihasilkan selama tiga kali pengujian. Grafik di atas menunjukkan bahwa produktivitas garam yang dihasilkan meningkat dengan naik intensitas matahari. Produktivitas garam maksimum diperoleh sebanyak 642 gram dengan intensitas matahari rata-rata 542 W/m 2. Sedangkan produktivitas garam terendah diperoleh sebanyak 613 gram dengan intensitas matahari rata-rata 484 W/m 2. Produktivitas garam ditentukan oleh proses penguapan dari air laut dalam ruangan kolektor surya dan proses pengembunan yang terjadi di kaca penutup. Proses penguapan akan semakin baik apabila suhu air laut dalam ruangan kolektor surya semakin tinggi. Semakin rendah suhu kaca penutup maka proses pengembunan akan semakin cepat terjadi. Ini menyebabkan produktivitas kondensat semakin tinggi dan akan mempercepat produksi garam dalam kolektor surya. KESIMPULAN a. Luas kolektor 1,6 m 2 dan volume air laut dalam basin 10 liter dapat menghasilkan air bersih sebanyak 1360 ml/hari dengan intensitas matahari ratarata 542 W/m 2. b. Sampel air laut yang digunakan sebanyak 10 liter diperlukan waktu selama tujuh hari untuk menghasilkan garam sebanyak 642 gram dengan intensitas matahari rata-rata 542 W/m 2. c. Dengan menggunakan kolektor surya plat datar ini dapat membantu masyarakat dalam mengolah air laut menjadi air bersih dan garam. d. Produktivitas garam yang dihasilkan dapat meningkat bila luas kolektor diperbesar dan waktu pemanasan dapat diperpendek jika intensitas matahari meningkat [2] G.N Tiwari, Md. Emran Khan, R.K. Goyal. 1998. Experimental Study of Evaporation in Distillation. Journal Desalination 115. p121-128. [3] Hidayat R.R. 2011. Rancang bangun alat pemisah garam dan air tawar menggunakan energy matahari. Skripsi Departemen Ilmu dan Teknologi-IPB. [4] Marsum, A. dan Widiyanto, A. 2004. Efisiensi model destilator tenaga surya dalam memproduksi air tawar dari air laut. Poltekkes Depkes RI. Semarang. 367 h.44. [5] Mulyanef, Dianviviyanthi dan Oktavianus, 2006. Sistem desalinasi tenaga surya untuk menghasilkan air bersih bagi masyarakat pesisir pantai Padang. Proseding Seminar Nasional SNMI 2006 Universitas Tarumanagara. Jakarta. [6] Mulyanef, Dianviviyanthi dan Masfan. 2010. Studi Eksperimental Destilasi Surya Tripel Basin Menggunakan Kolektor Plat Datar. Proseding Seminar Nasional RESATEK I, FTI Universitas Bung Hatta. [7] Mulyanef, Melda Sari, Mario W, dan N Henry. 2012. Kaji Eksperimental untuk meningkatkan performasi destilasi surya basin tiga tingkat menggunakan beberapa bahan penyimpan panas. Jurnal Teknik Mesin ITP. P 7-12. [8] Sumarsono M. 2006. Analisis kinerja destilator tenaga surya tipe atap berdasar sudut kemiringan. Proseding Seminar Nasional SNMI 2006 Universitas Tarumanagara. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA [1] Duffie, J.A., Beckman, W.A, 1991, Solar Engineering of Thermal Processes, Jon Willey & Sons, Canada. Jurnal Teknik Mesin Vol.4, No.1, April 2014 : 25 29 29