PENGARUH PENDEKATAN OPEN ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MTs SE KECAMATAN SUTERA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Kota Tangerang Selatan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN CONNETED MATHEMATICS PROJECT (CMP)

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

ABSTRAK. Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Matematika Realistik, komunikasi matematika.

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN BELIEFS SISWA PADA PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DAN KONVENSIONAL

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 2 No. 2 Tahun 2017

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Way Pengubuan kabupaten Lampung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

A. Populasi dan Sampel

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA MATERI CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.2 November 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksprimen semu (quasi eksprimen ),

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

Sujono, Yezinta Dewimaharani. Kata-kata Kunci: open ended, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar.

EFEKTIVITAS BUKU AJAR MATEMATIKA SMP BERBASIS 3-D UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

EKSPERIMENTASI PENDEKATAN CTL BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

SELING Jurnal Program Studi PGRA ISSN (Print): ; ISSN (Online): X Volume 4 Nomor 1 Januari 2018 P

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Yadika Bandar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di

Dian Vitayana, Yusuf Kendek dan Fihrin Abstrak Kata Kunci :

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS MELALUI PENDEKATAN KONSTEKSTUAL

( 1 Dosen Pendidikan Matematika pada Jurusan PMIPA FKIP Universitas Halu Oleo,

Transkripsi:

Prima: Jurnal Program Studi Pendidikan dan Penelitian Matematika Vol. 6, No. 1, Januari 2017, hal. 91-101 P-ISSN: 2301-9891 PENGARUH PENDEKATAN OPEN ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA Lely Lailatus Syarifah Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Tangerang E-mail: lelysyarifah@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 di SMPN 3 Tangerang selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik claster random sampling. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa untuk kelas eksperimen dan 40 orang siswa untuk kelas kontol. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes kemampuan berpikir kritis matematik berbentuk essay dengan tiga indikator dan jurnal harian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan analisis data mengunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,02, sedangkan t tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 78 sebesar 1,66. Sehingga hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa, diterima. Kata kunci: Berpikir Kritis Matematik, Open Ended Pendahuluan Mutu pendidikan berawal dari proses pembelajaran dalam kelas, oleh sebab itu untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas baik, maka proses pembelajaran dalam kelas pun harus didesain dengan baik. Kemajuan suatu negara bergantung pada ilmu pengetahuan yang berkembang di negara tersebut. matematika adalah salah satu ilmu yang sangat erat kaitannya dengan kemajuan suatu bangsa. Karena matematika sangat berguna dalam mempelajari berbagai pengetahun dan keahlian. Dalam pendidikan formal, matematika adalah ilmu yang dipelajari semua tingkat pendidikan, baik di sekolah dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Dengan matematika, kita dapat berlatih berpikir secara logis, dan dengan matematika ilmu pengetahuan lainnya bisa berkembang dengan cepat (Suherman, 2001). Walaupun matematika sangat berguna dalam mempelajari berbagai pengetahun dan keahlian, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Terutama yang paling mencolok adalah rendahnya prestasi siswa dalam bidang

92 P-ISSN: 2301-9891 matematika, hasil penelitian PISA (Programme for Internasional Student Assessment) pada tahun 2009, Sekitar sepertiga siswa Indonesia hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat. Hanya 0.1 % siswa Indonesia yang mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut keterampilan berpikir dan penalaran (Wijaya, 2012). Salah satu faktor prestasi matematika siswa rendah di Indonesia selain dari aspek guru yang kurang menggunakan metode dan teknik pengajaran pada saat proses pembelajaran, yaitu aspek siswa. Siswa cenderung tidak suka atau bahkan takut terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini bukan rahasia lagi siswa sering kali merasa bosan dan menganggap matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Salah satu penyebabnya karena mayoritas soal yang diberikan guru matematika di Indonesia terlalu kaku. Umumnya, siswa di Indonesia lebih banyak mengerjakan soal yang diekspresikan dalam bahasa dan simbol matematika yang didisain dalam konteks yang jauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan soal-soal yang menantang siswa untuk berpikir lebih tinggi, salah satunya soal-soal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik. Menurut Sumarmo (2011) secara garis besar, kemampuan dasar matematika dapat diklasifikasikan dalam lima standar yaitu kemampuan: 1) mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, dan ide matematika, 2) menyelesaikan masalah matematik (mathematical problem solving), 3) bernalar matematik (mathematical reasoning), 4) melakukan koneksi matematika (mathematical connection), dan 5) komunikasi matematika (mathematical communication). Salah satu kemampuan dasar matematika adalah kemampuan bernalar matematika, menurut Krulik dan Rudnick (dalam Amri, 2010), penalaran meliputi berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan di masyarakat, karena manusia selalu dihadapkan pada keadaan/masalah yang memerlukan pemecahan. Karena dianggap penting, berpikir kritis menjadi salah satu tujuan utama pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum di Sekolah Menengah Pertama, menyebutkan bahwa mulai dari sekolah dasar perlu membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Siswa harus dilatih agar memiliki kemampuan berpikir matematika. Jika siswa dilatih untuk berpikir, maka ia perlu dihadapkan pada suatu situasi atau permasalahan yang menantang untuk diselesaikan. Soal-soal atau permasalahan matematika yang sifatnya menantang itu akan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 91-101.

Prima ISSN: 2301-9891 93 memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberdayakan segala kemampuan yang dimilikinya. Agar tujuan tersebut tercapai, diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik. Upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Open Ended. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syukur (dalam Rohayati, 2010) yang menggunakan pendekatan open ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa SMA. Pendekatan Pembelajaran open ended diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa guna menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi dalam mempelajari matematika. Selain itu, pendekatan open ended diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika. Tinjauan Teoritis Menurut Chaffee (dalam Johnson, 2008) menjelaskan bahwa berpikir sebagai sebuah proses aktif, teratur, dan penuh makna yang kita gunakan untuk memahami dunia. Dia mendefinisikan bahwa berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Menurut Costa (dalam Mayadiana, 2009) mendefinisikan individu yang berpikir kritis memilki ciri-ciri diantaranya adalah pandai mendeteksi permasalahan, mampu membedakan informasi-informasi, suka mengumpulkan data untuk pembuktian faktual, mampu mengidentifikasi atribut-atribut benda, mampu membuat hubungan yang berhubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, mampu mendaftar alternatif pemecahan masalah dengan masalah lainnya, mampu menarik kesimpulan dan generalisasi dari data yang ada. Menurut Krulik dan Rudnick (dalam Subandar, 2011) mengemukakan bahwa yang termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah. Berpikir kritis merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain (Johnson, 2008). Indikator berpikir kritis matematik yang digunakan diantaranya adalah mengenal masalah, menganalisis, dan menghubungkan. Menurut Sagala (2010), pembelajaran memiliki dua karakteristik, yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa hanya sekedar mendengar, mencatat, tetapi memaksimalkan aktivitas siswa dalam proses berpikir; kedua, dalam pembelajaran membangun suasana diskusi dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada Pengaruh pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa Syarifah

94 P-ISSN: 2301-9891 akhirnya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan mereka sendiri. Menurut Shimada pendekatan ini memberi siswa kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa cara berbeda (dalam Satriawati, 2007). Pertanyaan open ended bukanlah bentuk pertanyaan dengan banyak pilihan tanpa option. Juga bukan pertanyaan yang hanya memiliki satu jawaban yang benar. Namun lebih mengarah pada pertanyaan dimana siswa memiliki peluang berpikir lebih leluasa, komprehensif tanpa harus kehilangan konteksnya. Dengan demikian untuk menghadapi persoalan open ended siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban yang benar. Pada sisi lain, siswa tidak hanya diminta jawaban, akan tetapi diminta untuk menjelaskan bagaimana proses untuk menjawab tersebut. Jadi, matematika tidak dipandang sebagai produk, tetapi sebagai proses. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open ended, dimulai dengan pertanyaan dalam bentuk open ended yang diarahkan untuk menggiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan. Dasar keterbukaan dari pertanyaan open ended dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu: proses terbuka yaitu tipe soal yang diberikan mempunyai banyak cara penyelesaian yang benar, hasil akhir yang terbuka yaitu tipe soal yang diberikan mempunyai jawaban yang banyak, dan cara pengembangan lanjutannya terbuka yaitu ketika siswa telah selesai menyelesaikan masalah awal mereka dapat menyelesaikan masalah baru dengan mengubah kondisi dari masalah yang pertama (Satriawati, 2007). Menurut Suherman (2001) aspek keterbukaan dalam soal terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga aspek, yaitu 1) Kegiatan siswa harus terbuka, dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai dengan kehendak mereka. Dalam pembelajaran open ended memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi permasalahannya sendiri. Kegiatan matematika merupakan ragam berpikir, 2) Kegiatan matematik adalah kegiatan yang didalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika atau sebaliknya, 3) Kegiatan siswa dan kegiatan matematika merupakan satu kesatuan. Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengangkat pemahaman dalam berpikir matematika sesuai dengan kemampuan individu. Pendapat Shigeru (2005) bahwa pendekatan open ended adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan antara pemahaman, kemampuan, atau cara berpikir siswa yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Shimada pendekatan ini memberi siswa kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa cara berbeda, pendekatan open ended juga mampu Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 91-101.

Prima ISSN: 2301-9891 95 meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pendekatan open ended merupakan salah satu pendekatan yang membantu siswa melakukan penyelesaian masalah secara kreatif dan menghargai keragaman berpikir yang mungkin timbul selama mengerjakan soal. Situasi open ended terkait dengan masalah matematika dapat digunakan dalam lingkungan belajar yang bernuansa berpikir kritis, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fawcett (dalam Mayadiana, 2009). Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen (percobaan semu), penelitian ini menggunakan rancangan penelitian The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan treatment (perlakuan khusus) berupa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended. Sedangkan pada kelompok kontrol, peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Kemudian kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Frankel, 1990). Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan open-ended, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampel acak klaster (Cluster Random Sampling), dengan mengambil dua kelas secara acak dari 8 kelas yang memilki karakteristik yang sama. Hasil random diperoleh kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pendekatan open ended berasal dari kelas VII.3 sebanyak 40 orang dan yang menjadi kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional berasal dari kelas VII.4 juga sebanyak 40 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu tes kemampuan berpikir kritis matematik yang terdiri atas 8 soal dan jurnal harian siswa dalam belajar dengan pendekatan open ended. Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai perbedaan dua rata-rata populasi. Uji yang digunakan adalah uji-t. Hasil dan Pembahasan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan berpikir kritis matematik siswa dan instrumen non tes yaitu jurnal harian untuk mengetahui respon siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan pendekatan open ended. Sebelum menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended (kelas eksperimen) Pengaruh pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa Syarifah

96 P-ISSN: 2301-9891 dan pembelajaran konvensional (kelas kontrol), kedua kelompok masing-masing diberikan pretest. Pretest ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal kemampuan berpikir kritis matematik siswa mengenai konsep himpunan. Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis matematika yang diteliti terdiri atas tiga indikator kemampuan berpikir kritis matematik, yaitu mengenal masalah, menghubungkan, dan menganalisis. Indikator 1 : Mengenal masalah Dari soal pretest yang diberikan, pertanyaan yang mampu melihat bagaimana siswa mengenal masalah pada konsep himpunan adalah soal nomor 1, 3, dan 5. Pada indikator ini diharapkan siswa mampu mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan/ elemen-elemen dalam kasus yang diberikan, untuk mengkonstruksi berbagai kemungkinan jawaban dan siswa dapat mengidentifikasi adanya masalah. Dari hasil pretest diperoleh bahwa kemampuan mengenal masalah pada kelas eksperimen sebesar 17,5% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 23%. Indikator 2: Menghubungkan Pada tahapan menghubungkan, siswa diharapkan mampu menyusun berbagai konsep jawaban ataupun menggunakan berbagai strategi yang telah dipelajari sebelumnya. Pada soal pretest yang diberikan, pertanyaan yang mampu melihat indikator ini adalah soal nomor 4, 5, dan 7. Dari hasil pretest diperoleh bahwa kemampuan menghubungkan pada kelas eksperimen sebesar 19,79% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 23,75%. Indikator 3: Menganalisis Pada tahapan menganalisis, siswa diharapkan mampu memutuskan dalam memilih strategi yang tepat, siswa mampu memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap soal yang diberikan, mampu mengidentifikasi kesimpulan, mengidentifikasi alasan yang dinyatakan dan yang tidak dinyatakan, mencari persamaan dan perbedaan. Dari soal pretest yang diberikan, pertanyaan yang mampu melihat bagaimana siswa mampu menganalisis soal pada konsep himpunan adalah soal nomor 2, 3, dan 9. Dari hasil pretest diperoleh bahwa kemampuan menganalisis pada kelas eksperimen sebesar 21,04% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 37%. Untuk lebih jelas, persentase skor per indikator kemampuan berpikir kritis matematik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Persentase per Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Pretest) Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Kelas Eksperimen (%) Kontrol (%) Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 91-101.

Prima ISSN: 2301-9891 97 Mengenal Masalah 17,5 23 Menghubungkan 19,79 23,75 Menganalisis 21,04 37 Berdasarkan data hasil pretest, menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan awal berpikir kritis matematik siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama, hal ini ditunjukkan berdasarkan data hasil uji homogenitas yang menggunakan uji Fisher menunjukkan bahwa varians kedua kelompok sama atau homogen. Oleh karena itu, kedua kelompok tersebut dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Setelah masing-masing kelompok melakukan proses belajar mengajar dengan perlakuan yang berbeda, kemudian pada masing-masing kelompok dilakukan posttest yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan kemampuan bepikir kritis matematik siswa. Berdasarkan analisis data hasil penelitian bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan open ended dengan pembelajaran konvensional. Kenyataan ini menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan pendekatan pembelajaran memberikan hasil yang berbeda terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis matematik yang diteliti terdiri atas tiga indikator, yaitu mengenal masalah, menghubungkan, dan menganalisis. Indikator 1 : Mengenal masalah Sama halnya dengan soal pretest, pada soal posttest yang diberikan, pertanyaan yang mampu melihat bagaimana siswa mengenal masalah pada konsep himpunan adalah soal nomor 1, 3, dan 5. Dari hasil posttest diperoleh bahwa kemampuan mengenal masalah pada kelas eksperimen sebesar 54,3% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 46,5%. Dari contoh hasil kerja siswa dapat dilihat bahwa jawaban soal posttest siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa dari kelas kontrol. Hal ini karena jawaban siswa kelas eksperimen lebih terlihat berpikir kritis matematiknya dibandingkan jawaban siswa kelas kontrol. Sesuai dengan keterangan di atas bahwa indikator soal ini adalah mengenal masalah, siswa diharapkan mampu mengidentifikasi adanya masalah, kedua jawaban tersebut sudah benar namun jawaban siswa kelas kontrol kurang lengkap, karena tidak disertai alasan seperti yang diminta pada soal. Siswa sudah mampu mengidentifikasikan himpunan dengan benar, namun Pengaruh pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa Syarifah

98 P-ISSN: 2301-9891 tidak memunculkan alasan mengapa soal tersebut diidentifikasikan pada irisan dua himpunan kemudian menggunakan konsep komplemen. Indikator 2: Menghubungkan Pada soal posttest yang diberikan, pertanyaan yang mampu melihat indikator ini adalah soal nomor 4, 5, dan 7. Dari hasil posttest diperoleh bahwa kemampuan menghubungkan pada kelas eksperimen sebesar 64,7% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 54,2%. Perbedaannya terlihat dari cara siswa menjawab soal sangat berbeda. Siswa pada kelas eksperimen mampu menjawab berdasarkan pemikirannya, siswa menggunakan diagram venn dan pengerjannya juga sistematis. Sedangkan siswa pada kelas kontrol langsung menggunakan rumus tanpa menyertakan alasan, sehingga kemampuan berpikirnya tidak terlihat optimal. Indikator 3: Menganalisis Dari soal posttest yang diberikan, pertanyaan yang mampu melihat bagaimana siswa mampu menganalisis soal pada konsep himpunan adalah soal nomor 2, 3, dan 9.. Dari hasil posttest diperoleh bahwa kemampuan menganalisis pada kelas eksperimen sebesar 63,7% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 55,4%. Perbedaannya, terlihat bahwa siswa kelas eksperimen mampu mendeskripsikan alasan jawaban yang mereka buat, proses berpikir dari siswa eksperimen terlihat jelas dari cara siswa membuat diagram venn dan mendeskripsikan alasan hasil jawabannya. Sedangkan siswa kelas kontrol belum mampu mendeskripsikan alasan jawaban yang mereka buat. Siswa hanya mampu membaca dari diagram venn yang telah mereka buat. Untuk lebih jelas, persentase skor per indikator kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.Persentase per Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Posttest) Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Kelas Eksperimen (%) Kontrol (%) Mengenal Masalah 54,3 46,5 Menghubungkan 64,7 54,2 Menganalisis 63,7 55,4 Data hasil pretest yang diberikan kepada kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa, diperoleh nilai terkecil yaitu 9 dan nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 41. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai terkecil yaitu 16 dan nilai tertinggi pada kelas kontrol adalah 41. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 91-101.

Prima ISSN: 2301-9891 99 penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dari data tersebut didapat F hitung < F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data kemampuan berpikir kritis matematik dari kedua sampel pada hasil pengujian pretest mempunyai varians yang sama atau homogen. Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa, diperoleh nilai terkecil yaitu 44 dan nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 88. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai terkecil yaitu 41 dan nilai tertinggi pada kelas kontrol adalah 81. Selain instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematik, peneliti juga menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan open ended. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata persentase siswa yang memberi respon positif selama 8 kali pertemuan sebesar 75,94% siswa yang bersikap netral sebesar 14,06%, sedangkan siswa yang memberi respon negatif sebesar 10%. Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai perbedaan dua rata-rata dua kelompok. Uji yang digunakan adalah uji-t, uji-t digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematik siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu uji normalitas, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square) pada taraf signifikan (α) = 0,05. Uji normalitas diperoleh dari hasil data posttest kedua kelompok penelitian. Hasil pengujian normalitas posttest untuk kelas eksperimen diperoleh nilai 2 hitung = 3,86 dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai 2 hitung = 6,34, dengan taraf signifikan α= 0,05 adalah 9,49, maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kedua kelompok tersebut berdistribusi normal. Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan dua varians kedua kelas dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan penyebut 40, dari data posttest diperoleh F hitung = 1,27, sedangkan F tabel = 1,69. Dari data tersebut didapat F hitung < F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data kemampuan berpikir kritis matematik dari kedua sampel mempunyai varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil perhitungan, pada pengujian hipotesis diperoleh t hitung sebesar 4,02 dan t tabel sebesar 1,66. Dengan demikian, H 1 diterima dan Ho ditolak, atau dengan kata lain rata-rata kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan pendekatan open ended lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelompok kontrol yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Pengaruh pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa Syarifah

100 P-ISSN: 2301-9891 Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis matematik yang diteliti terdiri atas tiga indikator kemampuan berpikir kritis matematik, yaitu mengenal masalah, menghubungkan, dan menganalisis. Hasil analisis data menunjukkan bahwa suatu pendekatan pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Artinya, terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematik siswa, antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dimungkinkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa dipicu oleh pendekatan yang dalam pelaksanaan pembelajarannya selalu memperhatikan prinsip dan karakteristik pendekatan open ended yaitu pembelajaran difokuskan pada proses menemukan sendiri pengetahuan siswa secara mandiri mengenai materi matematika dengan perantara masalah terbuka yang dikemas dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), hal ini sesuai dengan pendapat Shigeru (2005) bahwa pendekatan open ended memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa cara berbeda. Dari hasil analisis data kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, data tersebut menunjukkan bahwa kelas open ended eksperimen yang pembelajarannya menggunakan pendekatan open ended lebih baik daripada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan pengolahan data hasil penelitian posttest, secara umum penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik ini terlihat dari cara menjawab soal posttest oleh siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa kelas kontrol. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Hasil kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan open ended memiliki nilai rata-rata 61,70. 2) Hasil kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang diajar secara konvensional memiliki nilai rata-rata 53,55. 3) Siswa yang melakukan pembelajaran dengan pendekatan open ended memiliki kemampuan berpikir kritis matematik yang lebih baik dari pada siswa yang melakukan pembelajaran secara konvensional. Hal ini terlihat dari jawaban posttest siswa yaitu rata-rata hasil posttest siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol dan siswa yang mendapat skor maksimum adalah siswa dari kelas eksperimen, sedangkan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017, 91-101.

Prima ISSN: 2301-9891 101 siswa yang mendapat skor minimum adalah siswa dari kelas kontrol. Pembelajaran dengan pendekatan open ended berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Begitu pun berdasarkan uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa pendekatan open ended memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran terkait pada skripsi ini, diantaranya: 1) Penelitian ini hanya ditujukan pada mata pelajaran matematika pada pokok bahasan Himpunan, oleh karena itu sebaiknya penelitian juga dilakukan pada pokok bahasan matematika lainnya. 2) Siswa perlu banyak latihan soal individu, agar strategi dalam menyelesaikan soal-soal lebih beragam. 3) Agar penelitian ini lebih sempurna, sebaiknya aspek lain yang dapat mempengaruhi variabel penelitian ini juga dikontrol dengan baik. Daftar Pustaka Amri, Sofan. (2010). Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustakara. Frankel, Jack R. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. Kanada: McGraw Hill Publishing Company. Johnson, Elaine B. (2008). CTL Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. California: Coruwin Press. Mayadiana S., Dina. (2009). Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Maha Karya. Rohayati, Euis Eti. (2010). Critical and Creative Mathematical Thinking of junior High School Students, Jurnal Pendidikan Matematika Vol. IV, No. 2, 2010. Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: IKAPI. Satriawati, Gusni. (2007). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open Ended pada Pokok Bahasan Dalil Pythagoras, Jurnal Pembelajaran Baru dalam Pembelajaran Sains & Matematika Dasar. Jakarta: PIC UIN Jakarta. Shigeru, Shimada. (2005). The Open Ended Approach: A New Proposal for Teaching Mathematics. Virginia: Sixth Printing. Subandar, Jozua. (2009). Berpikir Reflektif. Artikel pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Diakses pada tanggal 14 Juli 2011 dari http://math.sps.upi.edu/wpcontent/uploads/2009/11/berpikir-reflektif.pdf. Suherman, Erman. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI. Sumarmo, Utari. (2011). Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung. Diakses pada tanggal 18 Agustus 2011 dari http;//math.sps.upi.edu. Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pengaruh pendekatan open ended terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa Syarifah