PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

DESAIN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN METODE ERGONOMI PARTISIPATORI

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kerupuk adalah salah satu jenis makanan yang sudah lama dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

METODOLOGI PENELITIAN

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

JENIS-JENIS PENGERINGAN

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

LAPORAN KEMAJUAN. I b PE KERAJINAN HANDICRAFT DAN TOYS DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN DAN KLATEN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

1. Bagian Utama Boiler

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

SISTEM PENYALEAN PISANG BERTINGKAT DENGAN MENGUNAKAN ENERGI BAHAN BIO-MASSA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

1. Pendahuluan PEMANFAATAN LM35 SEBAGAI SENSOR SUHU OTOMATIS PADA SISEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN PENGERING (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) Santoso

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

LAPORAN PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PENGERING JAMUR KUPING DENGAN PEMANAS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AT89C51

Revisi SNI Daftar isi

PENGARUH PENAMBAHAN SALURAN UDARA PEMANAS DENGAN PIPA SPIRAL PADA TUNGKU BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cahaya merupakan elemen yang penting bagi makhluk hidup di muka bumi. Tanpa

MESIN PENGERING KAYU SEDERHANA UNTUK HOME INDUSTRI. Murni *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

METODOLOGI PENELITIAN

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

PERANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PENGERING TIPE RAK

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

PERANCANGAN ALAT PENGERING KERUPUK DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG DARI PROSES PRODUKSI PADA INDUSTRI PEMBUATAN KERUPUK

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN SISTEM PENGERING IKAN MEMANFAATKAN SUMBER ENERGI PANAS BUMI IE-SUUM KABUPATEN ACEH BESAR

Sanitasi Penyedia Makanan

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Iklim Perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

TESTPERFORMANCE OF MINIATUR BOILER FOR DRYING KERUPUK WITH VARIOUS PRESSURE AND VARIOUS DIRECTION OF AIR CIRCUITS

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

PEMANFAATAN ENERGI SURYA DENGAN EFEK RUMAH KACA DALAM PERANCANGAN SISTEM PENGERING KERUPUK DAN IKAN DI DAERAH KENJERAN

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

METODOLOGI PENELITIAN

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Kecepatan udara dalam ruang pengering. Kecepatan udara dalam ruang pengering (m/detik)

TEKNOLOGI TEPAT GUNA Mentri Negara Riset dan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

BAB III METOLOGI PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

PENGGUNAAN ALAT PENGERING UNTUK MENSUPLAY BAHAN BAKU PRODUKSI KRIPIK JAGUNG DI GROBOGAN

Transkripsi:

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA Edvin Priatna 1, Ade Maftuh 2, Sujudi 3 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi 2 Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi 3 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi INTISARI Industri kerajinan kelom geulis atau sandal kayu cantik sudah sejak lama ditekuni oleh sebagian penduduk di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelom geulis terbuat dari bahan baku kayu dan diproduksi sebagai industri rumah tangga (home industry). Saat ini, permintaan pasar domestik dan ekspor untuk kelom geulis meningkat, tetapi produksi kerajinan kelom geulis tidak dapat dipenuhi oleh persediaan bahan baku kayu kering (bodasan) siap pakai yang sudah dipola dan dibentuk, karena proses pengeringan bodasan di tingkat pengrajin memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk itu perlu dikembangkan sistem pengering kelom geulis dengan sistem otomatis dimana mikrokontroler digunakan sebagai pengontrol temperatur. Sistem pengering kelom geulis telah dikembangkan dengan dua sisi berpemanas pipa dan tersusun atas lima komponen utama yaitu ruang pembakaran, ruang pengeringan, pipa pemanas, ruang pengeluaran asap dan ruang kontrol suhu dan waktu. Ruang rak pengering berukuran 80 cm x 80 cm x 90 cm dengan tiap lapisan rak tersusun berjarak 12 cm. Ruang tungku pemanas yang berada di bagian kiri dan kanan rak pengering berukuran 20 cm x 80 cm x 40 cm. Ruang pipa pemanas berukuran 20 cm x 80 cm x 90 cm. Pipa pemanas berukuran diameter 1 cm dan berjumlah masing-masing 64 buah yang terpasang pada ruang pipa pemanas sebelah kiri dan kanan rak pemanas. Ruang pengeluaran asap berukuran 120 cm x 80 cm x 15 cm dilengkapi dengan pipa pengeluaran asap berukuran diameter 8 cm berjumlah 2 buah dengan tinggi 20 cm. Sistem pengering ini telah berhasil didemontrasikan. Pengujian temperatur dilakukan pada rak bagian atas, tengah dan bawah. Itu menunjukkan bahwa waktu pemanasan berbanding lurus dengan temperatur pemanasan. Sistem ini telah diuji pada rentang temperatur dari 30 o C sampai 85 o C selama 120 menit. Terdapat perbedaan temperatur pada masing-masing rak, dimana rak bagian atas mempunyai temperatur lebih tinggi dibandingkan dengan bagian rak tengah dan bawah. Kata kunci: sistem pengering, kelom geulis, mikrokontroler, temperatur. PENDAHULUAN Salah satu produk kerajinan andalan yang terkenal di Tasikmalaya adalah kelom geulis atau sandal kayu cantik. Ciri khas yang membuat kelom geulis menjadi cantik, menarik, dan unik adalah karena pembuatannya masih tradisional menggunakan tangan (hand made). Kelom geulis terbuat dari bahan baku kayu mahoni, kisampang, dan albasiah yang banyak terdapat di daerah Tasikmalaya dan sekitarnya. Agar terlihat lebih cantik kelom diberikan hiasan yang umumnya adalah hiasan ukiran dengan motif bunga. Kelom geulis banyak diproduksi sebagai industri rumah tangga (home industry). Jumlah unit usaha kerajinan kelom geulis yang tergabung dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tasikmalaya adalah 454 unit dengan tenaga kerja 5.160 orang dan produksi dipusatkan di Kecamatan Mangkubumi, Tamansari, Cihideung dan Tawang (Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan perdagangan, Kota Tasikmalaya, 2012). Produk kerajinan kelom geulis saat ini sudah mencapai perdagangan ekspor karena hampir 50% produk kerajinan ini untuk ekspor. Kerajinan kelom geulis ini memiliki jangkauan ekspor ke berbagai negara antara lain Asia Tenggara, Korea, Jepang, Afrika Selatan, Panama dan sebagian wilayah Eropa. Pada tahun 2012, nilai produksi industri kerajinan kelom geulis di Kota Tasikmalaya mencapai 2,1 milyar rupiah dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 3,2 milyar rupiah (BPS Kota Tasikmalaya, 2013). Di pasar domestik, jumlah penjualan kelom geulis pada tahun 2011 mencapai 76.726 kodi dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 94.432 kodi. Dengan meningkatnya permintaan pasar domestik dan ekspor, produksi kerajinan kelom geulis tidak dapat dipenuhi oleh persediaan bahan baku kayu kering siap pakai yang sudah dipola dan dibentuk atau istilah yang biasa disebut oleh pengrajin kelom yaitu bodasan, 172 Edvin Priatna dkk, Pengembangan Sistem Pengering Kelom Geulis Berbasis Mikrokontroler

karena proses pengeringan bodasan di tingkat pengrajin memerlukan waktu yang cukup lama. Kualitas produk kelom geulis ditentukan oleh kadar air dan pori-pori yang terkandung dalam bahan baku bodasan. Saat ini proses pengeringan bodasan oleh pengrajin di Kota Tasikmalaya masih dilakukan secara tradisional dengan mengeringkan bodasan di ruang terbuka (atas tikar, atap, atau di atas lantai) di bawah cahaya matahari langsung. Pengeringan dengan cahaya matahari langsung dalam ruang terbuka merupakan metode pengeringan atau pengawetan dengan harga murah sebab itu menggunakan sumber panas alami dari cahaya matahari. Namun metode pengeringan ini prosesnya lambat, berdasarkan fakta bahwa untuk menurunkan kadar air bodasan mula-mula 60% menjadi kadar air bodasan siap pakai 17% memerlukan waktu 3 minggu (Anonim, 2015). Di samping itu, produk hasil bodasan kering tercemari debu dan kotoran binatang serta pengeringannya tidak merata karena kondisi cuaca yang tidak stabil (mendung dan hujan), sehingga itu membuat mutu produk kerajinan kelom geulis yang dikeringkan menjadi rendah. Selanjutnya, usaha telah dilakukan untuk mengatasi masalah pengeringan tersebut dengan metode tungku pengeringan. Tungku pengering menggunakan ruang pengeringan tertutup dengan waktu pengeringan 36 jam yang jauh lebih singkat dari pengeringan dengan cahaya matahari langsung (Anonim, 2015). Tungku pengeringan tidak dilengkapi dengan pipa pemanas (heat exchanger). Proses pengeringan pada tungku pengering tidak terjadi secara higienis karena ada folatil matter dan debu yang tertiup dan mengenai bahan yang dikeringkan. Selain itu temperatur pengering tidak dapat terkontrol dengan tepat, sehingga bagian dari bodasan kelom geulis kering berubah warna dan terbakar. Mikrokontroler digunakan sebagai pengontrol dalam proses pengeringan yaitu mengontrol suhu dan lama waktu proses pengeringan secara elektronik dan otomatis. Hal ini akan menjadi lebih mudah untuk mengeringkan bodasan kelom geulis tanpa harus menunggu cuaca cerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik pengeringan kelom geulis dengan menyajikan perancangan,pembuatan dan pengujian sistem pengering kelom geulis. METODOLOGI PENELITIAN Desain Sistem Pengering Kelom Geulis Gambar 1 menunjukkan sistem pengering kelom geulis. Sistem pengering yang dibuat merupakan pengembangan sistem pengering kerupuk yang dibuat oleh Hidayat dan Purnomo (2014). Modifikasi utama dilakukan pada penambahan sistem kontrol temperatur (mikrokontroler) dan ruang pengering yang dilengkapi cerobong memanjang di bagian atasnya sehingga tidak memerlukan alat bantu kipas hisap dalam mempercepat aliran udara. Sistem pengering menggunakan sumber panas biomassa tersusun atas tiga komponen utama yaitu ruang pengering dengan rak bertingkat, ruang pembakaran dan sistem pengontrol temperatur otomatis. Rak pengering dibuat dari rangka besi dengan jarak susunan tiap lapisan rak sesuai dengan ukuran kelom geulis yang akan dikeringkan. Dalam tiap susunan rak terdapat lembaran tempat menaruh kelom geulis yang terbuat dari kawat kasa yang dapat ditarik keluar berukuran lubang 1 x 1 cm 2. Saluran berpemanas pipa pada dua sisi ruang pengering Sistem pemanas terdiri atas tiga bagian utama yaitu tungku pemanas, pipa pemanas dan cerobong asap. Tungku pemanas berfungsi sebagai sumber panas yang kemudian ditangkap dan dialirkan melalui pipa-pipa pemanas dan dikeluarkan melalui cerobong asap. Pipa-pia panas ini akan ditiup menggunakan blower yang berfungsi sebagai pengering bahan. Pipa-pipa pemanas berada pada dua sisi ruang pengering (sisi kiri dan sisi kanan) sehingga pengeringan dapat berlangsung secara merata. Gambar 1. Skema sistem pengering kelom geulis Pengujian Distribusi Temperatur Ruang Pengering a. Pengujian pada saluran pipa pemanas Sensor temperatur dengan rangkaian mikrokontroler ATmega32L digunakan sebagai pengontrol temperatur. Sensor Jurnal Teknologi, Volume 9 Nomor 2, Desember 2016, 172-176 173

dipasang pada saluran udara masuk ruang pengering. Limbah biomassa dibakar pada ruang pembakaran kemudian panas dari ruang pembakaran mengalir pada saluran pipa dan bersamaan dengan itu, data temperatur yang ditunjukkan sensor temperatur dicatat setiap 2 menit. b. Pengujian distribusi temperatur Sensor temperatur dengan rangkaian mikrokontroler ATmega32L (Priyambodo dan Kotten, 2014) digunakan sebagai pengontrol temperatur. Sensor di pasang pada rak bawah, tengah dan atas. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pendistribusian temperatur udara yang dihasilkan pada ruang pengering. Pengujian dilakukan selama 2 jam dihitung mulai dari temperatur telah stabil dan data dicatat setiap 2 detik waktu pengujian. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Alat Pengering Kelom Geulis Gambar 2a menunjukkan sistem pengering kelom geulis tampak depan. Alat pengering kelom geulis terdiri dari lima bagian yaitu ruang tungku pemanas, dua ruang pipa heat exchanger, ruang rak pengering dan ruang pengeluaran asap dari pipa. Rak pengering merupakan tempat dimana bahan yang dikeringkan ditempatkan. Rak pengering ini terbuat dari rangka besi berukuran 80 cm x 80 cm x 90 cm dengan tiap lapisan rak yang tersusun berjarak 12 cm. Dalam tiap susunan rak, terdapat lembaran tempat menaruh barang yang dikeringkan yang terbuat dari kawat kasa yang dapat ditarik keluar berukuran lobang 1 cm x 1 cm. (a) (b) Gambar 2. (a) Sistem Pengering Kelom Geulis tampak depan dengan komponen (1) ruang tungku pembakaran, (2) ruang pipa pemanas, (3) rak pengering, (4) ruang pengeluaran asap, dan (5) cerobong asap, (b) Rangka Sistem Pengering Kelom Geulis dengan pipa pemanas dipasang pada sisi kiri dan sisi kanan. Sistem pemanas terdiri atas tiga bagian utama yaitu tungku pemanas, pipa pemanas (heat exchange), cerobong asap. Ruang tungku pemanas yang berada di bagian kiri dan kanan rak pengering berukuran 20 cm x 80 cm x 40 cm. Ruang pipa pemanas berukuran 20 cm x 80 cm x 90 cm. Pipa pemanas berukuran diameter 1 cm dan berjumlah masing-masing 64 buah yang terpasang pada ruang pipa pemanas sebelah kiri dan kanan rak pemanas, ditunjukkan pada Gambar 2b. Ruang pengeluaran asap berukuran 120 cm x 80 cm x 15 cm dilengkapi dengan pipa pengeluaran asap menggunakan pipa diameter 8 cm berjumlah 2 buah dengan tinggi 20 cm. Sumber panas dari ruang tungku pemanas dialirkan melalui pipa-pipa pemanas dan dikeluarkan melalui cerobong asap. Pipa pipa panas ini akan ditiup menggunakan blower diarahkan ke rak-rak pengering. Blower pipa-pipa pemanas ditempatkan di dua sisi luar dari pipa-pipa pemanas dan berfungsi mendorong agar terjadi konveksi paksa sehingga mampu membawa udara panas menuju bahan yang dikeringkan. 174 Edvin Priatna dkk, Pengembangan Sistem Pengering Kelom Geulis Berbasis Mikrokontroler

Gambar 3. Distribusi sebaran temperatur dalam ruang pengering selama pengujian tanpa beban selama dua jam. yang bertemperatur lebih tinggi menuju ke daerah yang bertemperatur yang lebih rendah. Daerah dengan temperatur tinggi adalah sekitar pipa-pipa pemanas dan daerah dengan temperatur rendah adalah ruang rak-rak pengering. Udara panas dari pipa pemanas mengalir menuju ruang rak-rak pengering. Perpindahan panas terjadi dengan bantuan kipas untuk membantu tersebarnya panas ke ruang rak pengering. Udara-udara panas yang berasal dari pipa-pipa pemanas dalam wilayah rak-rak bawah mengalir ke wilayah rak atas, dan udara panas dari keseluruhan pipa-pipa pemanas tertampung pada rak atas, sehingga menyebabkan rak atas mempunyai temperatur tinggi dibandingkan raak-rak di bawahnya. Selanjutnya pada interval waktu dari 50 menit sampai 120 menit, itu diperoleh bahwa semakin tinggi temperatur pada ruang pengering maka laju penurunan temperatur semakin besar, hal ini disebabkan karena pada ruang pengering tidak menggunakan isolasi secara menyeluruh pada dinding-dindingnya. Hasil Pengujian Distribusi Temperatur Pada Rak Pengering Gambar 3 menunjukkan distribusi sebaran temperatur dalam ruang pengering selama pengujian tanpa beban selama dua jam. Udara panas dari pembakaran gas elpiji KESIMPULAN mengalir masuk ke pipa-pipa pemanas dan Sistem pengering kelom geulis yang panas yang diserap pipa-pipa pemanas telah dirancang memiliki spesifikasi ukuran 80 dihembuskan dengan menggunakan kipas cm x 80 cm x 90 cm untuk ruang rak pengering pendorong sehingga diperoleh udara panas dengan tiap lapisan rak tersusun berjarak 12 yang mengalir ke ruang rak pengering. cm, 20 cm x 80 cm x 40 cm untuk ruang tungku Pengujian temperatur dilakukan pada rak pemanas di bagian kiri dan kanan rak bagian atas, tengah dan bawah. Untuk ketiga pengering, 20 cm x 80 cm x 90 cm untuk rak, itu menunjukkan bahwa waktu pemanasan ruang pipa pemanas yang berjumlah 64 buah berbanding lurus dengan temperatur masing-masing di sisi kiri dan kanan rak pemanasan. Laju temperatur pada 25 menit pemanas, dan 120 cm x 80 cm x 15 cm untuk pertama berturut-turut adalah 1,28 o C/menit ruang pengeluaran asap 2 buah dengan tinggi untuk rak bawah, 1,56 o C/menit untuk rak 20 cm. Temperatur diatur menggunakan tengah, dan 1,77 o C/menit untuk rak atas. mikrokontroler dengan bahan bakar gas elpiji. Semakin lama waktu pemanasan maka Dari hasil uji performansi pendahuluan temperatur pemanasan semakin tinggi. Itu diperoleh bahwa waktu pemanasan menunjukkan bahwa rak atas mempunyai laju berbanding lurus dengan temperatur penurunan temperatur paling tinggi dari rak-rak pemanasan. Sistem ini telah diuji pada rentang di bawahnya. temperatur dari 30 Dalam rentang waktu pemanasan dari o C sampai 85 o C selama 120 menit. Terdapat perbedaan temperatur pada 25 menit sampai 50 menit, itu terjadi fluktuasi masing-masing rak, dimana rak bagian atas temperatur pemanasan dari 63 o C sampai mempunyai temperatur lebih tinggi 85 o C. Setelah 50 menit dimana sumber dibandingkan dengan bagian rak tengah dan pembakaran dihentikan dan pemanasan bawah. dibiarkan secara alami. Laju penurunan temperatur berturut-turut adalah 0,63 o UCAPAN TERIMA KASIH C/menit, - 0,66 o C/menit dan 0,71 o C/menit. Pekerjaan penelitian ini didanai oleh Direktorat Dari percobaan ini dapat dikatakan bahwa Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, kondisi kerja alat pengering cukup baik dimana Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, itu mampu bekerja pada temperatur dari 30 o C Kemenristek Dikti di bawah Proyek Penelitian sampai 85 o C selama 25 menit. Perpindahan Hibah Bersaing untuk pendanaan tahun 2016. panas yang terjadi dalam ruang pengering adalah secara konveksi. Perpindahan panas secara konveksi dapat terjadi jika terdapat perbedaan temperatur antara kedua ruangan. Dalam hal ini udara akan bergerak dari daerah Jurnal Teknologi, Volume 9 Nomor 2, Desember 2016, 172-176 175

Daftar Pustaka Anonim, 2015. Informasi pengrajin kelom geulis di Kec. Tamansari, Kab. Tasikmalaya. BPS, Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya, 2013 Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Perindustrian dan perdagangan, Kota Tasikmalaya, 2012. Hidayat, A.H dan H. Purnomo, 2014. Desain Pengeringan kerupuk menggunakan mode egronomi partisipatori, Seminar Nasional IENACO 2014. Priyambodo, S, A dan A. Kotten, 2014. Pengukur kadar air pada kayu olahan dengan piranti berbasis mikrokontroler AT 89C51, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014. 176 Edvin Priatna dkk, Pengembangan Sistem Pengering Kelom Geulis Berbasis Mikrokontroler