BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2.1 Hand Pallet Sumber: (Lit. 1)

Gambar 2.1 Sepeda Ontel Sumber: (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

POROS dengan BEBAN PUNTIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

Gambar 2.1 Sepeda Ontel Sumber: (1)

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

BAB II LANDASAN TIORI

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB II LANDASAN TEORI

MESIN PERAJANG SINGKONG

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB I PENDAHULUAN. sebuah sistem kerja pada suatu instalasi mesin. Getaran yang berlebih

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

hingga akhirnya didapat putaran yang diingikan yaitu 20 rpm.

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

STUDI TEORITIS TENTANG MAINTENANCE MESIN PEMBUAT TEPUNG TAPIOKA

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

BAB II LANDASAN TEORI

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa (2.1, Lit. 3)

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Mesin pencacah daging merupakan sebuah alat yang berfungsi. menjadi bahan utama pembuatan abon.

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin pencacah usus untuk pakan ternak ikan ialah suatu mesin yang berfungsi untuk membantu atau meringankan pekerjaan manusia. Proses kerja mesin pencacah usus ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak untuk memutar poros pisau pencacah usus yang dihubungkan menggunakan pulley dan belt. 2.2 Prinsip kerja mesin Hasil dari rancang bangun mesin pencacah usus ini cara kerjanya dengan motor listrik sebagai motor penggerak yang langsung terhubung dengan poros menggunakan pulley dan belt yang akan menggerakkan atau memutar poros pisau pencacah. Pada saat mesin dihidupkan motor menggerakkan poros pisau kemudian usus masuk melalui corong atas lalu secara otomatis usus akan dicacah oleh pisau yang berputar. Usus yang telah tercacah langsung akan keluar melalui corong bagian bawah mesin. 2.3 Karakteristik dasar pemilihan bahan Dalam setiap perencanaan maka pemilihan bahan dan komponen merupakan faktor utama yang harus di perhatikan jenis dan sifat bahan yang akan digunakan. Misalnya tahan terhadap korosi, tahan terhadap keausan, tekanan dan lain-lain sebagainya. Kegiatan pemilihan bahan adalah pemilihan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan alat agar dapat ditekan seefisien mungkin di dalam penggunaannya dan selalu berdasarkan pada dasar kekuatan dan sumber penggandaannya.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan material dan komponen adalah sebagai berikut: 1. Efisiensi bahan Dengan memegang prinsip ekonomi dan berlandaskan pada perhitunganperhitungan yang memadai, maka di harapkan biaya produksi pada tiap-tiap unit sekecil mungkin. Hal ini di maksudkan agar agar hasil-hasil produksi dapat bersaing di pasaran terhadap produk-produk lain dengan spesifikasi yang sama. 2. Bahan mudah didapat Dalam perencanaan suatu produk perlu di ketahui apakah bahan yang digunakan mudah didapat atau tidak. Walaupun bahan yang di rencanakan sudah cukup baik akan tetapi tidak di dukung oleh persediaan dipasaran, maka perencanaan akan megalami kesulitan atau masalah dikemudian hari karena hambatan bahan baku tersebut. Untuk itu harus terlebih dahulu apakah bahan yang digunakan itu mempunyai komponen penggantian dan tersedia di pasaran. 3. Spesifikasi bahan yang dipilih Penempatan bahan harus sesuai dengan fungsi dan kegunaannya sehingga tidak terjadi beban yang berlebihan pada bahan yang tidak mampu menerima bahan tersebut. Dengan demikian pada perencanaan bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan fungsi dan kegunaan suatu perencanaan. Bahan penunjang dari alat yang akan di buat memiliki fungsi yang berbeda dengan bagian yang lainnya, dimana fungsi dan bagian-bagian tersebut akan mempengaruhi antara bagian satu dengan bagian yang lain. 4. Pertimbangan Khusus Dalam pemilihan bahan ini adalah yang tidak boleh diabaikan mengenai komponen komponen yang menunjang atau mendukung pembuatan alat itu sendiri. Komponen komponen penyusun alat tersebut terdiri dari dua jenis yaitu komponen yang dapat dibuat sendiri dan komponen yang sudah tersedia dipasaran dan telah distandarkan. Jika komponen tersebut lebih menguntungkan untuk dibuat, maka lebih baik dibuat sendiri. Apabila komponen tersebut sulit untuk di buat tetapi terdapat di pasaran sesuai dengan standar, lebih baik dibeli karena menghemat waktu pengerjaan. 6

Dalam pertimbangan ini maka diperlukannya pemahaman khusus untuk menentukan bahan yang akan digunakan, tentang bahan sehingga pembuatan komponen dapat ditekan seefisien mungkin didalam penggunaannya dan sumber pengadaannya baik itu batas kekuatan tariknya, tekanannya maupun kekuatan puntirnya karena itu sangat menentukan tingkat keamanan pada waktu pemakaian. 2.4 Komponen mesin pencacah usus komponen-komponen mesin pencacah usus diantaranya : 1. Rangka ( chassis ) Rangka berfungsi sebagai penopang berat dan beban mesin, Biasanya rangka dibuat dari kerangka besi atau baja. 2. Motor Listrik Motor adalah elemen mesin yang digunakan sebagai sumber penggerak untuk menggerakkan sesuatu. Menentukan daya motor dipengaruhi oleh daya yang terjadi pada poros, pulley dan kecepatan putaran pada poros penggerak. Daya yang dibutuhkan untuk memutar pulley : P = 2πN 2T 60 (watt)...(lit 2, hal 7) P = daya yang dibutuhkan (kw) T = torsi pada poros (Nmm) n = (putaran pada poros motor (rpm) Jika P adalah daya yang digunakan untuk memutar poros utama, maka berbagai macam faktor kemanan biasanya dapat diambil dalam suatu perencanaan. Jika faktor koreksi adala (fc), maka daya yang direncnakan yaitu : Pd = P.Fc (watt)...(lit 1, hal 7) 7

Gambar 2.1 Motor Listrik 3. Bearing ( Bantalan ) Bantalan adalah elemen mesin yang berfungsi mencapai poros berbeban agar putaran berlangsung aman dan halus. Perencanaan bantalan pada mesin yang akan dibuat menggunakan bantalan gelinding. Suatu bantalan harus kuat terhadap segala beban dan umurnya harus lama, maka untuk menentukan umur bantalan didapat rumus sebagai berikut : L = ( C We )2. 10 6.... (lit 2, hal 968) L = Jumlah putaran pada bantalan (Rpm) We = Beban dinamik yang diterima (Kg) C = Kapasitas bearing dinamis bantalan (Kg) K = Faktor jenis Bantalan Gambar 2.2 Bearing (Bantalan) 8

4. V-belt V-Belt adalah Sabuk atau belt terbuat dari karet dan mempunyai penampung trapezium. Funginya digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu ke poros yang lainnya melalui pulley yang berputar dengan kecepatan sama atau berbeda. Untuk menentukan panjang belt yang digunakan adalah dengan rumus sebagai berikut : L = 2c + π (dp + Dp) + 1 (Dp 2 4c dp)2...(lit 1, hal 170) Gambar 2.3 V-Belt 5. Pulley Pulley merupakan suatu elemen mesin yang digunakan sebagai penghubung penggerak dari motor ke benda yang akan digerakkan. Bahan pulley terbagi menjadi dua, yaitu pulley yang terbuat dari besi tuang dan alumunium. Adapun rumus untuk menentukan kecepatan putaran yang ditransmisikan oleh pulley berdasarkan diameter pulley: n 1 n 2 = D p1 dp 2...(lit 1, hal 166) Dp1 = diameter pulley yang digerakkan (mm) dp2 = diameter pulley penggerak (mm) 9

n1 = putaran motor penggerak (rpm) n2 = putaran pulley yang digerakkan (rpm) 6. Saklar Gambar 2.4 Pulley Saklar berfungsi untuk memutus dan menghubungkan arus listrik. Gambar 2.5 Saklar 10

7. Baut Pengikat Baut pengikat berfungsi untuk mengikat dies ke pelat bawah dan pelat pemegang punch ke pelat atas. Diameter dan panjang baut pengikat disesuaikan dengan ukuran dua komponen yang diikatnya. 8. Poros Gambar 2.6 Baut Pengikat Poros adalah bagian terpenting dari mesin yang fungsinya adalah untuk meneruskan daya dan putarannya. Biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen seperti, pulley, pasak, bantalan dan lain-lain. Mengenai perencanaan poros ini adalah suatu persoalan perencanaan dasar. Dimana poros dapat menerima pembebanan lentur, tekan, tarik dan puntir baik yang bekerja secara tersendiri ataupun berupa gabungan satu dengan yang lainnya. Untuk menentukan poros, kita harus mengetahui beban puntir, tegangan geser yang diizinkan dan tegangan geser pada poros tersebut. Untuk mengetahuinya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : a. Momen puntir T = 9,74. 10 5. Pd n 2...(lit 1, hal 7) T = momen puntir (kgmm) Pd = daya rencana (Kw) n2 = putaran poros pulley yang digerakkan 11

b. Tegangan geser yang diizinkan = σ b sf 1. sf 2...(Lit.1, hal 8) = tegangan izin geser b = tegangan tarik poros (kg/mm 2 ) sf1 = faktor keamanan (6,0) sf2 = faktor keamanan (1,3 3,0) c. Tegangan geser pada poros g = T π 16.d s 3...(lit 1, hal 7) g = tegangan geser pada poros T = momen puntir (kg/mm) ds = diameter poros (mm) 9. Pasak Pasak adalah elemen mesin yang berguna untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, pulley, kopling dan lain-lain pada poros. Suatu pasak dapat juga digunakan untuk memindahkan daya putar. Untuk menghindari kerusakan pada poros, maka bahan pasak harus lebih lunak dari pada bahan poros sehingga didapat rumus untuk merencanakan pasak yaitu : T = F. d...(lit 1, hal 25) 2 T = l. w. d 2 T = torsi yang ditransmisikan oleh poros F = gaya pada poros d = diameter poros 12

Tegangan geser pasak ( k) k = Ft b. l Ft = gaya tangensial pada permukaan poros (F t = T ) r b = lebar pasak (mm) l = panjang pasak (mm) 2.5 Teknik Perawatan dan Perbaikan Teknik perawatan berasal dari kata maintenance engineering. Maintenance dapat diartikan sebagai suatu kegiatan penjagaan suatu hal pada kondisi yang sempurna. Engineering dapat diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan pada praktek berupa perancangan, kontruksi dan operasi struktur, peralatan dan sistem. Dengan demikian teknik perawatan dapat diartikan sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu peralatan atau mesin dalam kondisi yang sempurna.strategi perawatan yang dewasa ini secara umum diterapkan antara lain : 1. Breakdown Maintenance Breakdown Maintenance merupakan perawatan setelah terjadi kerusakan adalah pekerjaan perawatan yang hanya dilakukan karena peralatan benar-benar dimatikan dalam kondisi rusak yang disebabkan sudah habis umur pakai, dan untuk memperbaiki yang harus dipersiapkan adalah suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerjanya. 2. Perawatan terjadwal (scheduled maintenance) Perawatan terjadwal merupakan bagian dan perawatan preventif yaitu perawatan untuk rnencegah kerusakan lebih lanjut. Perawatan terjadwal merupakan strategi perawatan dengan tujuan mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut yang dilakukan secara periodik dalam rentang waktu tertentu. Strategi perawatan ini disebut juga sebagai perawatan berdasarkan waktu atau time based maintenance. 3. Perawatan prediktif ( Predective maintenance ) 13

Perawatan prediktif juga merupakan bagian perawatan preventif. Perawatan prediktif ini dapat diartikan sebagai strategi perawatan yang mana perawatannva didasarkan atas kondisi mesin itu sendiri. Untuk menentukan kondisi mesin dilakukan pemeriksaan atau monitoring secara rutin. Jika terdapat tanda gejala kerusakan segera diadakan tindakan perbaikan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Jika tidak terdapat gejala kerusakan,monitoring terus dilanjutkan supaya jika terjadi gejala kerusakan segera diketahui sedini mungkin. Perawatan prediktif disebut juga sebagai perawatan berdasarkan kondisi atau condition based maintenance, disebut juga sebagai monitoring kondisi mesin atau machinery condition monitoring. Monitoring kondisi mesin dapat diartikan sebagai penentu kondisi mesin dengan cara memeriksa mesin secara rutin. Dengan cara pemeriksaan secara rutin kondisi mesin dapat diketahui sehingga keandalan mesin dan keselamatan kerja dapat terjamin. Secara garis besar ada beberapa metode dalam monitoring atau pemantauan kondisi mesin antara lain: a. Monitoring visual Monitoring visual diartikan sebagai menaksir atau menentukan kondisi mesin dengan cara menggunakan kemampuan panca indera yang meliputi rasa, bau, pandang, dengar, dan sentuh. Karena telah makin berkembangnya peralatan monitoring, monitoring visual dapat dilengkapai dengan mikroskop. Boroscope atau fiberscope, fotografi, termografi dan lain-lainnya. Mikroskop digunakan untuk membantu partikel yang sangat kecil. Boroscope/fiberscope untuk melihat bagian komponen yang letaknya sulit dilihat secara langsung, sedangkan fotografi untuk membuat dokumen gambar. Peralatan ini digunakan untuk membantu monitoring visual agar dapat mendeteksi kondisi mesin dengan lebih tepat. b. Monitoring minyak pelumas Monitoring minyak pelumas merupakan salah satu bagian sistem pelumasan yang cukup penting.fungsi minyak pelumas sebagai darahnya mesin, disamping berfungsi sebagai pendingin, pencegah gesekan, memisahkan elemen, sebagai perapat, pencegah korosi, mengurangi getaran, juga berfungsi sebagai pembawa kontaminan atau kotoran yang terjadi di dalam mesin. Kotoran tersebut dapat 14

berasal dan luar maupun dan dalam mesin itu sendiri yang disebabkan oleh geram akibat gesekan elemen mesin. Kotoran atau kontaminan yang berasal dan luar dan timbul sewaktu operasi dan perawatan misalnya partikel-partikel yang masuk melalui filter, bahan bakar, minyak pelumas dan partikel masuk pada saat perawatan dan perbaikan. c. Monitoring kinerja Monitoring kinerja (performance monitoring) merupakan teknik monitoring yang mana kondisi mesin ditentukan dengan cara memeriksa atau mengukur parameter kinerja mesin tersebut. antara lain temperatur, tekanan, debit, kecepatan, torsi, dan tenaga.monitoring ini dapat dilakukan pada mesin yang sedang berjalan, mesin yang baru atau mesin yang telah selesai dirakit atau mesin yang telah selesai di over haul atau diperbaiki.untuk menentukan kondisi mesin dengan memonitor kinerjanya, analisis dilakukan dengan cara dibandingkan dengan kinerja yang telah distandarkan. Jika hasil monitoring lebih kecil dari standar, maka diperlukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi. d. Monitoring geometris Monitoringgeometris merupakan teknik monitoring yang bertujuan untuk mengetahui penyimpangan geometris yang terjadi pada mesin. Secara operasional monitoring geometris meliputi pengukuran kedataran (levelling), pengukuran kesebarisan (alignment) dan kesejajaran (paralellisme). Pada mesin perkakas monitoring geometris meliputi levelling, kerataan, kesejajaran, ketegaklurusan, runout, konsentrisitas dan lain sebagainya.monitoring geometris pada instalasi pompa sentri fugal antara lain kerataan pada kopling, konsentrisitas poros penggerak dan poros pompa, ketegak lurusan pompa dan kopling,pada motor pembakaran dalam yang diperlukan monitoring geometris antara lain pada poros engkol, pipi engkol dan run out roda penerus dan konsentrisitas roda penerus. e. Monitoring getaran 15

Monitoring getaran yaitu memeriksa dan mengukur parameter getaran secara rutin dan terus menerus. Getaran dapat terjadi karena adanya kerusakan pada poros, bantalan, roda gigi, kurang kencangnya sambungan, kurang lancarnya pelumasan, kurang tepatnya pemasangan transmisi dan juga disebabkan karena ketidakseimbangan elemen mesin yang berputar.kerusakan-kerusakan seperti ini akan menimbulkan getaran yang cukup besar. Dengan memonitor getaran yang terjadi, kerusakan mesin dapat dideteksi secara dini dan akhirnya kerusakan yang lebih jauh dapat dicegah. Penentuan diameter poros, lebar balok, tebal balok, diameter lubang dan sebagainya merupakan pengukuran metrologis.sedangkan posisi seperti kesejajaran, kelurusan, kerataan, ketegaklurusan dan lain sebagainya disebut sebagai pengukuran geometris. Pengukuran geometris secara lengkap meliputi: 1) Kedataran (leveling) 2) Kelurusan (straighness) 3) Kerataan (flatness) 4) Kesejajaran (pararellelisme) 5) Kebulatan (circularity) 6) Kesindilissitasan (cylindricity) 7) Ketegaklurusan (perpendicularity) 8) Runout 9) Ketidaksatusumbuan (misalignment) 16