II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BAHAN SEMINAR HASIL

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

3. PENANAMAN TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Usaha budidaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dasar agronomy " penanaman"

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Pangan Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang pokok atau yang paling utama dalam pemenuhan asupan makanan yang dibutuhkan bagi manusia. Tumbuhan padi (Oriza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Graminae, yang terdiri dari batang yang tersusun dari beberapa ruas. Pada setiap ruas terdapat cabang-cabang bulir, dan pada ujung tiap-tiap cabang terdapat bunga padi. Padi dapat tumbuh pada daerah rawa maupun lahan yang kering jika curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air. Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270C, memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Jarak tanam padi yaitu 20 x20 cm. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan ph tanah 4-7.

10 Benih yang baik, bermutu tinggi, dan berasal dari varietas unggul merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi. Ciri padi berjenis unggul yaitu produksi tinggi, umur tanam pendek, tahan terhadap hama dan penyakit, tidak mudah rontok, mutu beras yang dihasilkan baik, dan rasanya enak. Pupuk yang biasa digunakan pada tanaman padi antara lain urea, ZA, SP-36, KCl. Semua pupuk yang dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis. Hasil panen akan bervariasi tergantung jenis varietas padi yang ditanam. Kondisi lahan, jenis tanah, serangan hama dan penyakit juga berpengaruh terhadap hasil panen padi. Selain tanaman padi, jagung juga merupakan pangan yang pokok setelah padi. Jagung merupakan tanaman serealia, jagung dapat tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Tanaman jagung termasuk dalam famili Graminae atau rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung termasuk tanaman berakar serabut, batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung pada varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 10 18 helai, tergantung varietasnya. Diantara varietas jagung, daun mempunyai keragaman dalam panjang, lebar, tebal dan warna. Bunga jagung termasuk bunga tidak sempurna

11 karena bunga jantan dan betina terdapat pada bunga yang berbeda. Biji jagung tersusun rapi pada tongkol,setiap tongkol terdiri dari 10-14 deret, sedangkan dalam satu tongkol terdapat kurang lebih 200 400 biji. Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 23 0 C 30 0 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. ph tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata) merupakan tanaman semusim yang termasuk kedalam jenis tanaman Leguminosae yang mengandung sumber protein, vitamin, dan mineral yang penting untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kandungan protein kacang hijau cukup tinggi yaitu sekitar 24% kacang hijau banyak disukai sebagai makanan diet karena daya cernanya tinggi dan tidak menyebabkan kembung. Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek. Kacang hijau juga dapat diolah dengan berbagai ragam

12 makanan seperti, untuk makanan bayi, minuman, kue, tepung hunkue, dan tauge. Selain itu, tanaman kacang hijau juga dapat digunakan sebagai pupuk hijau. Menurut Sumarno (1992), ditinjau dari aspek agronomis dan ekonomis, kacang hijau memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan komoditas kacang lainnya seperti: 1. Lebih toleran terhadap kekeringan 2. Lebih sedikit terserang hama dan penyakit 3. Umurnya relatif genjah (genotipe-genotipe unggul yang dikembangkan dewasa ini berumur 55-56 hari) 4. Cara budidayanya mudah dan dapat dikembangkan di lahan yang kurang subur 5. Risiko kegagalan panen secara total relatif kecil 6. Harga jual relatif tinggi dan stabil 7. Dapat dikonsumsi langsung oleh petani dengan cara pengolahan yang mudah 2. Sawah Tadah Hujan Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya tergantung atau berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan - bangunan irigasi permanen. Sawah tadah hujan umumnya terdapat pada wilayah yang posisinya lebih tinggi dari sawah irigasi atau sawah lainnya, sehingga tidak memungkinkan terjangkau oleh pengairan. Sedangkan waktu tanam padi akan sangat tergantung pada datangnya musim hujan.

13 Potensi sawah tadah hujan di Indonesia cukup luas tersebar di propinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan dan NTB. Lahan sawah tadah hujan pasokan airnya hanya tergantung dari curah hujan dan letak tropografi. Varietas unggul yang biasa ditanam pada sawah tadah hujan antara lain Ciherang, Cibogo, Cigeulis, Way Apo Buru, Mengkongga, dan Widas. Hampir semua varietas unggul ini cocok ditanam pada lahan sawah tadah hujan. Penanaman varietas tersebut dengan menerapkan model PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) mempunyai peluang yang baik untuk menunjang peningkatan produksi padi secara nasional. Sawah tadah hujan hanya dikerjakan sekali dalam setahun. Penyemaian berlangsung dalam waktu 40 hari dan waktu tanam sampai panen membutuhkan waktu 4 bulan. Pelaksanaan penanaman padi di sawah tadah hujan dapat dilakukan dengan cara tradisional maupun modern. Pengolahan lahan dengan cara tradisional dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, sabit, garu, dan bajak, sedangkan dengan cara modern dilakukan dengan mesin. 3. Pola tanam dalam usahatani Pola tanam merupakan tata urutan tanaman yang ditanam pada lahan sesuai dengan keadaan lingkungan, curah hujan maupun musim tanam selama setahun. Kegunaan dari pola tanam adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam dan meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan usahatani secara terus menerus.

14 Pola tanam usahatani mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan petani. Saat ini sudah banyak petani yang menerapkan pola tanam campuran pada lahan pertaniannya untuk menanggulangi kerugian akibat dari gagal panen ataupun harga produk yang rendah. Menurut Lakitan (1995) pola tanam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Pola tanam monokultur Pola tanam monokultur adalah pola tanam dengan menanam satu jenis tanaman. Pola tanam monokultur pada umumnya dilakukan dengan tujuan komersil, yakni hanya menanam jenis tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan jenis tanaman yang sistim tataniaganya telah diketahui oleh petani. Dengan menggunakan pola tanam monokultur petani lebih mudah mendapatkan keuntungan, sederhana karena mudah mengelolanya, dan peluang memberikan keuntungan yang maksimal jika jenis tanaman yang dipilih mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan waktu panennya tepat. b. Pola tanam majemuk Pola tanam majemuk adalah pola tanam dengan menanam beberapa jenis tanaman pada lahan produksi yang sama. Pola tanam majemuk terdiri dari :

15 (1) Rotasi tanaman Rotasi tanaman adalah penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama tetapi pada waktu yang berbeda atau secara bergilir. Keuntungan pola tanam ini adalah untuk meningkatkan keanekaragaman bahan pangan dan sumber gizi, serta memutus daur hidup hama dan penyakit tanaman. (2) Tumpang sari Tumpang sari adalah penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama, pada waktu yang sama dan pengaturan jarak tanam yang jelas. Pada pola tanam tumpang sari ditanam dua atau lebih jenis tanaman pada waktu yang bersamaan dengan jarak tanam yang teratur pada lahan yang sama. (3) Campuran Pola tanam campuran merupakan penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama dan pada waktu yang sama tanpa jarak tanam yang jelas atau ditanam secara tidak beraturan. (4) Relay cropping (Tumpang gilir) Tumpang gilir merupakan transisi antara rotasi tanaman dengan tumpang sari. Pada pola tanam ini, berbagai jenis tanaman ditanam pada lahan yang sama tetapi tidak ditanam pada waktu

16 yang bersamaan sebagaimana dalam rotasi tanaman. Tanaman kedua ditanam sebelum tanaman pertama dipanen. Dengan demikian pola tanam ini menekankan efisiensi penggunaan waktu, sehingga dalam setahun beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan. Tohir (1991) mengemukakan aspek dan dampak dari pada penataan pertanaman berganda (multiple cropping), yaitu: 1. Pembagian pencurahan tenaga kerja secara merata sepanjang tahun dan memudahkan dalam pengelolaan lahan untuk pertanaman selanjutnya. 2. Memperkecil resiko kegagalan usaha. 3. Mempertinggi gelombang panen sehingga diperoleh pendapatan yang lebih besar. 4. Mempertinggi produktivitas lahan. 5. Menyediakan bahan-bahan makanan yang beranekaragam sehingga dapat memperbaiki keadaan gizi. 6. Mengurangi peluang untuk terjadinya tanah bero/kosong. 7. Mempertinggi kesuburan tanah. 8. Mencegah timbulnya hama dan penyakit tanaman, tetapi adakalanya mengundang penyakit. 9. Menekan pertumbuhan rumput-rumputan (gulma). Rotasi tanaman merupakan salah satu dasar dalam pertanian yang stabil. Selain itu rotasi tanaman juga merupakan alat untuk mencegah

17 kemunduran dari kesuburan tanah untuk mencapai produksi yang tinggi dan stabil. Pemilihan pergiliran tanaman tergantung dari kesadaran petani dan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan untuk keluarga. Motivasi petani dalam memilih tanaman yang akan ditanam, antara lain adalah (Tohir, 1991) : a) Keadaan lingkungan fisik, yaitu faktor alam (keadaan tanah, iklim, keadaan air). 1) Keadaan tanah Penataan pertanaman harus memperhatikan syarat-syarat keadaan tanah yang diperlukan oleh setiap jenis tanaman yang hendak dipilih petani sebagai tanaman campuran atau tanaman giliran. Jenis tanah dan ph tanah yang dikehendaki oleh tiap jenis tanaman hendaknya diperhatikan. Di tanah yang asam, sifat ph-nya rendah tidak cocok untuk jenis tanaman yang menghendaki tanah netral atau basa dan sebaliknya. Umumnya tanaman menghendaki tanah yang sifatnya netral. 2) Iklim dan perairan Iklim dan air merupakan salah satu faktor teknis-biologis penting bagi pertumbuhan tanaman. Tiap jenis tanaman menghendaki klim dan tata pengairannya sendiri, oleh karena itu penanaman campuran memerlukan pengetahuan khusus tentang jenis-jenis tanaman yang sesifat dalam hal syarat iklim dan tata pengairan.

18 Lahan pertanaman yang mengalami kekurangan air akan menyebabkan aerasi udara dalam tanah menjadi terganggu dan suplai oksigen dalam tanah tidak lancar. Bila ini terjadi maka fungsi dan pertumbuhan akar sebagai bagian tanaman yang paling penting akan berhenti. Akibatnya pertumbuhan seluruh bagian tanaman akan berhenti, sehingga perkembangannya menjadi tertunda, mutu dan produksi akan merosot, serta akar tanaman rentan terhadap serangan penyakit dropping off yang akan membawa kematian bagi tanaman dalam waktu yang singkat. Sebaliknya jika lahan pertanaman mengalami kelebihan air, maka tanah akan menjadi sangat lembab dan becek. Akibatnya juga akan terjadi kematian tanaman dalam waktu yang singkat seperti halnya bila kekurangan air. Oleh karena itu kandungan air dalam tanah harus diperhatikan dengan mempertimbangkan lokasi penanamannya, apakah dilahan sawah atau tegal. b) Kondisi budaya (tradisi petani) Faktor kebiasaan atau tradisi petani merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam menanam. Faktor kebiasaan memiliki pengaruh yang besar atas perilaku petani dalam usahataninya.

19 c) Kondisi sosial ekonomis (modal, kepemilikan lahan, keadaan pasar, dan pendapatan petani) Semakin besar modal dan kepemilikan lahan petani, maka kemungkinan untuk penataan jenis tanaman yang diharapkan menghasilkan pendapatan yang tinggi juga akan besar. Permintaan pasar yang tinggi terhadap hasil produksi pertanian juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam menentukan jenis tanaman. Apabila permintaan pasar terhadap hasil produksi pertanian tinggi, maka petani akan menanamnya. d) Pemenuhan kebutuhan pangan keluarga Dengan mengatur pola tanam, maka akan memberikan keuntungan kepada petani. Dengan memanfaatkan pola tanam yang optimal. Petani dapat mencukupi persediaan pangan keluarga. e) Keadaan saprodi Ketersediaan pupuk, benih, pestisida, traktor dan pompa air mampu memotivasi petani untuk m enanam tanaman (Tohir, 1991). 4. Teori Usahatani Menurut Hernanto (1994), usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk usaha produksi dilapangan pertanian. Sedangkan menurut Mubyarto (1989) usahatani merupakan suatu tempat dimana seorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola

20 unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen yang ditujukan untuk memperoleh produksi di bidang pertanian. Petani dalam usahatani bertindak sebagai pekerja dan penanam modal. Selanjutnya Mubyarto (1989) menyatakan bahwa Keberhasilan usahatani tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Faktor-faktor produksi ini akan menentukan besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi merupakan benda atau jasa yang disediakan oleh alam dan dihasilkan oleh manusia serta digunakan untuk menghasilkan berbagai macam barang dan jasa. Faktor-faktor produksi yang umum digunakan dalam bidang pertanian antara lain: luas lahan, benih, pestisida, pupuk, tenaga kerja dan manajemen. Sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi yaitu curah hujan, ketinggian tempat, topografi, kesuburan lahan, penggunaan lahan, dan kemasaman tanah (Soekartawi, 1990). Lahan usahatani adalah lahan yang digunakan untuk melakukan usaha pertanian di mana petani melakukan kegiatan usahataninya di tempat itu. Lahan merupakan faktor yang penting dalam usahatani karena merupakan pabrik dari hasil pertanian, yaitu tempat proses produksi akan berlangsung. Luas lahan pertanian menunjukkan skala usaha, yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian (Mubyarto, 1995).

21 Selanjutnya menurut Mubyarto (1994), tenaga kerja dalam usahatani adalah faktor produksi utama. Petani dalam mengusahakan lahannya dituntut sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai manejer usahataninya karena mereka yang merencanakan, mengorganisasikan, dan mengatur selama berjalannya proses produksi. Pengaturan jumlah tenaga kerja harus optimal agar dapat menghasilkan produksi sesuai dengan yang diinginkan. 5. Teori pendapatan usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Dengan pendapatan yang tinggi akan merangsang petani untuk lebih giat lagi mengusahakan usahataninya agar mendapatkan produksi yang optimal. Menurut Soekartawi (1993), terdapat dua pengertian tentang pendapatan usahatani. Pertama, pendapatan kotor yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh dalam usahataninya selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau hasil produksi yang dinilai berdasarkan harga per satuan berat. Kedua, pendapatan bersih yaitu penerimaan kotor yang telah dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi atau biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, dan biaya variabel adalah biaya produksi yang besarnya tergantung pada jumlah produksi.

22 Selain itu terdapat biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk proses produksi, dan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam menjalankan usahataninya namun tidak dikeluarkan secara tunai. Pendapatan bersih atau keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga, sedangkan biaya merupakan hasil perkalian antara jumlah faktor produksi dengan harga faktor produksi. Secara matematis besarnya keuntungan dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990): π = TR TC Y. py n i 1 Xi. Pxi BTT Keterangan : π Py Y Pxi Xi i BTT TR TC = Keuntungan = harga hasil produksi (Rp) = jumlah produksi (kg) = harga faktor-faktor produksi ke-i (Rp) = faktor-faktor produksi (luas lahan, tenaga kerja, modal, dll) = macam faktor produksi i= 1,2,3,dst =Total biaya tetap (Rp) = jumlah penerimaan (Rp) = jumlah biaya (Rp) Menurut Soekartawi (1990) dalam Yulianti L (2004), ada beberapa cara pengujian keberhasilan suatu cabang usahatani yang sering dilakukan yaitu : 1) Analisis biaya persatuan hasil

23 2) Analisis imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio 3) Analisis pendapatan atau keuntungan cabang usaha, dan 4) Analisis imbangan tambahan manfaat dan biaya atau B/C ratio. Tingkat pendapatan usahatani ditentukan dengan harga jual. Imbangan penerimaan dan biaya merupakan tingkat efisiensi ekonomi yang menunjukkan adanya daya saing dari produk yang dihasilkan. Nilai nisbah penerimaan dan biaya dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1994): R/C = PT/BT Keterangan: R/C PT BT = Nisbah antara penerimaan dengan biaya = Penerimaan total = Biaya total yang dikeluarkan Kriteria penilaiannya adalah: a) Jika R/C > 1, maka usahatani tersebut menguntungkan karena penerimaan lebih besar dari pada biaya total yang dikeluarkan. b) Jika R/C = 1, maka usahatani tersebut berada pada titik impas (break even point), yaitu keadaan dimana penerimaan sama dengan biaya total yang dikeluarkan. c) Jika R/C < 1, maka usahatani tersebut tidak menguntungkan (rugi) karena penerimaan lebih kecil dari pada biaya total yang dikeluarkan. Keberhasilan usahatani dapat diketahui dari besarnya pendapatan yang diterima petani. Pendapatan petani merupakan bagian dari penerimaan kotor yang dianggap sebagai bunga dari seluruh modal yang digunakan

24 dalam usahatani. Pendapatan petani (keuntungan) merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. 6. Hasil Penelitian terdahulu Hasil penelitian Andriyani (2005) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usahatani berdasarkan pola tanam padi dan palawija di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah adalah luas lahan sawah yang berpengaruh nyata secara positif terhadap keuntungan dan harga urea yang berpengaruh nyata secara negarif terhadap keuntungan. Selain itu, pola tanam yang dapat memberikan keuntungan tertinggi adalah pola tanam padi-jagung dibandingkan pola tanam padi-padi, pola tanam padi- kacang tanah dan pola tanam padikacang hijau. Penelitian Adung (2006) yang berjudul Analisis Perbandingan Pendapatan dan Serapan Tenaga Kerja Antar Pola Tanam Di Rawa Sragi Kecamatan Candipuro Kabupaten Lampung Selatan menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan pada masing-masing pola tanam yaitu padi-padi, padi-jagung dan padi- cabai dengan tingkat kepercayaan 95%. Selain itu faktor-faktor yang memotivasi petani dalam memilih pola tanam adalah untuk memperoleh pendapatan yang tinggi, keadaan iklim, ketersediaan air, harga hasil pertanian, dan ketersediaan sarana produksi. Penelitian Gantini (2006) mengenai Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Memilih Pola Usahatani Dalam Rangka

25 Pemenuhan Kebutuhan Pangan Pada Hutan Kemasyarakatan Di Lampung Barat, menyimpulkan bahwa terdapat berbagai pola usahatani dan jenis tanaman yang diusahakan oleh petani berdasarkan perbedaan etnik Sunda dan non Sunda. Petani etnis Sunda memilih 11 pola usahatani di ruang lingkup sumber pemenuhan kebutuhan pangan dan petani etnis non Sunda memilih 7 pola usahatani dari 12 pola usahatani secara keseluruhan. Jenis tanaman yang diusahakan petani etnis Sunda cenderung ke tanaman pangan, hortikultura, dan usaha perikanan. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap keputusan petani dalam memilih pola usahatani pada hutan kemasyarakatan di Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat adalah luas lahan HKm, pendidikan petani, dan etnis. Penelitian Ibramsyah (2005) yang menganalisis pendapatan pola usahatani padi di Kebupaten Musi Waras, dengan cara tumpangsari yang digunakan petani adalah padi-ikan-padi dan padi kedelai-padi. Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa usahatani dengan pola diversivikasi padi-ikan-padi relative lebih tinggi dibandingkan pola usahatani padi-kedelai-padi. Meskipun tingkat penerimaannya lebih tinggi, akan tetapi tingkat biaya produksi pada pola usahatni padi-kedelai-padi. B. Kerangka Pemikiran Dalam rangka meningkatkan produksi pangan, pemerintah mengupayakan usaha penganekaragaman konsumsi pangan. Usaha ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan petani dan menyerap tenaga kerja.

26 Dengan penganekaragaman ini, secara langsung dapat menghindarkan ketergantungan petani pada tanaman sejenis. Usaha pertanian di Rejo Mulyo Kecamatan Jati Agung meliputi pertanian sawah, perladangan dan perkebunan, pertanian sawah diantaranya yaitu sawah tadah hujan. Pada sawah tadah hujan, biasanya petani menggunakan pola tanam yang disebut dengan rotasi tanam. Pada penelitian ini pola tanam yang dianalisis terdiri dari dua pola tanam yaitu pola tanam padi-padi dan pola tanam padi-jagung. Dalam mengusahakan kegiatan usahatani, petani sangat bergantung oleh adanya ketersediaan faktor produksi, antara lain luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk dan pestisida. Setiap jenis produksi tanaman yang berlainan dalam suatu usahatani harus diperhatikan ada atau tidaknya suatu keterkaitan pada tiap tanaman yang di tanam. Karena tiap tanaman memiliki jumlah pendapatan yang berbeda dan waktu musim tanam yang berbeda pula. Di Jati Agung pola tanam yang di pakai antara lain tumpang sari dan rotasi tanaman. Tetapi pola tanam tumpang sari saat ini jarang di lakukan oleh petani di desa Rejo Mulyo Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini disebabkan pola tanam dengan cara ini kurang menguntungkan bagi petani di Desa Rejo Mulyo. Oleh karena itu, petani di Desa Rejo Mulyo menggunakan pola tanam yang biasa di sebut dengan rotasi tanaman. Keuntungan dari pola tanam ini yaitu, meningkatkan keanekaragaman bahan pangan, dapat memutus daur hidup hama dan penyakit tumbuhan serta meningkatkan pendapatan petani.

27 Tujuan mengatur pola tanam dalam kegiatan usahatani dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan besarnya pendapatan pada pola tanam padi-jagung dan padi-kacang hijau serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan bersih usahatani pada pola tanam padi-jagung dan padi-kacang hijau. Produksi atau output yang dihasilkan dalam proses usahatani dikalikan dengan harganya merupakan penerimaan yang dapat diperoleh petani. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran disebut sebagai keuntungan usahatani. Apabila selisih antara penerimaan dan pengeluaran bernilai positif berarti usahatani yang dilakukan menguntungkan, dan sebaliknya jika bernilai negatif maka usahatani yang dilakukan merugikan. Selain itu, setiap cabang usahatani memiliki kegiatan yang berbeda sehingga biaya yang dikeluarkan juga berbeda. Dari hasil pendapatan pada masing-masing pola tanam, yaitu pola tanam padijagung dan padi-kacang hijau dapat dilakukan analisis perbandingan dengan menggunakan perbandingan pendapatan usatahani dengan menggunakan rumus R/C untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapatan pada masing-masing pola tanam. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran analisis perbandingan pendapatan antar pola tanam pada lahan sawah tadah hujan di desa Rejo Mulyo kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Gambar 1.

28 Petani : Rejo Mulyo Kecamatan Jati Agung POLA TANAM 1. Padi-jagung 2. Padi-kacang hijau INPUT Proses Produksi Produksi/Output Harga Harga Biaya Produksi Penerimaan Pendapatan Pendapatan Pola Tanam Padijagung Pendapatan Pola Tanam Padi-kacang hijau R/C Gambar 1. Kerangka pemikiran Analisis Perbandingan Pendapatan Antar Pola Tanam Pada Lahan Sawah Tadah Hujan Di Desa Rejo Mulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

29 C. Hipotesis 1. Diduga pola tanam di Desa Rejo Mulyo yang memiliki pendapatan tertinggi adalah pola tanam padi-jagung. 2. Diduga terdapat perbedaan pendapatan antar rotasi tanam di desa Rejo Mulyo.