BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

dokumen-dokumen yang mirip
penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi serta percepatan pembangunan wilayah Kepulauan Mentawai, percepatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

BENCANA ALAM GEMPA DAN TSUNAMI KEPULAUAN MENTAWAI PROVINSI SUMATERA BARAT 25 OKTOBER 2010

ANALISIS POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai lahan di Kota Padang menarik untuk dikaji. Beberapa hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

13 Tahun Tsunami Aceh Untuk Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Masyarakat Sumatera Barat akan Ancaman Bencana Gempabumi dan Tsunami

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

Sekapur Sirih. Penutup

BAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENGANTAR. segenap potensi yang dimiliki daerah untuk membangun dan memajukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

PENDAHULUAN Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Insidensial. Bencana Alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

BAB I PENDAHULUAN. Samudera Hindia. Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

4. Kecamatan Sipora Selatan dengan luas wilayah 268,47 km 2 (4,47%) dan. 5. Kecamatan Sipora Utara dengan luas wilayah 383,08 km 2 (6,37%) dan

Untuk peningkatan taraf hidup masyarakat wilayah pesisir, maka harus dilakukan pembangunan. Namun, pembangunan tersebut harus juga

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

I. Permasalahan yang Dihadapi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

BAB I PENDAHULUAN. Boyolali disebelah utara, Kabupaten Sukoharjo disebelah timur, Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) disebelah selatan, dan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan berkualitas. Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka menengah Kabupaten Kepulauan Mentawai ditetapkan lima misi yang akan dilaksanakan, yaitu: mewujudkan kehidupan yang harmonis dan berbasiskan sosial budaya, mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih serta professional, mewujudkan SDM yang cerdas, sehat dan berkualitas, mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berdaya saing, bercirikan wilayah kepulauan yang berbasis kerakyatan, mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan. Strategi yang diperlukan untuk mencapai visi dan mewujudkan misi adalah sebagai berikut. 1. Pemerataan pembangunan sosial ekonomi dan infrastruktur. Pemerataan pembangunan sosial ekonomi dan infrastruktur merupakan salah satu upaya dalam mengurangi ketimpangan pembangunan sosial ekonomi dan infrastruktur di Kepulauan Mentawai. Pembangunan sosial ekonomi dan infrastruktur yang selama ini baru terkonsentrasi di kawasan ibukota-ibukota kecamatan perlu diperluas menjangkau daerah-daerah pedalaman. Pengembangan infrastruktur ke daerah pedalaman diharapkan membuat sebuah linkage antara pusat-pusat kegiatan dengan daerah 1

belakangnya. Terwujudnya keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai diharapkan dapat memacu pertumbuhan di sektor sosial dan ekonomi. Pembangunan sosial dan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai belum merata sejalan dengan masih terbatasnya fasiltas publik yang disediakan pemerintah. Sebagai contoh, Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2. Pengembangan kawasan sebagai pusat pertumbuhan pembangunan. Pengembangan kawasan menjadi strategi pilihan dalam membangun Kabupaten Kepulauan Mentawai 5 tahun yang akan datang karena potensi alam, ekonomi, dan sosial budaya yang dimiliki daerah serta masyarakat Mentawai memerlukan pengintegrasian antarsektor agar dapat mencapai tujuannya. 3. Revitalisasi fungsi dan peran institusi pemerintah. Sebagai daerah yang baru dimekarkan, Kabupaten Kepulauan Mentawai juga berhadapan dengan masalah dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Hal ini jelas berdampak pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Pengembangan sosial budaya. Kondisi saat ini di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah bahwa belum terlalu kuatnya kemampuan mengaktualisasikan nilai-nilai budaya masyarakat Kepulauan Mentawai dalam rangka menangkal akibat negatif budaya modern. 5. Pemanfaatan ruang berbasis ekosistem. Mentawai dengan pulau-pulau yang merupakan pulau sedimentasi yang berusia relatif muda rawan terhadap erosi, 2

telah ditetapkan pengelompokan kawasan menjadi kawasan lindung dan kawasan budi daya perlu menjadi pertimbangan utama untuk melakukan kegiatan pembangunan. Potensi kekayaan alam yang terdapat di dalam dan sekitar kawasan lindung perlu diinventarisir secara seksama dan dipelajari pola pengusahaan yang menjamin pemanfaatan berkelanjutan. Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak diantara 0 o 55 00 3 o 21 00 Lintang Selatan dan 98 o 35 00 100 o 32 00 Bujur Timur dengan luas wilayah sebesar 6.011,35 Km 2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis, daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Provinsi Sumatera Barat oleh laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai, serta sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulau-pulau kecil sebanyak 98 buah. Keempat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau. Secara geografis dan administratif, Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10 kecamatan, 43 desa dan 341 dusun. Tabel 1.1 menunjukkan kesepuluh kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 3

4 Tabel 1.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2013 Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Jumlah Jumlah Kecamatan Ibu Kota No. Km 2 % Org % Jiwa/Km 2 Desa Dusun 1. Malakopak 901,08 15,0 9106 11,1 10,1 4 49 2. Sikakap Sikakap 278,5 4,6 9544 11,7 34,3 3 44 3. Pagai Utara Saumanganya 342,0 5,7 5452 6,7 15,9 3 30 4. Sipora Selatan Sioban 268,5 4,5 8653 10,6 32,2 7 43 5. Sipora Utara Sido Makmur 383,1 6,4 11579 14,2 30,2 6 29 6. Siberut Selatan Muara Siberut 508,3 8,5 9296 11,4 18,3 5 34 7. Siberut Pasakiat Tailelu 649,1 10,8 6368 7,8 9,8 3 25 8. Siberut Tengah Saibi Samukop 739,9 12,3 6423 7,9 8,7 3 32 9. Siberut Utara Muara Sikabaluan 816,1 13,6 8507 10,4 10,4 6 26 10. Seberut Barat Suimatalu 1.124,9 18,7 6912 8,5 6,1 3 29 Jumlah /Total 6.011,4 100 81.840 100 13,6 43 341 Sumber: BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka, 2013 4

Secara topografi, permukaan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, rata-rata ketinggian daerah seluruh ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter. Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak tempuh ke Kota Padang sepanjang 153 km. Untuk mencapai ibukota Provinsi Sumatera Barat ini harus ditempuh melalui jalan laut. Begitu pula halnya transportasi dari masing-masing ibukota kecamatan ke kota Padang ataupun ke ibu kota kabupaten juga harus ditempuh melalui jalur laut. Kabupaten Kepulauan Mentawai dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 tahun 1999 dan dinamai menurut nama asli geografisnya. Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010 Gambar 1.1 Peta Kabupaten Kepulauan Mentawai 5

Tabel 1.2 Data Korban Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Mentawai, 2010 No. Kecamatan Meninggal Luka-Luka Hilang Pengungsi (jiwa) 1 Sipora Selatan 23 1.248 2 184 3 5.495 3 Pagai Utara 292 5 18 2.129 4 Sikakap 10 2.553 Total 509 5 21 11.425 Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010 Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010 Gambar 1.2 Lokasi Kejadian Gempa Bumi di Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat Gempa yang terjadi melemahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi, pendapatan, pendidikan dan aspek kehidupan lain. Sebelum terjadinya bencana, masyarakat Dusun Purourogat bekerja sebagai petani dan 6

nelayan. Kehidupan masyarakat kebanyakan memanfaatkan SDA yang ada di sekitar masyarakat, sehingga mereka memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dengan alam sekitarnya. Sebelum gempa dan tsunami, sehari-hari masyarakat mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani, yaitu petani kelapa (kopra), pisang, keladi, cengkeh, dan coklat. Selain itu, di Dusun Purourogat juga telah tersedia beberapa sarana infrastruktur bagi masyarakatnya. Fasilitas pendidikan masih tergolong minim, hanya tersedia pendidikan tingkat dasar bagi masyarakat, sehingga untuk memperoleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat Purourogat harus ke daerah lain di luar dusun tersebut. Tabel 1.3 menunjukkan statistik gempa bumi Kabupaten Kepulauan Mentawai Periode Oktober-Desember 2010 (BMKG, 2010). 7

Tabel 1.3 Statistik Gempa Bumi Kabupaten Kepulauan Mentawai, Oktober-Desember 2010 No Tanggal Waktu Lokasi Kedalaman Magnitude (SR) Keterangan 1 25/10/2010 21:42:20 3.61 o LS - 99.93 o 10 Km 7.2 SR 2 25/10/2010 22:21:09 3.55 o LS - 99.70 o 22 Km 5.5 SR 3 25/10/2010 22:31:09 3.32 o LS - 99.96 o 34 Km 5.0 SR 4 25/10/2010 22:55:56 3.55 o LS - 99.61 o 39 Km 5.0 SR 5 26/10/2010 02:37:29 3.16 o LS - 100.07 o 30 Km 6.2 SR 6 26/10/2010 02:57:57 3.16 o LS - 100.23 o 22 Km 5.0 SR 7 26/10/2010 03:22:08 3.72 o LS - 99.50 o 10 Km 5.1 SR 8 26/10/2010 05:10:02 2.87 o LS - 99.92 o 20 Km 5.1 SR 9 26/10/2010 05:59:53 3.43 o LS - 100.20 o 39 Km 6.0 SR 10 26/10/2010 06:12:57 3.42 o LS - 99.39 o 15 Km 5.0 SR 11 26/10/2010 10:28:33 3.26 o LS - 100.26 o 19 Km 5.1 SR 12 26/10/2010 17:51:23 3.70 o LS - 99.78 o 10 Km 5.6 SR 13 26/10/2010 18:33:19 2.59 o LS - 99.65 o 13 Km 5.4SR 14 27/10/2010 02:40:38 3.74 o LS - 99.62 o 29 Km 5.2 SR 15 27/10/2010 06:09:41 3.88 o LS - 99.31 o 10 Km 5.2 SR 16 27/10/2010 06:45:37 2.51 o LS - 99.62 o 30 Km 5.5 SR 17 27/10/2010 07:03:57 3.74 o LS - 99.32 o 15 Km 5.5 SR 18 27/10/2010 07:17:25 3.69 o LS - 99.30 o 23 km 5.1 SR 19 27/10/2010 11:33:24 3.45 o LS - 99.93 o 42 Km 5.1 SR 20 27/10/2010 22:09:38 3.71 o LS - 99.34 o 10 Km 5.2 SR 21 30/10/2010 01:05:25 3.45 o LS - 99.42 o 27 Km 5.1SR 22 30/10/2010 07:55:30 3.77 o LS - 99.15 o 11 Km 5.0 SR 23 31/10/2010 19:23:39 3.59 o LS - 99.74 o 40 Km 5.0 SR 24 7/11/2010 21:19:47 3.74 o LS - 99.37 o 10 Km 5.1 SR 25 8/11/2010 21:16:20 3.85 o LS - 00.39 o 36 Km 5.1 SR 8

Selain itu, kondisi pemukiman masyarakat belum terpola dengan baik, serta bangunannya umumnya masih bersifat semi permanen. Gempa dan tsunami telah membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Mentawai yang mencakup semua aspek kehidupan seperti yang disebutkan di atas. Hal ini tentunya menjadi sesuatu hal yang perlu untuk diteliti dengan tujuan agar dapat melihat perubahan sosial ekonomi masyarakat Mentawai pascagempa dan tsunami. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis relokasi hunian tetap terhadap pendapatan masyarakat telah banyak dilakukan sebelumnya, antara lain sebagai berikut. Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Lokasi Alat Analisis Adaptasi Pengungsi Kabupaten 1. 2. Wahyuningsih (2006) Pha (2007) Bangkalan terhadap Permukiman Baru dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Strategi Adaptasi yang dilakukan oleh penghuni di Barak Pengungsi Lhoong Raya, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh. Kabupaten Bangkalan Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh Deskriptif- Kualitatif melalui proses eksploratif Induktif kualitatif Hasil Penelitian Diketahuinya adaptasi pengungsi terhadap permukiman baru dan faktor-faktor yang memengaruhinya adalah lingkungan, lahan pekerjaan, fasilitas umum. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh penghuni di Barak Pengungsi Lhoong Raya, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh adalah dengan bertahan atau pindah dari barak. 9

3. 4. 5. Algazali (2007) Syafrudin (2011) Ageng S dan Wicaksono (2012) Tabel 1.4 Lanjutan Adaptasi dan Penyesuaian (adjustmen) di Lingkungan Permukiman Baru Kota Palu Masyarakat Pesisir Pantai Talise. PolaKerusakan Permukiman, Perubahan Kondisi Permukiman, dan Hubungan antara Pola Kerusakan Permukiman dengan Pola. Relokasi dan Sosialisasi dengan Pendekatan Massal oleh Pemerintah Yogyakarta. Kecamatan Cangkringan Cangkringan Yogyakarta Deduktif- Kualitatif Deduktif kualitatif dengan pemetaan tematik dan overlay peta Mix method Masyarakat pesisir Pantai Talise telah dapat melakukan adaptasi dan penyesuaian di lingkungan permukiman baru. Diketahuinya pola kerusakan permukiman, perubahan kondisi permukiman, dan diketahuinya hubungan antara pola kerusakan permukiman dengan pola. Diketahuinya relokasi yang disampaikan oleh pemerintah dalam sosialisasi dengan pendekatan massal tidak efektif mendorong pengungsi untuk menerima gagasan tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada obyek penelitian, periode waktu, jumlah sampel, dan alat analisis yang dipakai. Dengan demikian penelitian ini mengkaji tentang analisis pengaruh relokasi hunian tetap terhadap pendapatan masyarakat. Penelitian ini mempunyai tujuan yang berbeda. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik uji beda rata-rata (uji-t) Paired Sample t Test, sampel berpasangan 10

atas data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Dengan teknik ini diharapkan, dapat diketahui apakah ada pengaruh relokasi terhadap pendapatan masyarakat atau tidak, dan dapat diketahui model kebijakan relokasi seperti yang biasa memberikan pengaruh kesejahteraan berupa pendapatan yang lebih tinggi terhadap masyarakat. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: relokasi masyarakat korban bencana tsunami telah terjadi pada tahun 2011 dan telah menimbulkan perubahaan sosial serta ekonomi masyarakat di Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai. 1.4. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai ditinjau dari pekerjaan (mata pencaharian) dan pendapatan sebelum dan sesudah penempatan relokasi? 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat pendapatan masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai sebelum dan sesudah penempatan relokasi? 11

1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai ditinjau dari pekerjaan (mata pencaharian) dan pendapatan sebelum dan sesudah penempatan relokasi. 2. Menganalisis perbedaan tingkat pendapatan masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai sebelum dan sesudah penempatan relokasi. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pemerintahan Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2. Secara akademis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan berharga atau referensi bagi mahasiswa dan pengembangan akademis. 1.7 Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang akan dilakukan di Desa Malakopak, Dusun Purouruogat Kecamatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Peneliti akan menganalisis pengaruh relokasi hunian tetap terhadap pendapatan masyarakat korban bencana Tsunami di Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai. 12

1.8 Sitematika Penulisan Penulisan tesis ini disajikan secara garis besar yang disusun menjadi 5 (lima) bab. Dengan sistematika sebagai berikut. Bab 1. Pendahuluan yang memuat latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2. Tinjauan Pustaka yang memuat landasan teori, kajian penelitian terdahulu, hipotesis, dan model penelitian. Bab 3. Metode Penelitian, menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, metode sampling, definisi operasional, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Bab 4. Analisis Data dan Pembahasan, menguraikan tentang deskripsi data, uji hipotesis, dan membahasan. Bab 5. Simpulan dan Saran, memuat simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran. 13