BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA RESMI STATISTIK

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

PENEMPATAN TENAGA KERJA

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH


GUBERNUR JAWA TENGAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh dan berkembang secara cepat. Pertumbuhan sektor industri akan mampu memberikan lapangan kerja, menyediakan kebutuhan barang dan jasa serta memberikan kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada era globalisasi seperti saat ini, industri harus mampu berkompetisi dengan industri lain bahkan dengan industri negara lain. Pengembangan industri di daerah harus memfokuskan pada sektor-sektor yang menjadi andalan dan yang memiliki kemampuan daya saing (competitive advantage). Sektor industri yang menjadi andalan diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap pergerakan pertumbuhan ekonomi daerah. Sektor industri terutama industri besar sedang (IBS) sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Pengaruh kebijakan industrialisasi yang mendorong industri telah menempatkan industri menjadi sektor utama dalam struktur ekonomi Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi sektor industri dalam ekonomi wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 mencapai 32,83%, meningkat 0,32% dibandingkan tahun 2009. Peningkatan ini mampu mengubah struktur ekonomi wilayah Provinsi Jawa Tengah dari agraris menjadi industri dan jasa (tabel 1.1).

2 Tabel 1.1. Struktur Ekonomi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan (%) Tahun 2001-2010 Sektor Ekonomi 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pertanian 20,3 22,53 22,32 21,07 20,92 20,57 20,43 19,96 19,30 18,69 Pertambangan dan Penggalian 1,50 1,00 1,00 0,98 1,02 1,11 1,12 1,10 1,11 1,12 Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih 30,3 31,85 31,59 32,40 32,23 31,98 31,97 31,68 32,51 32,83 1,2 0,79 0,82 0,78 0,82 0,83 0,84 0,84 0,84 0,86 Bangunan 4,0 4,97 5,09 5,49 5,57 5,61 5,69 5,75 5,83 5,89 Perdagangan 23,9 21,37 21,03 20,87 21,01 21,11 21,30 21,23 21,38 21,42 Pengangkutan dan Komunikasi 5,2 4,77 5,34 4,79 4,89 5,06 4,90 5,16 5,20 5,24 Keuangan 3,8 3,68 3,58 3,55 3,54 3,58 3,62 3,71 3,79 3,76 Jasa-Jasa 9,7 9,03 9,23 10,06 10,01 10,25 10,36 10,57 10,03 10,18 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: Jawa Tengah dalam Angka, data diolah Distribusi IBS di Jawa Tengah tidak merata secara geografis atau terkonsentrasi hanya terjadi di wilayah tertentu bila dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai tambah. Gambaran tentang pola IBS kabupaten/ kota dapat dilihat dengan menggunakan analisis tipologi daerah. Analisis ini dilakukan dengan mengklasifikasikan kabupaten/ kota menjadi empat kuadran/ kategori yang mampu memetakan posisi kabupaten/ kota yang satu dibandingkan dengan kabupaten/ kota yang lain dengan menggunakan variabel jumlah tenaga kerja dan nilai tambah yang dihasilkan.

3 Tabel 1.2. Tipologi Daerah Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Tambah IBS Jawa Tengah, Tahun 2001-2010 Kuadran II Kuadran I 2001 2010 2001 2010 Cilacap Kendal Cilacap Sragen Kota Surakarta Banyumas Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Klaten Wonogiri Grobongan Blora Rembang Temanggung Batang Pemalang Tegal Brebes Purbalingga Kota Magelang Kota Salatiga Kota Pekalongan Kota Tegal Kudus Semarang Kota Semarang Sukoharjo Karanganyar Kendal Kudus Semarang Kota Semarang Sukoharjo Jepara Kuadran IV Kuadran III 2001 2010 2001 2010 Banyumas Jepara Purbalingga Banjarnegara Pekalongan Pekalongan Kebumen Boyolali Pati Purwerejo Demak Wonosobo Pati Magelang Boyolali Klaten Wonogiri Karanganyar Sragen Grobongan Blora Rembang Demak Temanggung Batang Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Pekalongan Kota Tegal Sumber: Jawa Tengah dalam Angka, data diolah.

4 Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2001, kabupaten/ kota yang masuk dalam kuadran I atau teridentifikasi sebagai wilayah konsentrasi IBS yaitu Kabupaten Kudus, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Kendal. Kabupaten Cilacap, Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen berada dalam kuadran II atau teridentifikasi sebagai wilayah konsentrasi IBS berdasarkan nilai tambah. Kabupaten/ kota yang masuk dalam kuadran III atau teridentifikasi sebagai wilayah konsentrasi IBS berdasarkan ukuran jumlah tenaga kerja yaitu Kabupaten Jepara, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati. Sedangkan kabupaten/ kota yang lain masuk ke dalam kuadran IV atau teridentifikasi bukan sebagai wilayah konsentrasi IBS baik berdasarkan ukuran jumlah tenaga kerja dan nilai tambah. Gambar 1.1. Peta Sebaran Geografis IBS di Jawa Tengah Tahun 2001

5 Perubahan posisi wilayah konsentrasi IBS pada kabupaten/ kota terjadi pada tahun 2010, dimana Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Kendal tidak lagi masuk ke dalam kuadran I namun Kabupaten Jepara masuk ke dalam kuadran I. Pergeseran posisi juga terjadi pada kuadran II yaitu pergeseran Kabupaten Kendal dari kuadran I menjadi kuadran II. atau dari kuadran konsentrasi IBS berdasarkan tenaga kerja menjadi kuadran konsentrasi IBS. Pada kuadran III juga mengalami perubahan, dimana Kabupaten Boyolali, Kabupaten Demak berubah ke kuadran IV, namun Kabupaten Purbalingga masuk ke dalam kuadran III. Perubahan posisi kabupaten/ kota yang menjadi daerah konsentrasi IBS dapat dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2. Gambar 1.2. Peta Sebaran Geografis IBS di Jawa Tengah Tahun 2010

6 Perubahan posisi kabupaten/ kota yang digambarkan dengan naik turunnya jumlah tenaga kerja yang terserap maupun nilai tambah yang dihasilkan menggambarkan bagaimana IBS selama periode tahun 2001 sampai 2010. Perubahan posisi kabupaten/ kota tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti bahan baku, tenaga kerja terampil, energi, upah tenaga kerja, investasi maupun kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Identifikasi IBS di Jawa Tengah yang cukup potensial dikembangkan, dimaksudkan untuk mencari wilayah pusat pertumbuhan industri. Terkonsentrasi lokasi industri di suatu wilayah dapat mempercepat pertumbuhan industri dalam wilayah tersebut. Industri cenderung mengelompok di daerah-daerah dimana potensi dan kemampuan daerahnya dapat menopang kebutuhan masyarakatnya. Pengelompokan industri ini dapat memberikan manfaat akibat lokasi industri yang saling berdekatan. Pengembangan IBS didasarkan pada suatu pemikiran bahwa percepatan pembangunan IBS akan terjadi bila mampu menarik investasi (investasi dalam negeri dan luar negeri). Penelitian ini akan difokuskan pada kabupaten/ kota yang merupakan daerah konsentrasi IBS. Kabupaten/ kota yang akan dianalisis yaitu Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap. Kegiatan ekonomi Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap memberikan sumbangan sekitar 21,50% terhadap pembentukan PDRB Jawa Tengah sementara luas kedua wilayah tersebut hanya 8,07%. Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor industri di kedua wilayah tersebut mencapai 20,33%. Kedua wilayah ini juga mempunyai fasilitas sarana penunjang industri yang sangat lengkap seperti bandar udara dan pelabuhan.

7 1.2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan penjabaran latar belakang maka beberapa permasalahan yang yang diambil sebagai fokus penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah ada perbandingan di wilayah konsentrasi IBS yang berdasarkan tenaga kerja dan nilai tambah dengan wilayah konsentrasi IBS yang berdasarkan tenaga kerja atau nilai tambah? 2. Faktor-faktor apakah yang perbedaan IBS? 1.3. Tujuan Penelitian Terkait pertanyaan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Membandingkan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang perbedaan IBS Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap. 1.4. Lingkup dan Batasan Penulisan Mengingat keterbatasan data industri yang tersedia sampai pada tingkat kecamatan, maka penelitian ini dilakukan hanya pada tingkat kabupaten/ kota. Tingkat IBS diukur pada kabupaten/ kota yang menjadi daerah konsentrasi IBS. Kabupaten/ kota yang menjadi daerah konsentrasi IBS tersebut disebut kluster atau setidaknya potensial kluster. Penelitian ini hanya dibatasi

8 dengan menggambarkan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun (2001-2010). 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan akan dapat berguna sebagai bahan acuan, wawasan dan pembanding bagi penelitian atau studi yang sama pada waktu dan lokasi yang lain. 2. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkaitan erat dengan perencanaan dalam pengembangan IBS dan diharapkan hasil ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan mengenai potensi untuk menarik investasi di sektor industri di masa yang akan datang. 3. Sumbangan referensi bagi kepentingan penelitian lebih lanjut, khususnya pada studi yang terkait dengan industri. 1.6. Keaslian Penelitian Penelitian tentang topik industri telah banyak dilakukan dengan fokus, modus ataupun lokus yang berbeda. Penelitian hasil kajian industri banyak ditemukan baik sebagai hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa MPKD UGM maupun dari Perguruan Tinggi yang lain. Ringkasan selengkapnya seperti pada tabel 1.3.

9 Tabel 1.3. Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Lokasi Fokus 1 Hasvia Kajian faktorfaktor Kab. Klaten, Mengetahui faktor- (2000) penentuan Jawa Tengah faktor yang lokasi industri di Klaten pemilihan lokasi industri 2 Aris Kab. Mengetahui faktorfaktor Martopo (2003) Karanganyar, Jawa Tengah yang 3 Afifuddinsyah (2004) Faktor-faktor yang kawasan peruntukan industri Palur dan Gondangrejo Kab. Karanganyar Faktor-faktor yang industri manufaktur di Kota Dumai Kota Dumai kawasan industri Mengetahui faktorfaktor yang industri manufaktur 4 Arif Brillianto (2013) Faktor-faktor yang tingkat IKM Mebel di Sentra Industri Mebel Kota Pasuruan Kota Pasuruan, Jawa Timur Mengetahui tingkat setiap IKM mebel dan faktor-faktor yang nya serta persepsi masyarakat terhadap action pemerintah dalam mendukung usahanya Perbedaan dengan penelitian-penelitian di atas yaitu penelitian ini berbeda lokasi penelitian, variabel data penelitian, unit analisis dan waktu pengamatan. Fokus penelitian lebih menekankan pada perbedaan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap.

10 1.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari enam bab yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, deskripsi wilayah penelitian, hasil temuan dan pembahasan serta kesimpulan dan rekomendasi. Bab I Pendahuluan Dalam bab ini menyajikan tentang latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, lingkup dan batasan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini memuat tentang konsep IBS serta faktor-faktor yang IBS. Bab ini memuat tentang kajian teori dari berbagai macam literatur baik berupa buku, jurnal, tesis, dan internet. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini berisi pendekatan penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, variabel penelitian dan kerangka pikir penelitian. Bab IV Deskripsi Wilayah Penelitian Bab ini menjelaskan tentang kondisi geografis, tofografi dan iklim, kondisi kependudukan, kondisi perekonomian Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap.

11 Bab V Hasil Temuan dan Pembahasan Di dalam bab ini membahas tentang IBS, faktor-faktor yang perbedaan IBS di Kota Semarang dan Kabupaten Cilacap serta implikasi IBS terhadap wilayah di Jawa Tengah. Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi Bab yang terakhir ini memuat tentang hasil akhir dan penjelasan dari keseluruhan penelitian ini serta rekomendasi tentang studi selanjutnya.