BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

Optimalisasi Pemanfaatan Sungai Polimaan Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Irigasi

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan Air untuk Pengolahan Tanah

ANALISA EFISIENSI DAN OPTIMALISASI POLA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subak adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan tata

Analisis Ketersediaan Air Sungai Talawaan Untuk Kebutuhan Irigasi Di Daerah Irigasi Talawaan Meras Dan Talawaan Atas

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN.

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

IRIGASI DARI MASA KE MASA DALAM KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN. Bahan kuliah minggu I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI SAWAH KABUPATEN KAMPAR

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu

BAB III LANDASAN TEORI

BAB-4 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB-1 PENDAHULUAN 1. Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali lagi ke laut, seperti digambarkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Ilustrasi Siklus Hidrologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengairi sawah,ladang,perkebunan dan lain-lain usaha pertanian.usaha

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI TIM PENGAMPU MATA KULIAH AGROHIDROLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI UJUNG GURAP UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGOLAHAN AIR IRIGASI. Disusun Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN DAERAH IRIGASI SUNGAI BANTIMURUNG

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ANALISIS KEBUTUHAN AIR DAN BANGUNAN KANTONG LUMPUR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air baik di atmosfir, di permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi.siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air laut.uap yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut terkondensasi membentuk awan pada akhirnya dapat menghasilkan presipitasi. Presipitasi jatuh ke bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut untuk sementara tertahan pada tanah di dekat tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan kembali ke atmosfir oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman. Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Di bawah pengaruh gaya gravitasi,baik aliran air permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak ke tempat yang lebih rendah yang dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfir oleh penguapan (evaporasi) dan pemulihan (transpirasi) sebelum sampai ke laut (Linsley dkk, 1996: 1). Evapotranspirasi merupakan salah satu mata rantai proses dalam siklus hidrologi yang dapat didefinisikan sebagai penguapan di semua permukaan yang mengandung air dari seluruh permukaan air, permukaan tanah, permukaan

tanaman, permukaan yang tertutup tanaman. Evapotranspirasi dapat diartikan sebagai proses perubahan molekul air dari permukaan bumi, tanah dan vegetasi menjadi uap dan kembali lagi ke atmosfir (Soewarno,2000) 2.2. Irigasi Menurut Peraturan Menteri (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 30/PRT/M/2007, ( Pedoman Pengembangan Dan Pengelolaan System Irigasi Partisipatif ) yang dimaksud irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia. Irigasi berguna juga untuk mempermudah dalam pengolahan tanah, mencegah pertumbuhan gulma mencegah terjadinya akumulasi garam, mengatur suhu tanah dan membantu dalam usaha sanitasi (Syamsi, 2012). (Suroso, 2006) mengartikan pengairan sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan sumber sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa, pengendalian banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk dan pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan dan air industri. Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat di kelompokan menjadi 3 jenis, yaitu: jaringan irigasi sederhana, jaringan irigasi semi teknis, dan jaringan irigasi teknis. Dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak di ukur atau di atur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya

berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam.oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendung nya terletak di sungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur dihilir nya.beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran.sistim pengambilan air biasanya serupa dengan jaringan sederhana.bangunan pengambil dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan irigasi sederhana.pada jaringan irigasi teknis terdapat pemisah antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang.ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sasuai dengan fungsinya masingmasing. Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah tanah)kondisi fisik (topografi, infrastruktur, sifat fisik) dan sifat kimiawi tanah. Kondisi biologi tanaman. Aktifitas manusia (teknologi, sosial budaya, ekonomi). Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan, dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokan menjadi empat jenis yaitu : Sistem irigasi permukaan (surface irrigation system). Sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system). Sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system).

Sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system). (Ginanjar, 2015) 2.3. Kebutuhan Air Irigasi (water requisities) Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian (Suhardjono, 1994) Kebutuhan air untuk tanaman adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan. Kebutuhan air tanaman perlu diketahui agar air irigasi dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan. Jumlah air yang diberikan secara tepat, disamping akan merangsang pertumbuhan tanaman, juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan air sehingga dapat meningkatkan luas areal tanaman yang bisa dialiri. Kebutuhan air pada tanaman meerupakan salah satu komponen kebutuhan air yang diperhitungkan dalam perancangan sistem irigasi (Direktorat Jendral Sumber Daya Air, 2006) Menurut (Susanto, 2004) Perkiraaan banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor jenis tanaman, jenis tanah, cara pemberian air nya, cara pengolahan tanah, banyaknya turun hujan, waktu penanaman, iklim, pemeliharaan saluran, dan bangunan eksploitasi. Banyaknya air pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai berikut :

I r = S + E + + P R e (2.1) Dimana : I r = kebutuhan air untuk irigasi (mm/hari) S = kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm/hari) E + = evapotranspirasi (mm/hari) P = perkolasi (mm/hari) R e = curah hujan efektif (mm/hari) Penentuan kebutuhan air untuk irigasi atau air yang dibutuhkan untuk lahan pertanian didasarkan pada keseimbangan air di lahan untuk satu unit luas andalan periode biasanya periode setengah bulan kebutuhan air untuk irigasi disawah untuk tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini : a) Evaporasi potensial (ET) Evaporasi potensial adalah kebutuhan air pada tanaman (Djuang,2012). Berdasarkan (Smith, 1991) bahwa metode untuk menghitung ET metode standar didasarkan atar rumus Penman-Monteith. b) Penggunaan konsumtif (Etc) (Arsyad, 1989) mengemukakan bahwa kebutuhan air konsumtif adalah jumlah air yang secara potensial diperlukan untuk memenuhi evapotranspirasi suatu areal tanaman agar dapat tumbuh secara normal.pemakaian konsumtif (evapotranspirasi) merupakan jumlah air pada suatu areal pertanaman yang dipergunakan untuk transpirasi, diuapkan dari tanah danpermukaan air serta yang diintersepsi oleh

tanaman.evapotranspirasi dinyatakan dalam volume air persatuan luas seperti meter kubik per hektar atau dalam tinggi air seperti millimeter. Menurut Doorenbos dalam Guidelines For Predicting Crop Water Recuirements, Food And Agriculture Organitation Od The United Nation (1997), menyatakan bahwa penggunaan konsumtif diartikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam. Doorenbos mendefinisikan kebutuhan air tanaman sebagai jumlah air yang disediakan untuk mengimbangi air yang hilang akibat evaporasi dan transpirasi.besarnya nilai evaporasi di pengaruhi oleh iklim, variates jenis dan umur tanaman.dengan memasukan efisiensi tanaman (kc), penggunaan konsumtif tanaman merupakan fungsi dari evapotranspirasi potensial tanaman. Penggunaan konsumtif dapat dihitung dengan persamaan berikut ini, Etc = Eto x kc (2.2) Etc Eto kc : penggunaan konsumtif (mm / hari) : evapotranspirasi potensial (mm / hari) : koefisien tanaman c) Perkolasi (P) Perkolasi yang berlangsung secara vertikal merupakan kehilangan air ke lapisan tanah yang lebih dalam, sedang yang berlangsung secara horizontal merupakan kehilangan air kearah samping.seperti malalui pematang-pematang lahan persawahan (Kertasapotra et al., 1990).Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Perembesan terjadi akibat

meresapnya air melalui tanggul sawah perlokasi dan rembesan air sawah berdasarkan Direktorat Jendral Pengairan (1986), yaitu sebesar 2 mm/hari. d) Penggantian Lapisan Air (Wlr) Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak dua kali, masing masing 50 mm (3,33 mm/hari) salama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi atau pemindahan bibit (Direktorat Jendral Pengairan, 1986). e) Memperkirakan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan (IR) IR = MM.EEKK EE KK 1 (2.3) f) Curah Hujan Efektif (Re) Menurut (Ginanjar, 2015) Curah hujan efektif adalah curah hujan yang secara efektif dan secara langsung dipergunakan memenuhi kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhan. Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman ditentukan sebesar 80 % dari curah hujan rerata per 15 harian bulanan dengan kemungkinan kegagalan 20 % atau dapat juga disebut dengan curah hujan R 80 untuk perhitungan curah hujan efektif ini menggunakan metode Basic Month dengan rumus : RR 80 = NN + 1 (2.4) 5 R 80 :curah hujan andalan dengan probabilitas 80% N :jumlah data / pengamatan (tahun) Untuk tanaman padi, curah hujan efektifnya dapat dihitung dengan persamaanberikut :

Re = 0,7 x R 80 (2.5) Re : hujan efektif tanaman padi (mm) R 80 : hujan rancangan dengan probabilitas 80 % Untuk tanaman palawija, curah hujan efektifnya dapat dihitung dengan persamaan berikut : Re = 0,7 x R 50 (2.6) Re : hujan efektif tanaman palawija (mm) R 80 : hujan rancangan dengan probabilitas 50 % g) Kebutuhan air di sawah (NFR) Perkiraan banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor jenis tanaman, jenis tanah, cara pemberian air nya, cara pengolahan tanah, banyak turun curah hujan, waktu penanaman, iklim, pemeliharaan saluran dan bangunan bendung dan sebagainya. NFR = Etc + P + WLR Re (2.7) NFR Etc WLR P Re : kebutuhan air irigasi di sawah (lt/dt/ha) : penggunaan konsumtif (mm/hari) : penggantian lapisan air (mm/hari) : perkolasi (mm/hari) : curah hujan efektif

Kebutuhan air di pintu pengambilan dapat dirumuskan sebagai berikut: DR = (NFR x A) / e (2.8) NFR DR A e : kebutuhan air irigasi di sawah (lt/dt/ha) : kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/dt/ha) : luas areal irigasi rencana (ha) : efisiensi irigasi h) Efisiensi Irigasi (Et) Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dengan jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dengan pengambilan (intake).efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi.efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengairan yang pada umumnya terjadi pada jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu bangunan pembagi sampai petak sawah (Suroso, dkk. 2006). Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagai dari jumlah air yang diambil akan hilang, baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di petak tersier, sekunder, dan kuarter.besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjangnya saluran, luas permukaan tanah, keliling basah saluran, dan kedudukan air tanah. Mengacu pada Direktorat Jendral Pengairan (1986) maka efisiensi irigasi secara keseluruhan diambil 65 % dengan tingkat primer 90 %, tingkat sekunder 90 %, dan tingkat tersier 80 %.

Angka efisiensi irigasi keseluruhan tersebut dihitung dengan cara mengkonversi efisiensi dimasing-masing tingkat yaitu 0,9 x 0,9 x 0,8 = 0,648 65 % (Suroso, dkk. 2006) i) Luas Areal Irigasi Luas areal irigasi dapat diperkirakan dengan cara mempertimbangkan potensi daerah irigasi yang masih dikembangkan (Suroso, dkk. 2006). Besar kebutuhan air irigasi pada areal dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Kai = (EEEEEE +IIII+WWWWWW +PP RRRR) EEEE xx AA (2.9) Kai Etc Ir Wlr P Re Ei A : kebutuhan air untuk irigasi : penggunaan air konsumtif (mm / hari) : kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm / hari) : kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (mm / hari) : kehilangan air (Perkolasi) : curah hujan efektif (mm/hari) : efisiensi irigasi : luas areal irigasi (ha) 2.4. Analisis Dimensi Saluran Irigasi Analisa dimensi adalah teknik matematik yang berhubungan dengan dimensi dari suatu besaran fisik yang berpengaruh terhadap permasalahan yang dihadapi (Bambang triatmodjo, Hidrolika II). Analisis dimensi saluran irigasi adalah menganalisis dimensi irigasi yang sudah ada (dimensi rill) untuk di hitung ulang dan memperoleh dimensi rencanauntuk mendapatkan

efektivitas saluran irigasi yang efisien, ditinjau dari segi dimensi saluran. Untuk menghitung dimensi rencana saluran primer perlu menggunakan rumus kontuinitas, sebagai berikut : Q = A x V (2.10) Q : debit rencana (m 3 /dt) A : luas penampang basah (m 2 ) V : kecepatan aliran (m/dt) (Hidartan, 2006) penampang saluran diharapkan bisa mengaliri debit tertentu dengan luas penampang basah yang sekecil-kecilnya (mínimum). Penampang basah demikian biasa desebut dengan penampang efisien atau penampang ekonomis. h m B Gambar 2.1 Penampang Saluran Sebagai acuan untuk menentukan perbandingan antara lebar dasar B dengan kedalaman saluran h, serta kemiringan talud dinding m untuk besaran debit tertentu, maka dapat dilihat karekteristik saluran pada tabel :

Tabel 2.1Karakteristik Saluran No Debit (m3/dt) Kemiringan Dinding 1 : m Perbandingan b/h Koefisien Strickler k 0.15-0.30 1 1 35 1.30-0.50 1 1.0-1.2 35 0.50-0.75 1 1.2-1.3 35 0.75-1.00 1 1.3-1.5 35 1.00-1.50 1 1.5-1.8 40 1.50-3.00 1.5 1.8-2.3 40 3.00-4.50 1.5 2.3-2.7 40 4.50-5.00 1.5 2.7-2.9 40 5.00-6.00 1.5 2.9-3.1 42.5 6.00-7.50 1.5 3.1-3.5 42.5 7.50-9.00 1.5 3.5-3.7 42.5 9.00-10.00 1.5 3.7-3.9 42.5 10.00-11.00 2 3.9-4.2 45 11.00-15.00 2 4.2-4.9 45 15.00-25.00 2 4.9-6.5 45 25.00-40.00 2 6.5-9.0 45 Sumber : kriteria perencanaan irigasi bagian saluran (KP-03)